Tidak ingin membuat Syakila salah paham karena Azmi masih saja terus memandangi dirinya, Ayu memilih untuk segera pergi dari sana. Ia pamit pada Syakila kalau dirinya akan mengecek PR milik Alina. Ayu benar-benar tidak nyaman sekali dengan tatapan Azmi yang seperti itu padanya, padahal di sebelahnya ada seorang wanita yang telah dia nikahi.
Setelah Ayu pamit untuk masuk ke dalam, Azmi pun meninggalkan Syakila begitu saja. Azmi memilih keluar, dengan menampakkan raut wajah dengan penuh kekecewaan, karena Ayu memilih untuk masuk, daripada menemani dirinya dan Syakila yang sedang memilih gaun.
Tanpa mereka sadari sepasang mata telah memerhatikan gerak-gerak mereka. Maya diam-diam dari dari tadi memerhatikan Azmi, pria berparas tampan dan sempurna, dengan balutan jas yang begitu mahal, yang sekarang memilih pergi dengan raut wajah kecewa, saat Ayu memilih untuk masuk ke dalam.
“Selalu begitu, tadi antusias sekali mau milihin gaun buat mama, tapi malah pergi begitu?” gerutu Syakila kesal, saat Azmi memilih keluar.
Maya dengan cepat mendekati Syakila yang masih memilih gaun. Mungkin dirinya bisa membantu mencarikan mana yang cocok.
“Bagaimana, Mbak? Apa ada yang cocok?” tanya Maya.
“Bingung nih, Mbak. Suami malah keluar tuh, padahal dia yang antusias ke sini buat belikan gaun untuk mama, tapi malah gitu, gak tahu telefon siapa, biasa kalau urusan pekerjaan dia begitu,” ucap Syakila.
“Saya bantu pilihkan boleh?” tawar Maya.
“Boleh deh,” jawabnya.
Maya memilihkan gaun untuk mamanya Syakila dan Mama Mertuanya. Maya tahu betapa kesalnya Syakila saat ini, karena suaminya malah cuek dan tidak peduli denganya. Maya tahu, ini bukan tujuan Azmi datang ke Butik. Tujuan Azmi ya Cuma satu, ingin bertemu dengan Ayu, bukan untuk membelikan gaun untuk Mamanya dan Mama Mertuanya. Itu hanya alasan saja menurut Maya, karena kepergok Syakila di dalam Butik.
Apalagi saat tadi Ayu pamit ke dalam, dan hanya pamit pada Syakila saja, tidak menyapa Azmi sama sekali. Terlihat jelas raut wajah masam Azmi, bahkan terlihat sangat kecewa, karena Ayu tidak menyapanya, hanya bicara pada Syakila saja.
“Ini bagus, Mbak,” ucap Maya.
“Iya, ini bagus, modelnya simpel dan elegan, saya ambil ini ya, Mbak?” pinta Syakila.
“Baik, Mbak,” jawab Maya.
Syakila mencari di mana suaminya, masih saja di depan, duduk di bangku depan Butik. Syakila hanya menggelengkan kepalanya saja. Katanya mau membelikan gaun untuk Mamanya, malah sekarang Syakila yang membelikan. Meskipun uang milik Syakila juga uang dari Azmi, tetap saja Syakila kecewa, dan merasa aneh dengan suaminya kali ini.
Setelah Syakila pamit, Maya masih memandangi Syakila dan Azmi dari kejauhan. Terlihat Azmi memang begitu dingin pada Syakila.
“Sepertinya, antara Mbak Ayu dan Pria itu, masih ada kisah yang belum usai?” gumam Maya, setelah melihat sikap Azmi begitu pada Syakila, hanya karena Ayu pergi meninggalkan mereka saat sedang memilih gaun.
^^^
Ayu tersenyum hangat kala telefonnya berdering, dan menampakkan nama siapa yang menelefonnya. Ayu segera mengambil poselnya, lalu menerima panggilan masuk dari orang itu.
“Iya, Mas, ada apa?”
“Kabarmu dan Alina hari ini bagaimana, Sayang?” tanya seorang laki-laki di seberang sana.
“Syukur Alhamdulillah, Baik. Kamu bagaimana hari ini?” tanya Ayu.
“Syukurlah kalau begitu, aku juga baik. Oh iya, tugasku sudah selesai di sini, dan lusa aku pulang, tapi aku akan ajak kamu ke pesta Anniversary teman lamaku, ya rekan kerjaku juga sih,” jelasnya.
“Yah, lusa juga aku ada acara, aku mau pergi sama Maya, dapat undangan dari klien, mau acara Anniv juga, Mas,” ucap Ayu.
“Ya sudah kamu sama Maya saja, kita kan nanti bisa ketemu lagi,” ucapnya.
“Kamu tidak marah?”
“Untuk apa marah, Sayang? Itu acara klien kamu, kalau kamu gak hadir, kan tidak baik? Nanti malah kamu kehilangan klien kamu?” tuturnya.
“Ya sudah kalau begitu, terima kasih atas pengertiannya, Mas.”
“Iya, sama-sama. Alina di mana?”
“Dia tidur, Mas. Nunggu jam les kan begitu, pasti tidur sebentar dulu,” jawab Ayu.
“Ya sudah, aku mau siap-siap packing, karena sudah selesai semua. Kamu jaga dirimu, dan Alina. I Love You, Ayu,” ucapnya.
Ayu hanya diam saja. Meskipun sudah tahu kalau pria itu begitu mencintainya sejak empat tahun yang lalu, akan tetapi Ayu masih sangat takut untuk membalas cintanya. Ia masih trauma untuk mengenal pria lebih jauh, terlebih karena masa lalu kelamnya itu. Padahal pria itu sudah tahu, bahkan kedua orang tua pria itu pun tahu bagaimana kisah hidup Ayu Utami saat dulu. Mereka semua menerima Ayu dengan baik, dan terus membujuk Ayu supaya dia mau menikah dengan Putra semata wayangnya itu.
“Aku tahu, kamu masih belum bisa menjawab, tapi suatu hari nanti, kamu pasti akan bisa menjawabnya. Sudahlah, yang berlalu tutup rapat-rapat, Ayu. Kita harus melangkah ke depan, demi masa kita, Sayang,” ucapnya.
“Iya, Mas. Maafkan aku,” ucap Ayu.
“Jangan meminta maaf, kamu tidak salah. Ya sudah aku tutup telefonnya, baik-baik di situ, ya?” ucapnya.
“Iya,” jawab Ayu.
Ayu meletakkan kembali ponselnya. Dia menatap kosong ke segala arah. Entah kenapa ia selalu tidak bisa mengungkapkan perasaannya pada Bayu. Padahal selama ini dia pun nyaman dengan sosok Bayu yang sangat baik. Ya, Pria yang tadi menelefon dirinya adalah Bayu. Pria yang Ayu kenal empat tahun ini. Dia adalah anak dari saudara sepupu Bu Wati. Bayu adalah pria yang akan dijodohkan dengan Ayu. Akan tetapi merasa dirinya hina dan kotor, Ayu selalu menolak untuk dinikahi Bayu. Padahal itu semua tidak berpengaruh pada kedua orang tua Bayu, dan Bayu pun tidak mempermasalahkan masa lalu Ayu.
“Kamu itu orang baik, Bay. Aku ini tidak pantas untuk kamu,” batin Ayu.
^^^
Hari ini adalah hari di mana Ayu harus datang ke pesta ulang tahun pernikahan Syakila dan Azmi yang ke empat tahun. Ayu sudah berada di lokasi, dia bersama dengan Maya, karena Maya pun diundang ke acara Syakila dan Azmi.
Ayu menatap sebuah bangunan besar yang berdiri kokoh di tengah halaman yang sangat luas dengan penuh rasa kagum. Bangunan yang merupakan impian banyak orang, tapi hanya segelintir orang saja yang bisa memilikinya.
“Mbak Ayu, Mbak Maya!” panggil seorang perempuan yang membuyarkan lamunan Maya dan Ayu yang sedang kagum melihat rumah megah milik Syakila dan Azmi.
“Lho Mbak Syakila kok di luar?” tanya Maya.
“Iya yang punya hajat malah keluar?” sambung Ayu.
“Tadi mau cek souvenirnya, sudah ada di meja belum, lagian acara belum dimulai kok, Mbak. Ayo masuk,” ajak Syakila.
Ayu dan Maya berjalan bersisian di belakang Syakila. Belum begitu banyak tamu yang datang malam ini. Maya dan Ayu memang tidak ingin terlalu malam datang di acaranya, supaya pulang pun tidak terlalu kemalaman.
“Rumahnya megah sekali ya, Mbak?” ucap Maya.
“Ya begitu lah, orang kaya,” ucap Ayu.
“Sungguh beruntung sekali, wanita yang dinikahi kamu. Dia benar-benar diperlakukan bak seorang ratu,” guman Ayu saat melihat betapa megahnya dekorasi yang dipakai Syakila untuk acara ulang tahun pernikahannya dengan Azmi.