Setelah itu aku berpindah ke ruang keluarga, duduk di sofa depan TV kemudian mennontonnya. Sebenarnya di rumah Firda ini aku sudah seperti di rumah sendiri. Tetapi itu berlaku jika ada Firda dan ibunya. Sudah lebih dari tiga tahun kami sangat akrab, hanya kalau dengan Mbak Sylvia relatif jarang bertemu. Seluk beluk rumah Firda aku sudah sagat hapal. Setelah beberapa lama menonton berita kampanye pemilihan Presiden, Mbak Sylvia keluar dari ruang makan. "Gimana, udah nelponnya?" tanyanya dengan wajah yang sudah kembali ceria, walau tampak masih kelelahan. "Udah Mbak, terus saya disuruh ne..ne..nemani Mbak malam ini," jawabku sedikit ragu dengan suara yang agak pelan. "Oh.. ya udah, emang Pras mau kemana malam ini? masa mau pulang ke Sukbaumi. Udah makan belum?” Wajah Mbak Sylvia makin s