2 | Mobil Mogok

1971 Words
Ini aneh. Harusnya aku patah hati karena putus cinta dengan tragis, tetapi kenapa malah aku sangat baik-baik saja, ya? . . "Papi bilang pulang sebelum jam tujuh, kan?" "Iya, maaf, Pi. Kakak udah bilang pulang telat sama mami, kok." "Kamu semenjak pacaran sama laki-laki itu jadi suka melawan orang tua, Papi nggak suka." Cely diam. Perlukah dia bilang sudah putus? "Maaf, Pi. Nggak akan Kakak ulangi." "Pasti kamu habis ketemuan, kan, sama itu cowok? Jujur sama Papi." "Nggak, kok." "Bohong!" Cely tersentak. Papi membentaknya. Entah karena suasana hatinya memang sedang melow atau bagaimana, mata Cely jadi langsung berembun. Sungguh, Cely jujur. Dia tidak habis bertemu Mas Regan, justru bertemu dengan istri beliau untuk beritikad baik. Namun, Cely kesulitan untuk mengatakannya. Dia malu. Bahwa papi selama ini benar tentang Mas Regan yang Cely bela mati-matian. Nyatanya ... lelaki itu penipu, tidak baik. Cely sungguh telah dibohongi habis-habisan. Agaknya, Cely juga tertekan akan bayangan rumor tentangnya yang merupakan kekasih pria beristri, meski sudah tidak lagi. Selama ini Cely salah satu aktris minus skandal, minus rumor buruk. Jadi, andai nanti dia dihadapkan pada situasi tersebut, sepertinya Cely belum siap. Mana sekarang sedang berada di puncak kariernya, lalu sedang membintangi film dengan tema perselingkuhan dan dia sebagai istri sah. Kebayang kalau tiba-tiba rumor tentangnya yang merupakan kekasih pria beristri walau sungguh Cely korban itu meledak. Adakah netizen yang mau mendengarnya? Belum lagi kalau dibumbui asumsi haters. Jadi, Cely agak tertekan. Yang membebankan adalah ... takut rating filmnya turun, kasihan yang lain. Cely seolah membawa beban ekspektasi semua orang terhadap karya yang sedang dibintanginya. Dan dia mengacaukan itu. Bagaimana kalau film yang sudah launching setengah jalan itu malah diboikot? Papi mendengkus. "Terus ini udah makan, belum?" Melembut nada suara beliau. Mungkin prihatin melihat sang putri tampak melow. "Udah ... tapi laper," cicit Cely atas tanya papi. "Makan dulu, habis itu istirahat." Papi pun berlalu. Cely menggigit bibir bagian dalam. Sangat merasa bersalah kepada beliau setelah tahu fakta tentang Mas Regan. Benar-benar, ya? Tapi untung Cely belum jauh melangkah, untung baru sampai di sini, pacaran satu tahun .... Well, kontak Mas Regan sudah Cely blokir lagi, hapus juga, tepat di depan istri sah beliau. Untungnya mau berdamai karena memang Cely betul-betul korban, kan? Mana tahu kalau itu laki sudah ada bini, Cely juga ogah dan tidak ada niat untuk jadi pelakor. Amit-amit, Ya Allah! Dan ... ya, ada nomor asing yang mengiriminya pesan beserta panggilan, Cely yakin itu Mas Regan. Isi pesannya yang Cely baca di layar notifikasi adalah: [Cel, maaf atas apa yang kamu lihat dan kenyataan soal kami. Tapi Demi Tuhan, Mas udah dalam proses cerai sama dia.] Apa pun itu, tak akan membuat Cely kembali. Maaf, ya! Dia melihat bagaimana ciuman mereka saling berbalas, tuh. Yang katanya mau cerai? Tidak, tidak. Cely juga tidak mau nanti malah dirinya dicap pelakor. Dari penjelasan istri Mas Regan justru hubungan mereka baik-baik saja. Yang tidak baik justru Mas Regan diduga selingkuh dan ternyata benar. Lalu Cely selingkuhannya, begitu? Setelah Cely merasa sebagai yang pertama, ternyata dia nomor dua. Gila! Dasar laki-laki buaya. Dan Cely tidak menyadari status hubungan mereka sama sekali. Bayangkan, satu tahun! Pihak keluarga Mas Regan juga bersekongkol. Apa karena Cely artis, jadi diincar? Sedangkan, istri beliau selama ini jauh di kota lain atau mungkin di desa. Dan hubungan Cely bersama Mas Regan bisa dikata terjalin diam-diam. Sering LDR-an juga, sih. Oh, saat LDR ... jangan bilang Mas Regan pulang ke tempat istrinya? Dan Cely tipe yang terlalu lugu untuk laki-laki sebajingan Mas Regan. Sekalinya berpacaran, Cely mengalami hal seperti itu. Dia sangat tidak beruntung segi percintaan, ya? Dari dulu rasanya. Dari zaman SMP. Namun, bukan berarti Cely perempuan menye-menye. Dia hanya terlalu baik memandang tentang dunia cinta, apalagi effort Mas Regan dan perlakuannya selama ini sungguh tidak mencerminkan keburukan. Bukan karena Cely yang bodoh tidak merasakan kejanggalan, tetapi Mas Regan dan pihak-pihak beliau yang terlalu apik. Syukurnya, kebusukan itu langsung Tuhan tunjukkan di depan biji mata Cely sendiri. Tak perlu merasakan fase gelisah, curiga, tetapi langsung 'jleb' ke inti buruknya. Cely hanya tinggal menangani sisanya saja, kan? Penyesalan, merasa bodoh, tetapi juga bisa jadi sebuah pembelajaran agar kelak Cely lebih hati-hati menaruh hati. Padahal dia kira sudah sangat berhati-hati karena ada pengalaman buruk juga saat SMP terkait lelaki, tetapi masih begini. Apa karena trik Mas Regan berbeda? Dan Cely telanjur tenggelam di detik mulai merasa tidak sehat hubungannya, saat meminta laki-laki itu datang ke rumah, tetapi ditolak dengan beragam alasan. Cely sudah telanjur terpikat. Telanjur merasa sayang juga pada hubungan satu tahunnya. Ah, harusnya Cely menuruti apa kata papi. Harusnya logika Cely lebih tajam lagi. Sayang, hati yang membuatnya denial. Mungkin itu juga akhirnya Tuhan turun tangan. Cely lantas menghela napas. Lanjut melahap makan malamnya. Papi dan mami sudah bubar, termasuk adik-adik. By the way .... "Bi, tumben masak banyak?" Cely me-notice hidangan di meja. Ini jauh di atas kapasitas makan malam yang biasa. Bibi tengah cuci piring. "Oh, iya, Kak. Tadi memang ada tamu. Makan malam di sini." Tamu? Oh, makanya itu Cely diminta pulang sebelum jam tujuh? Juga disuruh makan malam di rumah. Untuk ini, hm? "Tamu siapa, Bi?" "Calon besan." Oalah .... Rupanya papi meminta Cely pulang tidak hanya untuk membicarakan soal pinangan tersebut, tetapi memang keluarga pihak sana bertandang. Sayang, bibi tidak tahu detail soal tamu barusan atau memang bibi tidak bisa memberi tahu Cely karena kata mami pun 'rahasia', kan? Hingga semua orang yang Cely tanya, jawabannya, "Suruh siapa nggak nurut. Disuruh datang sebelum jam tujuh malah ngaret." Itu mami. Kurang lebih sama, si kembar Arche, Atlas, dan Altair juga begitu. Hanya lebih ramah saja tata bahasanya. Termasuk dua adik Cely yang lain. Well, orang tua Cely punya anak enam; Cely, si kembar tiga, lalu twins. Benar-benar, ya? Haruskah Cely intip CCTV rumah? Cely berdecak. Di sisi lain dia penasaran, tetapi sisi lainnya tidak mau tahu. Cely belum siap, jujur. Selain itu, gengsi juga sama papi. Kalau manut—hingga menerima lamaran yang sudah papi terima itu dengan lapang ... oh, haruskah? *** Tidak, tidak! Please, nyala! Mobilnya .... Ah, apes! Saat hari berganti dan hari itu Cely mendapati mobil yang dikendarainya mogok. Meski rupanya saat celingak-celinguk melihat sisi kanan dan kiri jalan, ternyata dia bisa dikata sangat beruntung sebab di depan sana sebelah kiri jalan ada bengkel mobil. Terpampang nyata dari plang bertuliskan EliteMobil Service, ada keterangan 'bengkel mobil' juga di bawahnya. Siplah, Cely jalan kaki saja ke situ. Dekat, kok. Meski ... sepertinya dia menjadi pusat perhatian. Apa orang-orang sekitar sini mengenalnya? Atau karena pakaiannya yang mencolok jadi memikat pandangan khalayak? Duh, bisa-bisanya mogok! Tahu begini Cely tidak bawa mobil sendiri tadi. Memang paling benar itu dia naik mobil disopiri manajer, Cely ada yang urus. Kalau begini, kan, dia urus mandiri. Meski bisa menghubungi manajernya juga, sih. Dan soal mobil Cely, sepertinya terlewat tidak mendapat perhatian hingga mogok begini, padahal biasanya rutin terpantau. Terawat. Dasar sedang apes saja kali, ya? Oh, sampai. Cely gegas mendekati salah satu montirnya. "Mas, maaf—" "Cely Daneswara?!" Uh, yeah ... Cely terkenal. Dan tatapan para montir seketika menatap ke arahnya. Aduh, plis! "Mobil saya mogok, boleh saya minta tolong Masnya? Soalnya mobil saya di sana. Beberapa meter dari sini. Bisa nanti biayanya kalkulasikan aja sama biaya perbaikan." "Bisa, Kak, bisa!" Padahal tadi menyebut namanya dengan gamblang. Cely Daneswara tanpa embel-embel kak. "Tolong, ya, Mas. Saya tunjukin dari sini nggak pa-pa, ya? Kelihatan, kok. Warna biru mobilnya." "Nggak pa-pa, Kak. Yang itu, ya?" "Nah, iya, iya, bener." "Kebetulan bengkel kami memang ada fasilitas mobil dereknya." "Oh, ya? Syukurlah. Saya tunggu sini aja, ya, Mas?" "Iya, Kak. Silakan, silakan." Cely disediakan bangku. Bahkan tempat duduknya dibersihkan dulu oleh montir itu. "Terima kasih." Cely pun duduk. Di mana saat itu dia mulai menghubungi sang manajer, mau minta jemput. Namun, detik panggilan terhubung, bahkan diangkat dan terdengar suara 'halo' dari seberang telepon sana, panggilannya langsung Cely matikan karena kedatangan seseorang. Ya, laki-laki. Dengan wearpack jingga yang kotor oli, lalu dua tangannya membawa jinjingan. Cely sampai berdiri, apalagi saat laki-laki itu menyapanya dengan bilang, "Kenapa mobilnya?" Langsung ke inti. Tidak mungkin juga basa-basi tanya sedang apa kamu di sini, sih. Jelas-jelas Cely sedang di bengkel dan ... Kak Sakti salah satu montirnya? Oh, atau pemilik EliteMobil Service? Jujur, Cely tidak tahu kabar lelaki ini sejak pertemuan terakhir di hari pernikahan Onty Bia. Ingat? Onty Bia ini sopir pribadi Cely semasa remaja dan merupakan kakaknya Kak Sakti. Cely sudah putus kontak lama sekali karena Onty Bia sendiri yang sepertinya ganti nomor, lalu tidak mengabari. Intinya, saat ini Cely sedang berhadapan dengan Sakti Adhyaksa. Lagi. Pertemuan tanpa sengaja. Dihitung-hitung ini yang ketiga. Andai Kak Sakti belum menikah, Cely akan dengan senang hati menganggapnya jodoh. "Mogok," balas Cely. Pas sekali, mobil Cely yang diderek itu tiba. Baik sorot matanya dan Kak Sakti menoleh ke arah sana. "Punyamu?" Mobil itu. "Iya." "Langsung berhenti sendiri atau terasa ada gejalanya saat mengemudi?" Ditanya begitu, Cely 'ngang-ngong.' "Nggak ngerti. Tapi sempet ada bunyi tek-tek gitu." Nah, tuh, kenapa? Kak Sakti pun bicara kepada montir yang Cely notice pertama ke sini tadi. "Tolong dicek akinya, ya. Sama timing belt-nya, ada bunyi kasar katanya." Wow. Cely memuji dalam hati. Benar-benar bisa menerjemahkan penjelasannya terkait kondisi mobil bunyi tek-tek, lalu tidak bisa nyala itu, ya? Kak Sakti sejak dulu memang menakjubkan, sih. Eh, Astagfirullah, Cel! Laki orang, Cantik! Cepat-cepat Cely menyadarkan diri. "Mau ditunggu?" Kembali kepadanya. Cely agak terkesiap. "Lama nggak, ya?" "Lumayan kalau buatmu." Cely menggigit bibir bagian dalam. Kalau ada Kak Sakti, Cely mau banget, sih, menunggu selama apa pun. Yeah, masalahnya kenyataan laki-laki itu di masa dewasa ini sangat pahit. Cely benar-benar merasa terganggu dengan cincin di jemari manis beliau. Benar-benar sangat disayangkan. Cinta pertama memang tidak ada yang berakhir indah, ya? Ah, lagi pula hanya Cely yang suka. Dulu. Sekarang dia cukup tahu diri. Sebatas kagum saja karena kelebihan beliau yang makin bertambah di matanya. "Aku minta jemput aja kalau begitu," putus Cely kemudian. Bicara-bicara, setelah kurang lebih sembilan tahunan tidak bertemu, obrolan yang tercipta terasa akrab, ya? Seolah tak ada jeda waktu. Apa hanya Cely yang merasa begitu? Telepon Cely pun diangkat. "Kak, jemput. Mobilku mogok. Ini lagi di ... EliteMobil Service. Aku share lock, deh. Tolong, ya?" Sudah. Cely selesai bertelepon, yang rupanya Kak Sakti masih di tempat. "Laki-laki?" Eh? Cely mengerjap. "Iya." Dia juga mengangguk. Manajernya memang pria, sekalian yang jago baku hantam juga, meski Cely pun bisa dikata ahli beladiri berkat pria di depannya ini. "Manajerku," imbuh Cely. Entah kenapa dia merasa Kak Sakti menunggu penjelasan soal siapa laki-laki yang dimaksud. Sebentar .... Kak Sakti tahu tidak, ya, kalau Cely ini publik figur? Dan Cely gatal ingin bilang, "Aku aktris." Benar-benar telah dia katakan. Cely lalu melihat Kak Sakti melengos, mengingat ponsel beliau bunyi. Tak mejawabi Cely, Kak Sakti langsung angkat panggilan. Dari istrinya pasti. Duh. Ya udah, sih, Cel ... udah! Laki orang itu. Ingat, perannya sebagai istri sah yang terluka dan Cely sendiri sangat membenci pelakor. Sialnya, nasib membawa Cely pada kenyataan bahwa dia pernah jadi pacar pria beristri. Namun, Demi Tuhan ... Cely sama sekali tidak tahu. Dan jika tahu, idih najong tralala sama laki orang. Seperti yang kehabisan stok bujang yahud available saja. Cely mengibas rambut panjangnya, lalu duduk manis di kursi tadi. Tenang, perasaan yang timbul atas sosok Kak Sakti, Cely yakin itu hanya sepintas muncul karena setelah sekian lama baru bertemu kembali di mana cerita lama ada cinta dalam diri Cely. Nanti pun lenyap sendiri. Dan Cely tidak ada niat menggoda, terlebih kepada pria beristri. Tolong jangan sebut dia gadis pick me, okay? "Mau nunggu di dalam?" Cely menoleh, rupanya dia dihampiri Kak Sakti lagi. "Kamu aktris. Barangkali di sini kurang nyaman." Tunggu, tunggu! Kok, Kak Sakti perhatian? Ah, tidak. Cely bukannya baper. "Nggak masalah, Kak. Di sini aja," balasnya. "Di dalam lebih nyaman." Astaga, Cely risi. Jangan-jangan Kak Sakti setipe sama Mas Regan? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD