33. Memanipulasi Diah

1136 Words

Sementara itu di gedung fakultas hukum, Amara berjalan tergesa-gesa menuju taman belakang kampus. Tempat itu cukup sepi dan jauh dari keramaian. Dia duduk di salah satu bangku, menunduk dalam-dalam, menahan napas yang mulai memburu. "Kenapa aku bisa bertemu dengan adik iparnya mama?" gumam Amara dengan batin yang terasa kosong. Tangannya mencengkeram sendok plastik bekas makanannya yang dia bawa tanpa sadar. Amara ingin menangis, tapi matanya seakan sudah kering oleh semua luka masa lalu. Kilasan masa kecilnya muncul di benaknya, ketika sang ibu mengemas barang-barangnya dengan cepat, memeluknya sekali dan berkata dengan suara gemetar, "Maaf, Mama harus pergi, tapi Mama tetap sayang kamu, Amara." "Mama mau ke mana? Apa Mama juga mau ninggalin aku kayak Papa?" tanya Amara kecil dengan a

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD