PART 2. MALAM PERTEMUAN

2301 Words
Lalisa melajukan mobilnya meninggalkan gedung parkir kantornya menuju rumah sakit milik Sheril kakak Yeri. Tidak memakan waktu yang Lalisa berhasil tiba di rumah sakit tersebut dan berjalan masuk menuju ruangan Yeri yang berada di lantai dua rumah sakit itu. "Aw!" ucap Lalisa saat segelas kopi itu tertumpah dan mengenai higheelsnya. "Astaga.. maaf, mba! Aku ga sengaja... Aku minta maaf" ucap seorang remaja wanita. Anak remaja itu menunduk dan mengelap sepatu higheels yang di kenakan Lalisa. "Eh! Ya ampun, ga usah. Gak apa-apa kok!" sela Lalisa beringsut mundur menarik kakinya dan membantu remaja itu berdiri. "Aduh! Maaf mba, Aku tadi lagi balas chat dari kakak Aku.." ucapnya lagi dan lagi meminta maaf pada Lalisa. "Lisa?" sapa Yeri yang tidak sengaja mendapati Lalisa di lantai dasar rumah sakit. "Yuna? Ada apa?" lanjut Yeri pada remaja tersebut. Namun Lalisa lebih dulu menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan juga anak itu. Yeri tertawa tipis menatap Yuna yang merasa bersalah karena keteledorannya. "Sudah.. gak apa-apa. Kamu bisa pergi, kak Anneth kayaknya udah dari tadi deh nungguin kamu dan Riza" ucap Yeri ramah. Anak magang itu berpamitan pada Yeri dan juga Lalisa. Kepergiannya membuat Yeri mengajak Lalisa menuju ruangannya yang berada di lantai dua rumah sakit tersebut. Percakapan singkat berhasil mengantarkan Lalisa menuju ruangan Yeri dan di saat yang bersamaan Sheril juga lebih dulu berada di ruangan Yeri. "Loh.. Lisa?" sapa Sheril yang terduduk di sofa. "Halo kak.." balas Lalisa ramah. "Loh.. kok kak Sheril ada di sini? Bukannya hari ini gak ada jadwal di rumah sakit?" tanya Yeri bingung. "Tadi ada urusan terus mau mampir aja, Anneth pengen ketemu jadi Aku suruh dia ke ruangan kamu aja" jelas Sheril santai. Yeri kemudian mengangguk dan mempersilahkan Lalisa duduk di sebelah Sheril. "Gimana kesehatan kamu.. Lis? Obat dari Yeri masih di minum?" tanya Sheril. "Iya.. kak, masih" balas Lalisa. Ketiganya pun asyik berbincang membicarakan tentang penyakit Lalisa lalu beralih pada fashion. Dimana Lalisa memberitahu Yeri dan juga Sheril tentang produk dari perusahaannya yang akan launching. Mendengar hal itu Yeri dan juga Sheril tentu saja sangat bersemangat. Lalu di saat yang bersamaan Anneth teman dari Sheril mendatangi ruangan Yeri. Melihat hal itu Lalisa berpamitan pada Sheril untuk kembali ke kantornya, dimana Yeri mengantar Lalisa menuju parkiran mobilnya. "Hati-hati yah.. Lis!" teriak Sheril mengantar kepergian Lalisa. "Iya kak!" balas Lalisa sebelum meninggalkan ruangan Yeri. Yeri mengantar Lalisa kembali turun untuk menuju mobilnya. Lalisa memberitahu Yeri kalau malam nanti ia akan makan malam bersama pemilik Daisy Company dan para jajaran manajer lainnya. Mendengar hal itu Yeri selalu meminta Lalisa untuk memperkenalkannya dengan teman kantornya. Namun Lalisa yang payah untuk bersosialisasi selalu gagal untuk memenuhi keinginan sahabatnya itu. Lalisa berpamitan pada Yeri, mengemudikan mobilnya dan meninggalkan rumah sakit tersebut untuk kembali ke kantornya. Seperti yang di katakan Lalisa pada Elsa sekretarisnya, ia akan kembali pukul dua siang di kantor. Dan yah! Lalisa berhasil tiba sebelum pukul dua siang. Terlihat beberapa map folder kembali memenuhi meja kerjanya. *** Lalisa menatap jam di tangan kanannya dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya agar tidak menjadi tamu yang datang terlambat. Dimana hari mulai menggelap dan Lalisa memiliki jadwal makan malam bersama pak Bata serta jajaran manajer lainnya. Setelah menyelesaikan semuanya, Lalisa tidak memiliki waktu untuk mengganti pakaiannya. Ia hanya sedikit memoles wajahnya di dalam ruangannya. Lalisa menuju tempat makan malamnya seorang diri setelah tadi ia meninggalkan kantor yang sudah sepi. Tampaknya Henry dan juga Jeje telah tiba lebih dulu. Keduanya menyambut kedatangan Lalisa, lalu di susul oleh beberapa manajer lainnya. Semua kursi sudah tampak di penuhi dan hanya menampilkan Lalisa seorang diri sebagai manajer wanita di perusahaan Daisy Company. Tidak menunggu lama Bata dan juga istrinya sudah nampak sedang berjalan menuju meja yang telah di reservasi sebelumnya oleh asisten Bata. Terlihat samar Lalisa juga mendapati seorang lelaki bertubuh tegap dan sangat tinggi berjalan tepat di belakang Bata dan Nisya istrinya. Semuanya berdiri menyambut kedatangan Bata dan juga Nisya. "Apa kalian sudah menunggu lama?" tanya Bata. "Ayo.. silahkan duduk!" pinta Bata mempersilahkan semuanya duduk setelah dirinya. Lalisa dan para manajer lainnya menjatuhkan pandangannya kearah lelaki jangkung yang juga ikut duduk tepat di sebelah Bata. "Oh iya.. ini putra sulung ku Abian Malik Ganendra, dia baru saja kembali dari Amerika" ungkap Bata memperkenalkan Abian putra sulungnya. Semuanya mengangguk dan menyambut hangat kedatangan Abian. Namun Abian hanya tersenyum tipis di sebelah ayahnya menatap satu persatu staf dari perusahaan ayahnya. Lalisa hanya melihatnya sekilas lalu mempusatkan perhatiannya kembali kepada Bata dan juga Nisya. Selagi Bata bercerita pesanan juga sudah tampak memenuhi meja makan malam kali ini. Semuanya tampak serius mendengar cerita dari Bata, sedangkan Abian sedang asyik menatap ponselnya sembari tersenyum. Lalisa meliriknya tipis lalu mengabaikannya kembali. Bata mengungkapkan tujuannya untuk mengajak para manajer makan malam bersamanya untuk membimbing putra sulungnya yang akan ikut terjun langsung ke perusahaan miliknya. Bata tidak meminta Abian di perlakukan istimewa, justru dia meminta para manajer untuk memperlakukannya secara adil. Setelah memberitahu maksudnya dan di sepakati oleh para manajer serta Lalisa, Bata meminta semuanya menyantap makan malamnya dengan nyaman dan juga santai. Sifat serta sikap Bata selalu menjadi pujian bagi semua staf perusahaannya. Pembawaan yang bijaksana dan juga tegas selalu melekat di dalam dirinya. "Bian hormati orang yang ada di depan mu.." bisik Bata menegur Bian yang terus saja fokus pada ponselnya. Bisikan tipis itu dapat di dengar Lalisa yang duduk tepat di hadapan Abian. Kesan pertama Abian yang buruk menurut Lalisa. Semuanya tengah menyantap makan malam sambil bercerita satu sama lain membuat suasana menjadi lebih hangat dan kekeluargaan. Dimana Bata meminta untuk tidak membahas masalah pekerjaan agar membuat semuanya lebih nyaman menikmati makan malamnya. Setelah menghabiskan makan malamnya dan melahap beberapa dessert yang menjadi hindangan penutup serta obrolan yang menjadi akhir dari pertemuan malam ini. Bata kembali menyampaikan kalau besok Abian akan bergabung di Daisy Company dan meminta bimbingan dari manajer lainnya. Lalisa berpamitan pada Bata seperti manajer lainnya yang lebih dulu melakukannya. Lalisa juga berpamitan pada Nisya selaku istri Bata. Tampaknya Nisya juga telah mengenal Lalisa banyak dari Bata. "Kalau gitu Aku permisi.." ucap Lalisa sopan melemparkan senyumannya sebelum meninggalkan Bata, Nisya dan juga Abian. Kepergian Lalisa dan lainnya membuat Bata, Nisya dan juga Abian masuk ke dalam mobil miliknya. "Abian! ingat! jangan membuat papa malu kalau bekerja bersama mereka. Mereka semua adalah staf terbaik papa, kamu harus banyak belajar dari mereka!" ungkap Bata pada Abian. "Kamu dengar papa, tidak?" lanjut Bata memperjelas. "Iya, pa. Bian dengar" balas Abian singkat. Mobil itu melaju dalam kemudi Abian menuju rumah milik keluarga Bata Haidar Ganendra yang cukup jauh dari tempat makan malam tadi mereka datangi. *** Hari pertama Abian di perusahaan ayahnya. Tak ada yang tau kalau Abian adalah anak dari Bata Haidar Ganendra pemilik Daisy Company, terkecuali adalah jajaran manajer yang ikut makan malam bersama Bata kemarin malam. Abian berjalan dengan gagahnya menyusuri perusahaan milik ayahnya, dimana tak ada satupun orang yang menegur atau menyapanya. Lalu di saat bersamaan Lalisa yang baru saja datang tak sengaja melihat Abian berjalan seorang diri. Lalisa berniat untuk mengabaikannya melihat sikapnya yang kurang menyenangkan pada saat kemarin malam. Namun lagi dan lagi ia teringat kebaikan serta sikap Bata yang selalu baik kepadanya membuat Lalisa mendekat kearah Abian. "Hm.. ruangan siapa yang kamu cari?" tanya Lalisa santai mengingat permintaan Bata yang meminta para manajer memperlakukan Abian secara adil tanpa keistimewaan sama sekali. "Okta!" balas Abian santai. "Beliau adalah orang yang di segani di perusahaan ini. Beliau juga jauh lebih tua dari mu, kamu bisa memanggilnya dengan sebutan pak Okta!" ucap Lalisa sinis. Mendengar teguran dari Lalisa membuat Abian meliriknya sinis lalu memalingkan wajahnya kembali. "Ya! Dimana ruangannya?" tanya Abian. "Aku akan mengantar mu---ah tidak perlu Aku! Hm, ya! Elsa?" panggil Lalisa, dimana di saat yang bersamaan Elsa yang juga baru saja datang. "Iya bu?" balas Elsa mendekat. "Tolong anterin dia ke ruangannya pak Okta yah.." pinta Lalisa ramah. Mendengar permintaan Lalisa membuat Elsa meminta Abian untuk mengikutinya. Tatapan sinis Abian mengantar kepergiannya selagi Lalisa yang masih berdiri menatapnya. Lalisa mengambil lift yang berbeda dari Elsa dan juga Abian yang menuju ke ruangan Okta selaku CEO yang berada di lantai delapan gedung Daisy Company. "Hei.. apa jabatan dia di sini?" tanya Abian tiba-tiba. Elsa terdiam lalu menatap kearah Abian yang melontarkan pertanyaan yang kurang sopan saat kesan pertamanya. "Siapa? Ibu Lalisa?" tanya Elsa memperjelas. "Oh namanya Lalisa! Iya! jabatannya dia apa di sini?" balas Abian santai. "Dia manajer bagian fashion design.. dan Anda?" tanya Elsa balik. "Aku baru ingin bekerja disini" balas Abian santai. Mendengar jawaban itu membuat Elsa sulit menahan tawanya. "Ah.. maaf!" ucap Elsa setelah kelepasan tertawa di samping Abian yang menatapnya kesal seakan meremehkannya. Suara dentingan lift berhasil membawa Abian tiba di lantai delapan khusus ruangan wakil CEO, CEO dan juga Presiden direktur. Abian menatap nama ayahnya yang tertera di depan pintu yang bertuliskan "Ruangan presdir". "Apa ini ruangan pemilik perusahaan ini?" tanya Abian pada Elsa. Lalu hanya di balas anggukan. "Silahkan!" pinta Elsa. Abian menarik pintu ruangan Okta dan masuk ke dalam ruangannya. Tampaknya Okta sudah mengetahui kedatangan Abian lewat panggilan dari Bata. "Abian?" ucap Okta ramah. Okta Danantya yang tidak lain adalah sahabat dari Bata ayah Abian, dimana ia adalah orang pertama yang di rekrut Bata sejak perusahaannya berdiri. Okta hanya mengenali Abian saat ia masih remaja sebelum kepergiannya ke Amerika beberapa tahun yang lalu. "Hm.. iya" balas Abian singkat. "Ayo.. silahkan duduk!" pinta Okta. "Bata sudah menghubungi ku tadi.. katanya kamu akan datang" lanjut Okta menjelaskan. Okta memberitahu tentang posisi Abian yang di minta langsung oleh Bata. Bata meminta Abian dapat menguasai setiap departemen yang ada di Daisy Company. Dan ia meminta Okta menempatkan Abian pada bagian promosi terlebih dahulu. "Per tiga bulan.. Aku akan melihat kinerja mu yang di laporkan staf lainnya, kalau bagus ayah mu akan menempatkan mu di departemen yang lain---Bata hanya ingin kamu menguasai semua departemen perusahaan, Bian.." jelas Okta memberi dukungan pada Abian. "Ya.. dia sudah menjelaskan semuanya pada ku tadi dirumah" balas Abian. Okta mengangguk dan meminta sekretarisnya untuk mengantar Abian ke lantai tujuh tempat departemen promosi dan juga fashion design. "Jeje yang akan bertanggung jawab di bagian promosi" lanjut Okta sebelum Abian meninggalkan ruangannya. Sekretaris Okta mengantarkan Abian menuju lantai tujuh, lagi dan lagi Abian kembali di pertemukan dengan Lalisa. Abian yang sedang berjalan dengan sekretaris Okta menatap Lalisa yang tengah duduk di dalam ruangan miliknya dengan jendela kaca yang transparan. "Oh jadi dia beneran manajer disini" batin Abian menatap ke arah Lalisa yang tengah sibuk menatap laptopnya. Staf bagian promosi dan juga fashion design tampak memuja ketampanan yang di miliki Abian. Beberapa dari mereka terlihat girang karena memiliki anggota baru yang tampan di departemennya. Abian berhasil masuk ke dalam ruangan Jeje dan tak lama itu ia keluar bersama Jeje untuk memperkenalkannya pada staf promosi. Sesuai dugaan para staf wanita, kalau Abian adalah staf baru yang akan bergabung dengannya. Lalisa menatapnya dari balik jendela kaca ruangannya. Melihat Jeje tengah memperkenalkan Abian pada semua stafnya, dimana staf fashion design juga menyaksikan serta mendengarkannya pengumuman tersebut. Setelah cukup dengan perkenalannya Jeje kembali masuk ke dalam ruangannya dan Abian duduk di kursi miliknya seperti staf lainnya. Dari kejauhan Abian masih dapat melihat jelas wajah Lalisa yang berada di dalam ruangan miliknya. Baru saja terduduk sebentar, beberapa staf wanita menyapa dan menegur Abian dengan penuh semangat. Beberapa dari mereka memperkenalkan diri dan meminta Abian bertanya pada mereka kalau ada sesuatu yang tidak ia mengerti. "Terima kasih" balas Abian singkat dengan wajah risihnya. Waktu makan siang telah tiba, beberapa dari staf wanita kembali berkerumun di meja Abian mengajaknya makan siang bersama. Namun Abian menolaknya. Di saat yang bersamaan Abian mendapati Lalisa yang baru saja keluar dari ruangannya. Ia dengan gesit beranjak dari kursi lalu mengikuti Lalisa. Abian dengan langkah jenjangnya mengikuti Lalisa yang kini sudah berdiri di depan pintu lift menunggu lift tersebut terbuka. Lalisa melirik tipis dan mendapati Abian yang tengah berjalan kearahnya. "Wow! lo ternyata punya jabatan yang sangat bagus yah di perusahaan ini!" ucap Abian santai. Mendengar Abian yang berbicara non formal dengannya di dalam lingkungan kantor membuat Lalisa meliriknya sinis lalu memalingkan kembali wajahnya menatap pintu lift yang tak kunjung terbuka. Lalisa mengabaikan perkataan Abian. "Apa lo akrab dengan si Jeje itu?" tanya Abian kembali. Lagi dan lagi Abian memperlihatkan sikap tidak sopannya. "Dia atasan kamu seharusnya kamu memanggilnya---" "Iya.. pak Jeje maksud gue!" sela Abian mendahului. "Gue gak akrab dengan siapapun!" jelas Lalisa. Suara dentingan lift membuat Lalisa masuk ke dalamnya. "Apa lo bisa naik lift lainnya? atau ga tunggu sampai lift ini kembali?" pinta Lalisa mencegat Abian masuk bersamanya. Namun tampaknya Indira juga baru akan turun ke pantry untuk makan siang. Melihat Indira yang muncul di belakang Abian membuat Lalisa beringsut mundur dan mempersilahkan Abian masuk ke dalam lift yang sama dengannya. Menyadari hal itu Abian menoleh ke belakang dan mendapati staf wanita yang ikut masuk bersamanya ke dalam lift tersebut sembari mengagguk mengerti. "Lis.. gimana udah ada tanggal launchingnya?" tanya Indira. "Hm.. pak Jeje tadi sudah memberikan tanggalnya" balas Lalisa ramah. "Oh iya.. apa kamu anak baru yang di departemen promosi itu?" tegur Indira pada Abian. "Ya" balasnya singkat. "Aku Indira.. nama mu siapa?" lanjut Indira memperkenalkan diri. "Abian.. panggil aja Bian" balas Abian santai. Suara dentingan lift kembali berbunyi dan pintu lift terbuka. Lalisa, Abian serta Indira keluar dari lift tersebut dan masuk ke dalam pantry yang seperti biasa sudah begitu padat dan antrian yang panjang. Beberapa staf wanita lain menyapa Indira selagi mengantri. Indira mengabaikan Lalisa dan asyik bercerita dengan para temannya hingga tiba giliran Lalisa memilih makanan yang akan ia makan siang ini. Seperti biasa Lalisa memilih meja yang kosong berharap Indira akan satu meja dengannya, namun Indira lebih memilih untuk makan bersama teman staf wanita lainnya. Perasaan cemas takut di tinggalkan oleh orang-orang dekatnya membuat jantung Lalisa kembali berdegub kencang setelah melihat Indira mengabaikannya. Gangguan kecemasan itu kembali mengganggu aktifitasnya. Lalisa berusaha mengontrol napasnya yang memburu dan berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan semua. Lalu tiba-tiba saja seseorang duduk di hadapannya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD