Kina dan Papinya menunggu ucapan Geri yang terputus.
"Kalau Om mengizinkan, saya mau dekat sama anak Om."
Kina dan Papinya terkejut dengan kelanjutan ucapan Geri.
Debar di jantung Kina semakin tidak terkontrol. Antara marah, takut bercampur senang. Namun Lagi-lagi Kina membangun dinding yang sempat ambruk beberapa detik yang lalu. Kina menatap Geri tajam seolah-olah ucapan Geri adalah kesalahan yang sangat besar.
Papi Kina yang sempat terkejut tiba-tiba tertawa.
"Kamu bercanda?"
"Saya serius, Om," ucap Geri mantap dengan wajah tegang menatap mata Papi Kina. Melihat wajah Geri yang terlihat serius, membuat Papi Kina menghentikan tawanya.
"Om fikir kamu hanya membalas lelucon Om."
"Enggak, Om. Saya benar-benar serius sama apa yang saya ucapkan. Jadi, apakah saya boleh mendekati anak Om ini?" tanya Geri sekali lagi namun kali ini dengan nada memohon sambil melirik Kina yang masih terpaku.
"Enggak boleh!!!" seru Kina tiba-tiba membuat Geri dan Papi-nya berjengit karena suara Kina lumayan kencang.
"Lex, gw bukan nanya lo. Tapi nanya Papi lo."
"gw gak peduli! Udah gw wakilin! Gak boleh!!! Pokoknya lo gak boleh deket sama gw!!" jerit Kina dengan wajah merah.
"Kenapa?" Geri dan Papi Kina bertanya bersamaan.
"No reason!! Pokoknya gw tegesin sekali lagi, gak boleh! jangan macem-macem lo sama gw, Kak!" tatap Kina tajam.
"Gw gak butuh jawaban lo, Alex si Preman Kampus.. Gw butuh jawaban Papi Lo. Jadi mending lo diem dul..Ouchh!!Lex..sakit, Lex!! Lo kalau mau punya pacar botak jangan gini caranya. Lo bisa suruh gw ke salon buat botakin rambut gw. Bukannya ngejambak pake tenaga samson gini!!"
Tiba-tiba Kina menjambak rambut Geri dengan tangan kirinya kencang karena kesal Geri tidak mendengarkan perintahnya.
"Bodo amat!!! Siapa suruh lo gak dengerin apa yang gw omongin!!! " Kina semakin menarik rambut Geri kencang, sementara Geri berusaha melepaskan tangan Kina yang berada di rambutnya. Geri bisa saja menyentak kasar tangan Kina, namun Geri lebih memilih merasakan sakit di kulit kepalanya daripada harus menyakiti tangan Kina.
"Nak.. Nak..kamu jangan bertindak anarkis seperti ini. Kalau Mami kamu tahu, bisa-bisa kamu di masukkan ke sekolah kepribadian."
Papi Kina yang tersadar dari keterkejutannya melihat anak gadis-nya berlaku kasar, langsung membantu Geri melepaskan tangan kiri Kina dengan perlahan. Mendengar kata sekolah kepribadian, membuat Kina merinding dan langsung melepaskan tangannya dari rambut hitam legam milik Geri. Dengan wajah yang kembali datar, Kina kembali duduk bersandar dengan tenang seperti tidak pernah terjadi apapun.
Kalau sampai Papi-nya memberi tahu Mami Kina, sudah dapat dipastikan Kina akan diseret Mami-nya untuk mengikuti Sekolah Kepribadian untuk menjadikannya wanita anggun. Kina melirik Geri sedang mengusap-usap kepalanya sambil meringis merasakan sakit yang masih tertinggal karena insiden jambak rambut yang baru saja dilakukan Kina. Sempat terbersit rasa bersalah karena tindakannya terhadap Geri, namun Kina mengenyahkan pikiran itu. Kina ingin agar Geri menjauh darinya bagaimanapun caranya, dan ini adalah salah satu cara untuk membuat Geri mundur dari rencananya mendekati Kina.
"Kamu sudah lebih baik, Nak Geri?" tanya Papi Kina cemas dan merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan Geri lebih awal dari tindakan anak kesayangannya. Papi Kina terlalu terkejut dengan serangan Kina yang tiba-tiba dan sempat terbengong beberapa saat.
"Masih nyeri sedikit, Om. Tapi gapapa kok, Om. Anggep aja latihan buat hadepin Alex kalo nanti dia melahirkan. Saya dengar kalo wanita mela.."
"Belum pernah ya kepala lo masuk ring basket??!!" tanya Kina datar namun jangan lupakan tatapannya yang tajam.
"Jahat banget sih, Eneng Alex."
Kina mendengus dan membuang wajahnya ke arah jendela untuk mengenyahkan rasa panas yang menjalar di sekitar wajahnya ketika Geri memanggil namanya dengan jenaka. Interaksi Geri dan Kina tidak luput dari perhatian Papi Kina.
"Jadi Om, saya boleh kan dekat sama anak Om?"
Kina menolehkan kepalanya cepat kembali ke arah Geri dan mengernyitkan alis tak suka, "Belum kapok?!"
"Gak akan kapok, Dedek Alex."
"Jijik, sumpah!!!"
"Really??"
"BODO!!"
"Sudah-sudah.. Kalian ini seperti anak kecil saja. Mengenai pertanyaan kamu Nak Geri, apakah benar sudah yakin?"
"Papi!! Apa-apaa.."
Papi Kina mengisyaratkan Kina untuk diam menggunakan telapak tangannya.
"Yakin Om!"
"Kina galak loh."
"Yang galak lebih menarik sampai gak buat bosan, Om," cengir Geri sableng sambil melirik Kina yang menatapnya garang.
"Kamu sudah siap buat babak belur? Bisa jadi besok-besok kamu bukan hanya di jambak."
"Kalau masalah itu, Om tenang saja. Saya sudah sangat menyiapkan fisik, Om!" kembali Geri menjawab dengan membusungkan d**a sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri. Sementara Kina yang menampilkan wajah tak percaya dengan jawaban Geri.
"Kamu tahu? Kina paling pintar buat pria yang mendekati dia mundur. Om bukannya menyombongkan kemampuan anak Om ini, tapi sudah ada beberapa pria yang dipukul mundur oleh Kina. Apa Kamu tidak takut itu akan terjadi sama kamu?"
"Maksud Om saya akan mundur?"
Papi Kina hanya menjawab dengan anggukan sementara Kina hanya mendengarkan dengan tenang. Lebih tepatnya pura-pura tenang. Padahal jantung Kina sudah berdetak tidak karuan karena masih belum percaya jika Geri nekat memohon izin pada Papi Kina untuk mendekati anaknya.
"Bagi saya, Alex adalah jalan buntu yang sepertinya membuat saya tidak bisa pergi kemanapun lagi,"ucap Geri mantap tanpa keraguan sedikitpun sambil menatap Kina dalam.
Kina dan Papinya terpana mendengar ucapan Geri. Dan tak bisa di cegah, semburat merah terlihat di pipi Kina namun segera disembunyikan oleh Kina dengan wajah juteknya.
"Kalau jalan buntu kamu kan bisa putar arah," pancing Papi Kina.
"Memang bisa Om, tapi saya tidak berniat untuk putar arah. Saya lebih memilih berhenti di jalan buntu itu, karena sepertinya saya kehilangan arah jika berhubungan dengan Alex."
Kina semakin terpana dengan ucapan Geri. Papi Kina diam-diam tersenyum puas dengan jawaban Geri yang terdengar bersungguh-sungguh.
"Hhmm.. Dengan berbagai pertimbangan, Om akan izinkan kamu mendekati Kina."
"Papi!!" protes Kina.
"Beneran Om?? Makasih ya Om.. Makasih!" Geri langsung mencium tangan Papi Kina antusias. Sementara Papi Kina tertawa melihat wajah Geri yang sumringah.
"Pi.. Kina gak setuju!"
"Iya.. Papi tahu kamu pasti tidak setuju. Tapi tadi Nak Geri kan tanya Papi, bukan tanya kamu."
"Deuuh..yang gak sabar di tanya sama Aa Geri.. Ouch!!"
Kina langsung meninju lengan Geri kencang.
"Sayang.. Tidak baik menggunakan kekerasan."
"Papi belain dia??!!" tanya Kina sarkas sambil menujuk Geri dengan tangan kirinya. Papi Kina hanya menggeleng pasrah melihat anak gadisnya ini dan tatapannya kembali tertuju ke arah Geri.