Setelah mengenal Haris, hidup Soraya lebih mengenaskan dari sebutir telor yang berada di ujung tanduk. Bukan hanya harga diri dan seluruh perhiasannya yang sudah lenyap, semangat hidup pun hanya tinggal setitik cahaya yang nyaris padam. Andai saja dia tidak melihat Dony anak balitannya yang baru berusia satu tahun, sudah pasti derasnya suangai Cisadane yang sedang bergelora menjadi tempat idaman untuk mengakhiri hidupnya. Haris pemuda berbadan kurus dengan wajah imut, hitam manis dan terkesan polos, ternyata tidak lebih dari seorang iblis yang berbaju manusia dan dengan kejam secara perlahan-lahan dan tanpa perasaan mencerabut nyawa dari raga Soraya. Malaikat Pencabut Nyawa pun bahkan masih memiliki belaskasihan, meski tidak pernah ada kompromi saat menjalankan tugasnya. Soraya tak uba