PART 3. RAHASIA LALISA

2648 Words
Suara dentingan lift kembali berbunyi dan pintu lift terbuka. Lalisa, Abian serta Indira keluar dari lift tersebut dan masuk ke dalam pantry yang seperti biasa sudah begitu padat dan antrian yang panjang. Beberapa staf wanita lain menyapa Indira selagi mengantri. Indira mengabaikan Lalisa dan asyik bercerita dengan para temannya hingga tiba giliran Lalisa memilih makanan yang akan ia makan siang ini. Seperti biasa Lalisa memilih meja yang kosong berharap Indira akan satu meja dengannya, namun Indira lebih memilih untuk makan bersama teman staf wanita lainnya. Perasaan cemas takut di tinggalkan oleh orang-orang dekatnya membuat jantung Lalisa kembali berdegub kencang setelah melihat Indira mengabaikannya. Lalisa berusaha mengontrol napasnya yang memburu dan berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan semua. Lalu tiba-tiba saja seseorang duduk di hadapannya. Lalisa tercekat. Abian duduk di hadapannya membuat semua orang menatap kearah Lalisa. Dimana sejak dulu teman makan Lalisa hanya Indira, walaupun terkadang Indira juga makan siang bersama dengan staf lainnya. "Kenapa lo duduk disini?" tanya Lalisa. "Kenapa? memangnya gak boleh? apa staf biasa kayak gue ga bisa duduk sama manajer kayak lo?" balas Abian santai. "Ya udah! kalo lo ga mau---" "Gak! lo duduk disini aja" sela Lalisa menahan tangan Abian untuk tetap duduk dan makan bersamanya. Abian mengukir senyum di sudut bibirnya sebelum menyantap makan siangnya. "Oh iya.. sudah berapa lama lo bekerja di sini?" tanya Abian. "Sekitar empat tahun" balas Lalisa singkat. "Wow! sebelumnya lo bekerja dimana?" tanyanya penasaran. "Gak! Ini perusahaan pertama gue" Mendengar hal itu Abian mengangguk mengerti dan kembali melontarkan pertanyaan yang lainnya. "Setelah lo lulus lo gak ngapa-ngapain gitu? selama itu?" tanya Abian kembali. Lalisa tercekat mendengar pertanyaan Abian. Pertanyaan Abian membuat Lalisa kembali mengingat kejadian dimana hari kecelakaannya bersama kedua orang tuanya. Seketika wajah Lalisa pucat dan wajahnya berkeringat, tangannya gemetar membuat Abian panik. "Eh lo gak apa apa?" tanya Abian. "Gak apa-apa" balas Lalisa berusaha menenangkan dirinya. Lalisa menyeka keringatnya dengan tisu dan berusaha mengontrol pasokan oksigennya. Melihat hal itu Abian malah kembali melanjutkan pertanyaannya. "Jadi gimana? selama itu lo ngapain aja?" tanyanya kembali sembari menyantap makan siangnya. "Dirumah aja" balas Lalisa singkat. "Selama itu lo di rumah aja gak ngapa-ngapain?" tanya Abian kembali memperjelas. "Lo gak tau selama itu gue ngapain! Lo ga tau gue berperang melawan diri gue sendiri! dan lo bilang gue gak ngapa-ngapain?!" batin Lalisa meronta. Namun apa yang ada di dalam dirinya tak dapat ia keluarkan di hadapan Abian. "Iya. Gue gak ngapa-ngapain!" jelas Lalisa menekankan kata tersebut agar sangat jelas bagi Abian. "Enak banget.. pas dapat kerja langsung dapat posisi sebagai man----" "Tolong yah! kalo lo gak tau proses gue untuk bisa sampai di posisi sekarang, mending diam aja!" sela Lalisa kesal. Lalisa meninggalkan Abian yang masih menyantap makan siangnya. Aksi itu lagi dan lagi menjadi sorotan di pantry itu. Abian hanya mengidikan bahunya dan melanjutkan kembali makan siangnya. "Sensi banget jadi perempuan!" ucap Abian tipis. Lalisa meninggalkan pantry dengan perasaan kesal. Lagi dan lagi ia tidak dapat mengontrol sisi emosionalnya karena perkataan Abian. Lalisa menuju ruangannya mengambil sebuah pil lalu meneguknya bersama dengan air putih sembari menenangkan dirinya. "Tenang Lalisa! Tarik napas..." "Buang..." Kalimat itu terus yang terlontar dari bibir Lalisa sembari memejamkan matanya hingga sebuah ketukan pintu membuyarkan relaksasinya. "Mau apa lagi sih lo?" keluh Lalisa saat mendapati Abian yang masuk ke dalam ruangannya. Melihat beberapa staf lainnya kembali dari makan siang membuat Lalisa menekan tombol pada sebuah remote yang berada di atas mejanya, seketika semua tirai menutup jendela kaca ruangan Lalisa. "Lo gak apa apa?" tanya Abian yang kini sudah duduk di sofa ruangan Lalisa. "Lo bisa sedikit sopan gak sih?" keluh Lalisa atas sikap semena-mena Abian. "Ternyata lo tuh jauh beda banget dari sikap dan juga sifat pak Bata yah!" lanjut Lalisa menyindir Abian. "Bisa gak loh mendahului kata permisi atau meminta ijin terlebih dahulu?" ucap Lalisa yang terus saja mengkritik sikap Abian. "Lo tuh kuno banget sih jadi cewe!" balas Abian mengkritik Lalisa balik. "Oh iya.. gue lupa, lo kan besar di Amerika yah, jadi wajar aja sih tata kramanya kurang!" ungkap Lalisa. "Culture tiap negara emang beda-beda, jelas banget!" lanjut Lalisa. Lalu tiba-tiba saja pintu ruangan Lalisa terbuka dan menampakkan Indira yang berdiri di depannya. Lalisa dan juga Abian tercekat, begitupun Indira tidak menyangka kalau ada Abian di dalam ruangan Lalisa. "Loh.. kamu ada di sini?" ucap Indira pada Abian. "Ah iya. Pak Jeje memintanya datang memperkenalkan diri pada ku" balas Lalisa mendahului. Mendengar hal itu Indira mengangguk mengerti dan memperlebar senyumannya kepada Abian. "Terima kasih Abian.. kamu bisa kembali ke meja mu" ucap Lalisa meminta Abian meninggalkan ruangannya. Abian terkekeh sebelum meninggalkan ruangan Lalisa. "Sok sekali wanita itu!" keluhnya dalam hati. Lalisa menanyakan kedatangan Indira ke dalam ruangannya. Dimana Indira menyampaikan permintaan maafnya karena tadi mengabaikan Lalisa. Indira menjelaskan kalau ia tidak nyaman meninggalkan temannya hanya untuk duduk makan bersama Lalisa, Indira juga memberitahu Lalisa kalau banyak gosip yang beredar kalau Indira selalu mencari muka di hadapan Lalisa. Mendengar hal itu Lalisa menjadi tidak enak pada Indira. Karena dirinya, Indira mendapatkan gosip tidak mengenakkan dari para staf lainnya. "Maafkan gue yah.. Lis!" ungkap Indira. "Gak! lo ngapain minta maaf.. Ra. Gak apa-apa kok, santai aja! Sekarang lo gak usah beban kalo lo gak mau semeja sama gue pas makan siang yah gak apa-apa.. Ra" jelas Lalisa santai. "Ya udah gue balik ke meja gue deh.. makasih yah" balas Indira sebelum meninggalkan ruangan Lalisa. Kepergian Indira membuat Lalisa lagi dan lagi menyalahkan dirinya yang terlalu bergantung pada orang lain. Kejadian serta percakapan Lalisa barusan dengan Indira membuat ia kembali yakin kalau semua orang lagi dan lagi akan meninggalkannya seperti kedua orang tua serta omanya. "Apa Yeri juga nanti akan ninggalin gue?" "Apa kak Sheril juga nanti akan ninggalin gue?" Seketika pikiran itu memenuhi kepala Lalisa. "Apa selama ini gue jadi beban yah buat Yeri dan juga kak Sheril?" Lalu tiba-tiba saja terlintas di kepala Lalisa tentang ucapan yang di katakan Yeri padanya. "Gue akan selalu ada buat lo, Lis! gue bisa jadi dokter lo, gue bisa jadi temen lo, gue bisa jadi sahabat lo, bahkan gue juga bisa jadi saudara lo! Lisa.. lo itu gak pernah sendiri, gue dan kak Sheril akan selalu ada buat lo. Jangan pernah berpikir kalo lo adalah beban buat gue dan juga kak Sheril. Ingat itu, Lis!" Mengingat perkataan Yeri yang saat itu di ucapkan padanya membuat suasana hati Lalisa kembali sendu. Kondisi psikologi Lalisa sangat sensitif, hal sekecil pun bisa membuat suasana hatinya berubah. Lalisa menangis tanpa suara di dalam ruangannya. Lalisa selalu merasa dirinya sangat kesepian walaupun Yeri selalu berkata kalau ia dan juga Sheril akan selalu ada buatnya. Namun tetap saja di saat Lalisa sendiri dan tidak memiliki aktifitas yang menyibukkannya ia akan selalu merasa kesepian di tinggal oleh orang-orang yang dicintainya. Lalu ia kembali pada dirinya, mencoba melawan anxiety disorder-nya dengan menenangkan pikiran cemas dan mengatur pernapasan yang selalu membuat dadanya menjadi sesak. Lalisa menatap pantulan wajahnya pada cermin di atas mejanya, berusaha terlihat baik-baik saja. *** Abian mendapat tugas pertamanya untuk melihat tempat launching produk terbaru dari Daisy Company. Ia bersama dengan staf promosi lainnya mendatangi salah satu mall yang ramai di kunjungi orang-orang. Abian di buat risih dengan salah satu staf wanita yang selalu menempel padanya. Berkali-kali Abian menghindar namun wanita terus saja mendekat dan sok akrab padanya. "Zafira, Bian bisa kesini sebentar?" panggil Daniel. Abian berjalan lebih dulu meninggalkan Zafira yang sejak tadi berdiri tepat di sampingnya. "Ada apa?" tanya Abian. "Gimana menurut lo posisi disini, bagus gak sih?" tanya Daniel meminta pendapat. "Kayaknya sih oke! Lagi pula bagian ini juga yang sering di lalui pengunjung mall kan?" ungkap Abian. "Iya.. gue setuju sama Bian, Niel.." lanjut Zafira. "Oke deh! Ambil posisi ini aja guys!" teriak Daniel pada staf promosi lainnya. Posisi untuk launching produk terbaru dari Daisy Company telah siap, Daniel juga meminta para EO (Event Organizer) untuk mendesain tempat tersebut agar terlihat menarik dan juga wah. Abian dan staf lainnya kembali ke kantor, dimana Abian berhasil lolos dari Zafira yang terus saja menempel padanya sejak tadi. Abian berada di mobil berbeda kembali ke kantor, sedangkan Zafira bersama dengan Daniel dan staf lainnya. Abian menuju rooftop kantornya setelah kembali dari tempat launching produknya. Dimana ia mendapati Lalisa sedang duduk menyeruput minumannya sembari menatap pemandangan indah di rooftop. Lalisa menoleh setelah menyadari keberadaan seseorang selain dirinya dan ia melihat Abian yang sedang berjalan kearahnya. "Kenapa harus dia lagi sih?" keluh Lalisa. "Ngapain lo disini?" tegur Abian duduk di sebelah Lalisa. "Lo emang gak liat gue ngapain? gue lagi minum!" balas Lalisa jutek. "Minum kan bisa di ruangan lo, kenapa harus disini?" "Suka-suka gue lah.. gue mau minum di mana juga itu terserah gue, ngapain lo yang ngatur sih? hidup lo kok ribet banget!" ucap Lalisa kesal. "Sikap lo ke gue kok beda sama sikap lo ke staf lain?" tanya Abian penasaran. Dimana Lalisa selalu terlihat kalem di hadapan staf lainnya. "Gue memperlakukan orang sebagaimana orang itu memperlakukan gue! Kalo lo liat gue baik sama orang, berarti orang itu juga baik sama gue..." tegas Lalisa. "... Gak semua orang harus di perlakukan baik, kalo ada orang yang jahatin lo! yah lo jahatin juga lah.. ngapain lo harus baik sama dia orang yang jahat!" lanjut Lalisa. Abian tertawa tipis mendengar perkataan Lalisa. "Lo punya dua kepribadian yah?" tanya Abian tiba-tiba. "Maksud lo?" balas Lalisa bingung. "Tadi gue liat lo lagi sedih, sekarang marah, ntar lo bisa senang kembali gitu?" ucap Abian sembari tertawa. Mendengar perkataan Abian membuat Lalisa terdiam dan menyadari suasana hatinya yang selalu berubah dengan begitu cepat. "Terserah gue kan?" hanya perkataan itu yang dapat di katakan Lalisa untuk menutup mulut Abian. Lalisa beranjak dari kursi setelah ia menghabisi ice coklatnya dan membuangnya di tempat sampah. Lalisa meninggalkan Abian yang masih terduduk di tempatnya tadi. Abian meneguk kopinya sembari menatap pemandangan di atas rooftop perusahaan ayahnya. Ia memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan kepercayaan ayahnya untuk bisa memberikan posisi yang bagus untuknya di Daisy Company. Kepulangan Abian ke Indonesia dan meminta ayahnya memberikan jabatan untuknya di perusahaannya bukan semerta-merta ingin memfokuskan dirinya pada dunia bisnis. Namun semua itu ia lakukan untuk menunjukkan pada mantan kekasihnya kalau ia juga bisa sukses dan memiliki pekerjaan yang baik setelah waktu yang ia habiskan di Amerika hanya bersenang-senang bersama teman-temannya. "Liat aja lo! gue akan ada di posisi itu dan lo menyesal mutusin gue waktu itu!" ucap Abian. ***** Tepat seminggu Abian telah menjadi salah satu staf di perusahaan ayahnya, banyak hal yang telah ia pelajari dari departemen promosi yang di tempatinya saat ini. Hari ini ia tampak sibuk, dimana tepat hari ini adalah hari launching terbaru dari Daisy Company. Terlihat beberapa tas, sepatu serta aksesoris wanita lainnya memenuhi tempat pameran yang di telah di sediakan Daisy Company. Lalisa baru saja tiba setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Ia datang bersama dengan Elsa sekretarisnya, dimana terlihat beberapa jajaran manajer lainnya telah datang lebih dulu untuk memantau dan melihat acara tersebut. Begitu banyak pengunjung yang mendatangi tempat tersebut, sebuah tas pengeluaran terbaru juga terlihat di kerumuni beberapa anak remaja wanita. Melihat hal itu tentu saja membuat Lalisa sangat senang, bahkan rasa lelahnya sedikit berkurang karena pemandangan tersebut. Lalisa berdiri sambil menatap para pengunjung yang terlihat puas dengan produk terbaru dari perusahaannya. Dengan senyum yang merekah di wajah cantiknya, Abian tiba-tiba saja datang dan mengalihkan perhatiannya. "Gue pikir lo gak dateng" ucap Abian melirik kearah Lalisa. "Tentu saja gue dateng.. produk itu bisa launching berkat kerja keras departemen fashion desain, kan?" balas Lalisa santai. "Ya. Dan produk itu bisa menjadi pusat perhatian karena kerja keras departemen promosi yang memilih lokasi yang stategis" jelas Abian yang tak mau kalah. Lalisa terkekeh tipis mendengar jawaban Abian. "Kenapa lo tertawa?" tanyanya sinis. "Gak apa-apa" balasnya singkat. Lalu Indira juga ikut bergabung pada Lalisa dan Abian. "Hai.. Abian" tegur Indira ramah. Abian hanya mengukir senyum tipis untuk membalas sapaan dari Indira. "Sepertinya produk kali ini mempunyai pangsa pasar yang sangat bagus" ucap Indira. "Iya sepertinya" balas Lalisa. "Bagaimana dengan desain ku? Apa kah akan launching juga?" tanyanya menyinggung soal karyanya. "Pak Bata sudah melihat dan menyetujuinya--hm, pak Jeje juga begitu. Hanya saja tunggu tanggal launchingnya dari pak Henry" jelas Lalisa. Abian melirik tipis kearah Lalisa lalu memperlebar senyumannya. Dan tak sengaja Indira mendapati ekspresi wajah Abian. Kedatangan Bata di tempat launching tersebut membuat Lalisa dan para jajaran manajer lainnya menyambutnya dengan hangat. Begitupun Abian yang juga mendekatinya namun di abaikan oleh ayahnya. "Wow.. sangat ramai disini" ucap Bata puas. "Iya, sepertinya produk kita bisa menarik minat orang-orang" balas Lalisa yang juga terlihat puas. Abian lagi dan lagi melakukan kontak mata dengan Bata namun untuk kesekian kalinya, Bata mengabaikan kehadirannya. Hal itu membuat Abian menggerutu kesal lalu meninggalkan ayahnya. Langkah jenjang itu berhasil keluar dari tempat tersebut, hingga sesuatu yang ada di depan mata mencegatnya. Abian terdiam menatap seorang wanita yang juga sedang asyik melihat produk terbaru dari perusahaannya. Greeta Anastasia, mantan kekasih Abian saat berada di Amerika. Wanita yang sudah memutuskannya karena memandang remeh Abian. Wanita yang sudah lebih dulu mengambil kepulangannya ke Indonesia hanya untuk menjadikan alasan untuk menghindari Abian. Namun kali ini tampaknya mereka di pertemukan kembali setelah empat tahun berpisah. Abian beringsut mundur setelah melihat Greeta yang juga hadir dalam launching produk terbaru perusahaannya. Rasa kepercayaan dirinya seketika langsung hilang, dimana ia hanya sebagai staf perusahaan bukan sebagai anak dari pemilik perusahaan tersebut. Abian mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Greeta sebelum berhasil mengambil posisi tertinggi di perusahaan milik ayahnya. Tepat setelah Abian berbalik, Greeta mendapati punggungnya yang terlihat samar. Sekilas terbesit di benaknya, namun ia kembali mengabaikannya. "Gak mungkin dia" batinnya menyetujui. Abian berusaha menjauh dari tempat itu agar tidak dapat di lihat oleh Greeta. Sedangkan Lalisa ikut terlibat dalam menjelaskan beberapa produk perusahaannya yang sangat ramai di datangi para pengunjung. Tak lama Lalisa ikut serta menjelaskan mengenai produknya hingga ia berpamitan setelah Bata juga meninggalkan tempat tersebut dan kini hanya menyisakan beberapa staf. Lalisa menatap jam yang berada di tangan kanannya sambil memegangi ponselnya untuk menghubungi Yeri. "Hei.. apa bokap gue udah pulang?" tanya Abian yang tiba-tiba saja muncul di samping Lalisa yang sedang berjalan. "Hm" balasnya singkat dan mengabaikan kehadiran Abian. "Trus lo mau kemana?" tanyanya kembali. "Itu urusan gue, jadi lo gak perlu tau!" jelas Lalisa. Panggilan yang di arahkan Lalisa pada Yeri tak mendapat jawaban, ia kemudian menghubungi lagi dan mengakhiri panggilannya setelah mendapati Yeri berjalan sembari menatap sekeliling mencarinya. "Yeri!" panggil Lalisa. Mendengar Lalisa menyebutkan nama seseorang membuat pandangan Abian teralihkan. Ia melihat seorang wanita sedang melambaikan tangan pada Lalisa. Lalisa mempercepat langkahnya meninggalkan langkah pendek Abian di belakang. "Siapa dia?" tanya Yeri menatap kearah Abian. "Hanya staf biasa saja" balas Lalisa acuh. Mendengar jawaban Lalisa atas pertanyaan temannya membuat harga diri Abian jatuh. Tampaknya ia benar-benar harus mendapatkan jabatan baru untuknya. Lalisa dan Yeri meninggalkan Abian yang masih menatap sinis kearah keduanya. Lalisa yang meminta Yeri untuk datang melihat launching produk perusahaannya, namun tampaknya Yeri terlambat karena pekerjaan yang di milikinya. *** Abian dengan suasana hati yang buruk setelah tak sengaja bertemu Greeta mantan kekasihnya, lalu kembali di buat kesal karena jawaban Lalisa yang hanya menyebutnya sebagai staf biasa. Dimana kenyataannya ialah Abian adalah anak pemilik dari Daisy Company. Namun karena permintaan Bata yang meminta putra sulungnya di perlakukan secara adil, maka Abian tidak bisa memamerkan dirinya. Beberapa kali kata umpatan terlontar dari bibir Abian sambil mengantar langkahnya menuju parkiran mobil yang berada di basement gedung tersebut. Suara deringan dari ponsel Abian mengalihkan perhatiannya, sebuah nama tertera di layar ponselnya. "Kak lo dimana sih? bisa jemput gue gak?" ucapnya dalam panggilan. "Di jalan! Gak, gue gak bisa!" balas Abian dengan nada kesal. "Ya udah kalo lo gak mau! Punya kakak tapi kayak gak ada! udah, bye!" tutupnya. Abian menghela napas kasar setelah adiknya mengakhiri panggilan tersebut dengan perkataan yang membuatnya kembali berpikir. Lalu Abian menghubungi kembali adiknya dan meminta untuk mengirimkan lokasi agar ia bisa menjemputnya. Abian membanting stir mobilnya memutar haluan setelah mendapat lokasi yang di kirimkan adiknya. Dengan kecepatan penuh, mobil merah itu melaju menjemput adik perempuannya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD