91) Semusim

2255 Words

Aku dan Prili yang duduk berdampingan sama-sama membaca dalam hati  surat wasiat yang dititipkan ayah pada Om Teguh. Cukup lama kami membacanya, lumayan panjang kali lebar isi suratnya. Tidak kurang dari tiga lembar penuh kertas hvs. Tampaknya ayah sudah mempersiapkan segalanya.  Setelah selesai membaca, aku dan Prili sama-sama menarik napas seraya menatap Mama dan seluruh yang hadir di sana. Aku yakin sebagain diantara mereka ada yang mereka merasa heran dan penasaran, karena saat membaca tadi air mukaku berubah-ubah. Sempat meneteskan air mata di awal, namun tersenyum kecut diakhir cerita. Andai saja bukan dalam suasana duka, dan takut disebut anak durhaka, mungkin aku sudah tertawa terbahak-bahakn sambil guling-guling. Baru pertama kali membaca surat wasiat dari orang yang meninggal

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD