Akhirnya Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari dimana Afnan dan Zahra akan melangsungkan Pernikahan.
Zahra melihat pantulan dirinya dicermin, memakai gaun sederhana dan make up yang tipis tapi tetap cantik di wajah Zahra. Dan tak lupa pula memakai hijab untuk menutupi Auratnya.
Sangat Cantik.

Apakah yang dia lakuin ini sudah benar ? Apa dia bisa menjalankan pernikahan ini dengan bahagia. Mengingat perkataan Afnan yang waktu itu sangat menyakiti hatinya.
Itulah kalimat-kalimat yang saat ini ada di kepalanya.
Dia sangat takut dengan Nasib pernikahannya nanti.
Tapi Zahra tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa pasrah. Dia akan menjalani pernikahan ini dengan ikhlas, Karena pernikahan bukanlah Lelucon.
Maka dia akan menerimanya, tidak perduli masalah apa yang akan dia hadapi, dia akan menerimanya. Tidak masalah kalau sekarang Afnan tidak menerimanya, tapi dia yakin suatu saat nanti dia pasti akan menerima Zahra sebagai istrinya. Itu hanya soal waktu.
Semangat.
Ceklek.
Terdengar suara pintu dibuka. Tampaklah seorang pria dengan balutan kemeja yang sangat rapi menghampiri Zahra. Pria itu Haikal.
"Abang.." Ucap Zahra saat Haikal menghampirinya.
Haikal melihat pantulan adik kesayangannya melalui Cermin. begitu Cantik.
"Adeknya Abang sekarang udah gede yah, udah mau nikah aja. Padahal Abangnya juga belum" Ucap Haikal pada Zahra sambil tersenyum.
"Ulululu cini peluk dulu" Jawab Zahra sambil merentangkan tangannya, ingin memeluk sang Kaka tercinta.
"Mangkanya, Abang cari cewek. Jangan ngurusin orang sakit mulu. Biar nanti bisa nyusul nikah dan ngasih Zahra keponakan." -Lanjut Zahra.
Haikal hanya bisa tersenyum. Melihat tingkah adiknya yang Lucu
"Kalo gitu Abang aja deh yang minta keponakan dari kamu" Ucap Haikal.
Seketika wajah Zahra berubah sedih.
Haikal yang melihat perubahan wajah Zahra pun Mengerti. Haikal memeluk adiknya.
Dia sangat tau Afnan tidak menerima pernikahan ini apalagi saat dia tau Zahra adalah adik kandungnya, dia juga pasti akan membenci Zahra.
Sebagai Kaka ada rasa takut dihatinya, Takut jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Adiknya. Dia tidak bisa melihat Zahra meneteskan air matanya, ia sangat terluka jika itu sampai terjadi.
"Dek, Kalau nanti ada Masalah atau dia sampai nyakitin kamu. Bilang sama abang" Ucap Haikal pada adiknya.
Zahra yang berada dipelukan Haikal pun mengangguk.
Sebagai jawaban Iyah.
Haikal melepaskan pelukannya dan pamit pergi kebawah untuk melihat Acara Akad nikah.
***
Sedangkan ditempat lain.
Tidak banyak orang yang datang menghadiri acara pernikahan Zahra dan Afnan.
Hanya keluarga, teman bisnis beberapa orang saja, dan teman terdekat Zahra dan Afnan. Lagipun mereka tidak ingin pernikahannya diketahui oleh banyak orang.. itu permintaan dari Afnan dan Zahra.
"Apa semuanya sudah siap..?" Tanya penghulu.
Semuanya bilang siap tapi Afnan hanya menganggukan kepalanya saja.
Ayah Fawwaz mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Afnan. Dan Afnan pun menerima uluran tangan dari pria yang sebentar lagi menjadi ayah mertuanya.
"Saudara Afnan Al-Farizi Qazzi, saya nikahan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya, Az-Zahra Khairunnisa Hamzah, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar Tunai" Ucap Ayah Fawwaz lantang.
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Az-Zahra Khairunnisa Hamzah binti Fawwaz Hamzah, dengan mas kawin tersebut Tunai" Ucap Afnan Lantang.
"Bagaimana para saksi, Sah ?" Ucap penghulu.
"Sah"
"Sah"
Ucap para hadirin.
"Baiklah, tolong panggilkan pengantin wanitanya" Ucap penghulu.
Zahra turun kebawah dengan didampingi bundanya. Menghampiri Seseorang yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya.
Zahra duduk di samping Afnan yang begitu acuh tidak berniat sedikit pun melihat kearah Zahra.
Afnan kini memakaikan cincin di jari manis Zahra. Begitupun dengan Zahra memakaikan Cincin di jari manis Afnan.
Zahra mencium punggung tangan Afnan dan Afnan pun mencium kening Zahra. Tanpa ekspresi apapun.
Setelah akad selesai para tamu undangan mengucapkan Selamat pada sang pengantin.
Ada Jihan, Arrumi, dan ada juga tema dari Afnan yaitu Ammar dan Fadhli.
***
Setelah semua acaranya selesai. Dan siang pun telah berganti malam.
Disinilah sekarang.
Afnan dan Zahra didalam kamar yang sama. Yaitu kamar Zahra
Ceklek..
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Zahra yang sudah memakai baju tidur dan hijabnya.. dia belum bisa membuka hijab didepan suaminya Karena dia masih belum siap.
Lalu Afnan beranjak kekamar mandi berniat untuk membersihkan diri.
Zahra duduk dipinggir Ranjang. Memainkan ponselnya.
Tidak berapa lama Afnan pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian simple, kaos dan celana pendek. Tampan
Zahra yang melihat itu pun berusaha mengatur degup jantungnya. Agar kembali seperti semula.
Afnan menghampiri Ranjang, tapi bukannya tidur dia malah mengambil bantal dan membawanya ke Sofa yang ada dikamar Zahra.
Zahra yang melihat itupun langsung berkata.
"Bapak kok tidurnya disitu ?" Ucap Zahra.
"Memangnya kenapa?" Jawab Afnan yang bukannya di jawab malah balik bertanya.
"Kita kan sudah suami istri pak, bapak boleh tidur satu ranjang sama saya?" Jawab Zahra.
Afnan yang saat itu sudah menutup matanya pun seketika terbuka kembali.
"Apa kamu pikir saya menganggap kamu sebagai istri saya?" Ucap Afnan.
"Oh ayolah nona, Jangankan satu ranjang. Berdekatan dengan kamu saja, saya tidak Sudi." -Lanjut Afnan dengan nada mengejek.
"Jangan bertingkah seolah-olah kita ini adalah suami istri pada umumnya. Karena pernikahan kita hanya diatas kertas, tidak lebih." Sambung Afnan lalu tidur disofa.
Sedangkan Zahra. Hati wanita itu begitu terluka saat Suaminya mengucapkan Kalimat itu.
Dia menangis dalam diam. Sampai tanpa sadar Zahra sudah memasuki alam mimpi.