Di luar sana, tepatnya di atas balkon. Sahda kembali merenungi nasib sial dalam rumah tangganya, “Apakah Mas Fathur benar-benar sudah melakukan hal itu dengan Sahra?” Tanya nya dalam hati. “Aku seorang bidan, seharusnya aku tahu bahwa adik ku pernah atau sudah melakukan hal itu. Aku akan mencari tahu melalui diri Sahra,” ucapnya kembali dalam hati. “Ya Tuhan, mengapa semua ini terjadi padaku?” Air matanya menetes kembali, “Apa salahku Tuhan?” Sahda membungkukkan tubuhnya, mengangkat kakinya hingga lutut nya menepel di batas d**a. Air matanya berjatuhan tak beraturan, ini pertama kalinya pertengkaran nya bersama Fathur di mulai. Sahda menjadi sosok wanita yang keras, menurutnya tiga bulan bukan waktu yang sebentar untuk bersikap sabar. Sabar Sahda di anggap remeh olehnya dan kali ini Sa

