Author Pov
Vivian masih memperhatikan Raka yang masih sibuk mengganti ban mobilnya, Vivian melihat Raka bagai melihat emas, kilaunya membuat diri Raka terlihat sangat berharga, apalagi malam ini Raka hanya mengenakan kemeja dan celana bahan, entah kenapa Vivian merasa itu saja sudah cukup membuat Raka terlihat sempurna ditambah bulir keringat yang membasahi wajah Raka.
Vivian membuka tas tangannya dan mengambil sehelai tissue, dengan pelan Vivian berjalan kearah Raka dan mulai mengusap keringat yang membasahi wajah Raka. Raka kaget dan mengelak ketika Vivian berusaha membersihkan keringatnya.
“Sudah tidak perlu saya saja” kata Raka yang sedikit salah tingkah mendapat sentuhan Vivian.
“Santai saja Mas, aku gak bakal makan kamu kok, tegang amat sih” Vivian memberikan tissue tadi dan kembali ke posisinya semula.
“Sekarang kamu boleh nolak aku polisi ganteng, tapi suatu saat kamu yang akan mengejar – ngejar aku” kata Vivian dalam hati.
Vivian tiba – tiba melihat ponselnya bergetar, dan Vivian tertawa melihat siapa yang menghubunginya.
“Halo Varrel Baby”
“Gaya banget sih, dimana kamu?”
“Hmmm mau tau aja, kenapa Baby”
Raka yang mendengar percakapan Vivian dan Varrel memasang kupingnya tajam – tajam.
“Kakak nginap di apartemen hari ini, kamu mau tidur disini atau pulang ke rumah Om Bastian”
“Nanti aku kabarin, aku lagi dijalan”
“Oh okay, hati – hati”
Varrel mematikan ponselnya sedangkan Vivian masih berakting seakan dia masih berbicara dengan Varrel.
“Kamu lagi apa Baby? Hmmm apa gak kedenger aku lagi dijalan, bentar” Vivian pura – pura masuk ke mobil dan duduk pas disamping Raka yang sedang mengganti ban.
“Transaksi besar? Wah duitnya banyak dong, boleh nih belikan aku tas Hermes”
Raka semakin menajamkan telinganya siapa tau Vivian menyebut nama dimana transaksi akan dilakukan.
“Iya… pokoknya aku gak akan bilang siapa – siapa dimana transaksi kali ini, sudah cukup yang gagal kemarin” Vivian masih melanjutkan sandiwaranya, Vivian menahan tawa melihat wajah kepo pengen taunya Raka.
“Ya sudah Baby, ada yang kepo sepertinya” mendengar kata – kata Vivian, Raka kembali sibuk dengan bannya.
Vivian menyilangkan kakinya yang panjang dan meletakkan dagunya di tangannya, Vivian terus memperhatikan Raka yang semakin terlihat macho karena usahanya memperbaiki ban.
“Jujur deh sama saya Mas, kamu pernah perbaiki ban, lama banget ini sudah 1 jam loh” Tanya Vivian.
Raka yang bermaksud menunda pekerjaan karena mendengar cerita tadi, terlihat semakin salah tingkah.
“Mas aku haus nih, ada minum gak yah”
“A..ada sebentar” Raka berlari kerumahnya. Vivian mengikuti Raka ke rumahnya tapi sebelum itu lagi – lagi ban yang lain di kempeskannya, maksudnya biar hari ini Vivian bisa menghabiskan waktu dengan Raka.
“Maaf Mas numpang duduk ya disini boleh gak? Soalnya di luar banyak nyamuk, lihat nih paha aku udah merah – merah” Vivian memperlihatkan kakinya yang sebenarnya tidak ada apa – apa, Raka lagi – lagi membuang nafasnya.
“Sepertinya sebelum gue mendekati gadis ini, gue sudah hancur duluan” kata Raka dalam hati yang kaget dengan gaya Vivian yang sedikit liar.
“Boleh dong ya lihat – lihat sebentar rumahnya, sepertinya bagus dan nyaman” Vivian meletakkan gelasnya dan berjalan menuju kedalam rumah Raka. Rumah khas lelaki dan sepertinya tidak ada sentuhan tangan perempuan.
“Oh iya mas, kita sudah sering loh bertemu, tapi aku sama sekali tidak tau namamu”
Vivian memutar tubuhnya dan ternyata Raka berdiri persis di belakangnya. Jadi sekarang posisi mereka benar – benar sangat dekat dan hembusan nafas Raka terasa diwajah Vivian.
“Ra.. Raka” Raka mundur beberapa langkah. Wanita ini benar – benar membuatnya salah tingkah.
“Hai Raka, aku Vivian, kamu boleh manggil aku Vi, Vivi atau Vian terserah” kata Vivian dengan riang.
“Ba.. Baiklah Vi”
Vivian menjulurkan tangannya, dia ingin dirinya dan Raka bersalaman, dengan pelan Raka membalas uluran tangan Vivian. Vivian meremas tangan Raka.
“Baiklah Vi, sekarang lebih baik kita kembali ke mobil” ketika Vivian dan Raka ingin keluar dari Rumah, terdengar suara teriakan dari atas.
“Vicky” Raka berlari dan tanpa dia sadari dia menabrak bahu Vivian. Raka terlihat panik, ya adiknya hari ini sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, akibat memakai terlalu banyak barang terlarang otak Vicky menjadi rusak. Dan sekarang sifat dan tingkahnya seperti anak – anak, suka mengamuk dan merusak barang.
Vivian penasaran kenapa Raka menjadi seperti itu, Vivian mengikuti Raka dan melihat beberapa barang terlempar dari dalam sebuah kamar.
“Vicky, ini abang… kamu ingatkan, ini abang Raka” Raka masih berusaha membujuk Vicky, suster yang merawat Vicky kewalahan dan kabur dari rumah. Vivian semakin mendekati kamar Vicky.
“Vi, lebih baik kamu pergi” teriak Raka. Vivian semakin penasaran dan tidak mendengar kata – kata Raka.
“Vivian!!!” Raka semakin emosi, Raka tidak mau targetnya terluka karena lemparan barang.
Vivian semakin masuk, tangannya di cengkram Raka, “Ini bahaya, lebih baik kamu pulang Vi”
Vivian melepaskan tangan Raka dan mendekati ranjang Vicky.
“Hay apa kabar?” Tanya Vivian dengan ramah. Vicky melihat kearah Vivian, wajahnya terlihat bingung.
“Aku… aku baik” balas Vicky. Raka kaget melihat reaksi Vicky, selama ini jika ditanya dia hanya akan diam atau meraung, tapi Vivian berhasil membuatnya berbicara setelah sekian lama.
Vivian duduk di tepi ranjang dan menepuk – nepuk tangannya diatas kasur dan menyuruh Vicky untuk duduk didekatnya dan lagi – lagi Vicky menuruti.
“Nama aku Vivian, kamu boleh manggil Vi, Vivi atau Vian, nama kamu siapa sih”
“Vicky.. Vicky” Vicky meremas tangannya.
“Vicky kenapa marah – marah, kalo mau sesuatukan bisa minta sama abang Raka” kata Vivian lembut, Raka terlihat takjub bagaimana cara Vivian menjinakkan Vicky.
“Aku… Aku tidak suka susternya, dia jahat” kata Vicky terpatah – patah.
“Oke kalo Vicky tidak suka, bang Raka akan ganti dengan suster baru, iyakan bang” Vivian melihat Raka.
Raka mengangguk dan lagi – lagi Vicky menggeleng “Vicky maunya Vi… Vicky maunya Vi” Vivian tertawa jalannya mendekati Raka semakin dekat dan dengan menjadi suster Vicky, dirinya akan setiap hari bisa bertemu dengan Raka.
“Vicky nanti abang carikan suster yang baik ya, Vi nya sibuk yakan Vi”
“Huwaaaa Vicky maunya Vi… maunya Vi”
“Stsss iya iya, Vi gak sibuk kok… Vi bisa kok mengurus Vicky” Raka melihat Vivian panjang dan memberi kode untuk dirinya keluar.
“Vicky, Vi ke toilet dulu ya, nanti Vi kesini lagi” kata Vivian lembut, Raka sangat terkesima melihat Vivian yang bisa membuat Vicky tidak mengamuk lagi.
Vivian mengikuti Raka dan mereka mulai berbicara.
“Vi, kamu tidak perlu mendengarkan Vicky, nanti aku cari saja suster yang baik”
“Aku ini mantan suster loh Raka, ya walau tidak pernah dinas di RS” Vivian tidak berbohong, dulu dia memang sempat mengenyam pendidikan perawat, tapi karena Papinya tidak menyukai dirinya menjadi perawat, maka setamat kuliah Vivian tidak pernah dinas di RS.
“Tapi aku tidak mau membuat kamu kerepotan mengurus Vicky”
“Vicky anak yang baik kok dan aku yakin dia bisa sembuh, btw kalo boleh tau dia sakit apa” Tanya Vivian yang penasaran kenapa Vicky yang masih sangat muda menderita seperti itu.
Raka membuang nafasnya “Vicky pecandu, dan barang haram itu membuat otaknya rusak” Raka terlihat sangat sedih.
“Pantasan kamu mau membasmi geng Drostine, kalo aku jadi kamu aku juga akan melakukan itu Raka” kata Vivian dalam hati.
“Ya sudah aku pulang saja, besok aku kembali”
“Kalo kamu sibuk, tidak usah kesini Vi”
“Besok aku kesini Raka, aku juga lagi tidak sibuk, ya sudah aku tidurkan Vicky dulu, setelah itu aku akan pulang”
****