Lembur.

1114 Words

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Ethan akhirnya, suaranya rendah tapi tegas. Lily tersentak, hampir menumpahkan kopinya. Ia menggeleng cepat. “Tidak … tidak ada, Tuan. Aku hanya … menyelesaikan laporan.” “Bohong.” Satu kata itu menghantamnya seperti palu. Lily membeku, tak berani mengangkat wajah. Ia merasakan keringat dingin di punggungnya. Ethan bersandar di kursinya, menautkan jari-jarinya. “Kamu terlalu jujur untuk bisa menyembunyikan sesuatu. Wajahmu selalu lebih dulu berbicara.” Lily akhirnya mengangkat wajah, menatap Ethan sekilas. Tatapan itu bukan sekadar pengamatan seorang atasan pada bawahan. Ada sesuatu yang lain—hangat, menuntut, membuatnya ingin sekaligus takut untuk jujur. Ia menunduk lagi, meremas ujung rok kerjanya. “Aku … hanya merasa bersalah,” ucapnya lirih. “Bers

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD