Dinda, dan Sahila sudah berdiri berhadapan di ruang tamu. "Ada apa ya?" Tanya Dinda to the point, tanpa basa basi lagi. "Juna belum pulangkan? Hmmm ... aku kira dia tidak ingin bertemu denganmu lagi. Aku sangat mengenal Juna, dia orang yang paling tidak bisa di hianati kepercayaannya. Aku rasa kamu tinggal menunggu Juna, melayangkan surat cerainya padamu, Dinda" kata Sahila, dengan nada mencemooh pada Dinda. "Apa ya maksud lo Tan, gue nggak ngerti" "Maksudku anak kecil! Juna sudah tahu kalau pernikahan ini bagimu hanya sebuah permainan saja. Menaklukan hati Juna bagimu, hanya pertaruhan saja, untuk membuktikan eksitensimu sebagai penakluk pria, iya kan!? Sekali lagi aku katakan, Juna sudah tahu itu! Dan pastinya, dia sangat kecewa padamu, Dinda. Aku yakin sekali, kalau ia tidak ingin m