2. Cemburu?

1187 Words
"Apaan sih, najis banget." Ketus Freya. "Tumben dibelain? Biasanya dicaci maki?" sahut Teresa. "Ya, gue ngerasa kalian udah keterlaluan aja. Dia nggak seburuk yang kalian kira kok." Balas Freya. "Perasaan lo sendiri yang cerita ke kita, kalau Bara itu spesies manusia paling nyebelin di dunia." Celetuk Mika. "Udah ah, gue males kalau bahas masalah itu." Ucap Freya dengan wajah malasnya, membuat Mika dan Teresa semakin menatapnya curiga. "Frey, remember this! Bara udah punya pacar. Dan hubungan kalian cuma sebatas Suami Istri, lo nggak boleh jatuh hati ke dia." Tutur Mika, membuat Freya langsung menghembuskan nafasnya kasar. Memang benar, apa apa yang dikatakan oleh Mika. Bara mempunyai hubungan dengan wanita lain dan Freya tidak mempermasalahkan itu, karena itu adalah kesepakatan mereka sejak awal bahwa diantara mereka berdua tidak boleh ada yang jatuh cinta dan mereka bebas menjalin hubungan dengan siapapun. Karena mereka berdua berencana untuk bercerai setelah 2 tahun menikah. Freya sadar, jika tidak ada yang spesial dari hubungan mereka, karena mereka berdua sama-sama terpaksa menikah. Namun melihat perlakuan Bara yang semakin manis, sepertinya Freya sedikit keberatan dengan perjanjian hubungan mereka. "Ck. Ada-ada aja lo, Mika! Wajar kali kalau dia jatuh cinta, orang tiap hari ketemu. Makan bareng, tidur bareng, mandi bareng, kemana-mana bareng." Sahut Teresa, yang langsung mendapat pelototan tajam dari Freya. "Kenapa? Salah?" ejek Teresa. "Gue nggak pernah tidur bareng dia ya! Sembarangan aja lo, kalau ngomong! Apa lagi mandi bareng, ih amit-amit jabang bayi." Kesal Freya, yang disambut gelak tawa dari Teresa dan Mika. "Lagian gue gemes banget sama lo. Lo pikir, pernikahan itu permainan? Lo nggak bisa kayak gini terus Frey. Dengan ngebiarin Suami lo berhubungan sama cewe lain, lo pikir hidup lo bakal happy ending? Enggak Freya! Yang ada hidup lo makin ribet." Omel Teresa. "Lo juga Mik, berhenti jadi kompor gas! Dimana-mana, hubungan Suami Istri itu lebih istimewa dari pada hubungan pacar." Ucapnya lagi, sembari menatap Mika kesal. "Ribet gimana, maksud lo?" tanya Freya. "Ya bayangin aja, kalau orang tua sama mertua lo tau. Sekecewa apa, mereka sama lo berdua? Ditambah lagi kalau lo udah jatuh cinta sama Bara, ribet kan? Lo suka Bara, tapi Bara-nya suka cewe lain. Sakit tau nggak." Cerocos Teresa. "Mereka berdua cuma pacaran, sedangkan kita udah Suami Istri. Jadi mau gimanapun, tetep gue pemenangnya." Ucap Freya santai. Freya tak ingin memungkiri bahwa suatu saat ia bisa jatuh hati pada Bara. Meskipun ia sudah membangun benteng besar antara ia dan Bara, namun Freya akui bahwa ia sudah mulai nyaman berada di dekat Bara. "Nggak bisa gitu Freya! Kalau pacar Bara tau kalian udah nikah, bisa-bisa dia marah terus nyebarin hubungan kalian ke semua orang." Bantah Teresa. "Ya terus gue harus gimana, Teresa?" geram Freya. "Lo harus bisa bikin Bara putus dari pacarnya." Ujar Teresa, membuat Freya memutarkan bola matanya malas. "Ogah ah, biarin aja. Lagian kita juga udah berencana buat cerai." Balas Freya, sembari mengaduk es teh yang sedari tadi ia anggurkan. Sebenarnya Freya juga ingin melakukan hal itu. Membuat Bara putus dari pacarnya adalah cita-citanya. Namun apa daya, membayangkan perceraiannya yang akan terjadi dua tahun kemudian hanya membuat Freya merasa sia-sia. Untuk apa ia memisahkan Bara dari wanita itu? Jika pada akhirnya merekalah yang akan berpisah. "Yakin mau cerai?" tanya Teresa, yang langsung diangguki oleh Freya. "Bener?" tanyanya lagi. "Iya Tere! Nanya mulu lo, kesel gue." geram Freya. "Okay. Awas aja kalau nanti nangis-nangis ke gue." Teresa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum miring. Matanya tidak berhenti menatap Freya yang sedang mengerucutkan bibirnya kesal. "Dipikir enak kali, jadi janda." Gumam Teresa, namun masih terdengar di telinga Mika dan Freya. *** Benar apa yang dikatakan Teresa. Membiarkan Bara menjalin hubungan dengan wanita lain sama saja seperti membuka lembar masalah baru. Dari awal, keputusan mereka memang salah. Membiarkan orang lain masuk ke dalam hubungan mereka adalah suatu kekacauan yang sangat sulit untuk ditangani. Seperti saat ini, Freya benar-benar kacau melihat kedekatan Bara dan juga pacarnya, Elisa. Ada sedikit rasa nyeri di hatinya saat melihat Bara yang sedang bersenda gurau bersama Elisa. Freya belum yakin, apakah rasa sakit di hatinya ini karena ia cemburu atau karena kesal melihat Bara yang tampak bahagia jika bersama Elisa. Elisa dan Bara menjalin hubungan sekitar empat bulan yang lalu. Keduanya tampak sangat serasi, Elisa cantik dan anggun sedangkan Bara tampan dan berwibawa. Karena gaya pacarannya yang terkesan romantis, mereka berdua sampai dijuluki couple goals oleh beberapa Dosen dan para Mahasiswa di Kampus. Selain cantik dan anggun, Elisa juga merupakan Mahasiswa berprestasi. Dalam jangka waktu tiga tahun, ia berhasil meraih beberapa penghargaan dari perlombaan yang diikutinya. Hal itu pula yang membuat Bara jatuh hati pada Elisa. Selain cantik, anggun dan berprestasi, Elisa juga termasuk wanita yang sangat perhatian dan dewasa. Berbeda dengan Freya yang bar-bar, pecicilan dan banyak tingkah. Namun meski begitu, Freya memiliki paras yang jauh lebih cantik, yang mampu membuat para lelaki jatuh hati padanya. Freya berjalan masuk ke dalam Perpustakaan. Menghampiri sepasang kekasih yang sedang asik bercengkerama. Entah apa yang akan dilakukan oleh gadis itu, sampai membuat dirinya nekat menghampiri Bara. "Ehm. Permisi, Kak." Ucap Freya. Bara tentu saja terkejut, baru kali ini Freya berani menghampirinya saat ia sedang bersama kekasihnya. "Iya. Ada apa, Dek?" sahut Elisa lembut. "Kakak Asdosnya Pak Bambang, kan?" tanya Freya. "Iya, kenapa?" jawab Elisa. Sedangkan Bara memilih untuk menyimak pembicaraan dua wanita di depannya ini. "Kakak mau nggak, bantuin aku bikin jurnal? Otak aku udah buntu banget Kak. Nggak tau, mau nulis apa lagi." Ucap Freya dengan wajah memelas. Sebenarnya bukan ini tujuan Freya menghampiri Bara dan Elisa. Gadis itu berencana untuk mengganggu acara kencan Bara dengan kekasihnya. Dengan cara mengalihkan perhatian Elisa dari Bara. "Nggak bisa gitu dong. Itu curang namanya!" tolak Elisa. "Please... tolongin." Rengek Freya dengan wajah yang sengaja dibuat imut. Membuat Bara langsung memutarkan bola matanya malas. "Atau jelasin dikit-dikit deh, biar aku ada pandangan." Ucapnya lagi. Kali ini tidak hanya Bara yang muak dengan kelakuan Freya, Elisa juga mulai sedikit malas menanggapi Adik tingkatnya yang tiba-tiba menghampirinya dan meminta bantuan untuk menyelesaikan tugas. "Kerjain sendiri, atau aku laporin ke Pak Bambang?" sahut Bara ketus sambil menatap Freya tajam. "Apaan sih. Lo tuh nggak diajak! Dasar cowo freak! Hidupnya terlalu serius, nggak bisa diajak bercanda. Nyebelin, ngeselin, rese, bikin orang darah tinggi mulu!" cerocos Freya, mengeluarkan segala kekesalannya pada Bara. Tanpa Freya sadari, perkataannya tadi mampu membuat Elisa kebingungan. Wanita itu langsung menatap Freya dan Bara bergantian. "Kalian saling kenal?" tanya Elisa, membuat Bara dan Freya sontak saling pandang. Sungguh, Freya sangat merutuki mulutnya yang asal bicara tanpa berpikir terlebih dahulu. "Enggak. Kemarin kita ketemu di parkiran. Dia habis nabrak mobil aku. Terus aku tegur, tapi dia malah marah-marah." Jawab Bara dengan santai. Membuat Freya langsung melotot dengan mulut yang terbuka lebar. Selain pandai mengarang skripsi, ternyata Bara juga pandai mengarang cerita. Lihat saja, Freya akan menghabisi Bara di Apartemen nanti. Karena sudah sangat kesal. Freya lantas pergi meninggalkan mereka berdua. Masa bodoh dengan tujuannya yang ingin menjauhkan Elisa dari Bara. Lebih baik ia pergi daripada harus melihat wajah Bara yang menyebalkan. Lain kali, ia akan memikirkan cara yang lebih cerdik agar sepasang kekasih itu tidak terlalu sering berkencan di Kampus. Karena jujur saja, Freya merasa risih dengan hubungan mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD