34. Pengakuan

1064 Words

Harven masuk ke dalam salah satu unit apartemen mewah itu, langkahnya mantap meski aura dingin masih menempel di wajahnya. Dua sahabatnya, Jegar dan Maraka, mengikuti dari belakang dengan pandangan yang penuh rasa ingin tahu. “Lo tinggal di sini sekarang?” tanya Maraka, matanya sibuk menyapu interior ruangan. Apartemen itu tidak kosong dan kaku seperti kamar bujangan pada umumnya. Justru terasa hangat, rapi, seakan ada sentuhan perempuan yang mengisi. Maraka mengangkat alisnya curiga. “Jangan-jangan lo tinggal bareng Giana di sini?” tanyanya lagi, kali ini sambil menatap punggung Harven. Langkah Harven seketika berhenti. Bahunya menegang sebelum perlahan ia menoleh, menatap Maraka dengan tatapan tajam yang jelas menyiratkan amarah. “Mar, bisa enggak sekali aja lo diem?” ucap Harven din

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD