14. Pertemuan Kedua Wanita

1170 Words

Raymond buru-buru memalingkan wajah dan meletakkan gelas air hangat di meja kecil dekat sofa. Dia berbicara dengan suara serak, tanpa menatap Amara. “Ini … air hangatnya. Minumlah setelah kamu selesai.” Amara yang juga merasa sangat canggung, segera menarik selimut yang ada di sofa untuk menutupi dadanya. Alat pemompa ASI yang masih bekerja, membuatnya tak leluasa untuk bergerak. Pipi gadis itu merah padam, bahkan menyaingi rona matahari pada siang yang terik itu. Tak ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Hanya keheningan yang diisi dengan degup jantung mereka masing-masing. “Maaf …,” ucap Amara akhirnya, lirih. “Saya nggak bermaksud membuat Bapak merasa nggak nyaman.” Raymond duduk di sofa seberang, memijit pelipisnya. "Ini bukan salah kamu. Saya yang ceroboh, padahal kamu seda

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD