101) Semusim

2254 Words

“Praaaaas!” Tiba-tiba Dodi memelukku dan menangis tersedu-sedu. Tangisan yang tak selayaknya dilakukan oleh seorang lelaki di tempat terbuka. Walau hanya ada kami berdua di sana.  Aku hanya melongo, tak menduga jika Dodi akan bersikap sekonyol ini. Dia yang dalam keseharian selalu tampil laksana badboy ganteng yang rajin tebar pesona dengan petantang-petenteng pamer harta, ternyata lebih cengeng dan rapuh dari seorang Dinda yang dalam kesehariannya justru berakting layaknya princes anggun, kalem dan manja. Dunia memang panggung sandiwara. Entah berapa lama Dodi menangis sesenggukan seraya menghiba-hiba meminta maaf dan ampunan padaku atas kesalahan yang aku sendiri tidak terlalu ngerti, sebesar apa kesalahannya hingga harus seperti ini. Ada perasan risih dan geli. Namun mau gimana lagi,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD