Pagi ini Zahra dan Afnan sedang berada didalam mobil. Pagi ini mereka akan pindah ke mansion milik Afnan.
Sebenarnya Zahra tidak ingin jauh-jauh dengan keluarganya tapi apa boleh buat, Afnan sendiri yang meminta untuk pindah dan langsung di setujui oleh Ayah dan bundanya.
Hening.
Tidak ada yang memulai pembicaraan.
Setelah cukup lama, Mobil Afnan memasuki pekarangan Mansion yang sangat mewah. Sepertinya sudah sampai.
Zahra terperangah melihat Mansion yang dihadapannya ini, Mansion itu begitu megah dan mewah. Ini seperti Istana
"Ini mansion milik Afnan?? sekaya itu kah suaminya" Ucap Zahra dalam hati
"Apa kau tidak ingin keluar dari mobil" Ucap Afnan menyadarkan Zahra yang sedang mengagumi mansion dihadapannya.
Afnan pergi meninggalkan Zahra dan berjalan masuk terlebih dahulu. Mengabaikan Zahra yang saat ini tengah kebingungan.
"Sabar Zahra sabar kamu harus lebih sabar menghadapi suamimu" Ucap Zahra pada dirinya sendiri.
Zahra keluar dari mobil menyusul Afnan yang sudah terlebih dahulu.
"Selamat datang Tuan Muda dan nona muda" Ucap Ketiga pelayan. Yang berdiri didepan pintu.
Afnan tidak menjawab, dia langsung masuk kedalam mansion.
Tapi sebelum benar-benar masuk Afnan berbicara sesuatu.
"Bereskan pakaian saya, dan beritahu gadis itu untuk tidak menginjakkan kakinya kedalam kamar saya. Karena saya tidak suka jika ada orang lain menyentuh barang-barang milik saya, kalau bukan saya sendiri yang menyuruh. Dan Ajak dia mengelilingi mansion ini. Pilihlah kamar yang ingin dia tempati" Perintah Afnan.
Ketiga pelayan itu pun mengangguk menyetujui perintah Tuannya.
Sedangkan Zahra hatinya begitu sakit saat suaminya sendiri mengatakan kalau dia orang lain.
Sebegitu bencinya kah suaminya itu dengan Zahra.
"Nona" Panggil salah satu pelayan.
"Iyah" Jawab Zahra
"Saya akan mengantar nona mengelilingi mansion, dan membantu nona memilih kamar" Ucap pelayan.
"Tidak perlu" Jawab Zahra.
Pelayan itu menyerngit tidak paham.
"Maksudku tidak perlu mengajaku untuk mengelilingi mansion. Cukup ajak aku ke satu kamar saja" Ucap Zahra. Dia sudah lelah, dia butuh istirahat.
"Baiklah. Saya akan mengantarkan nona kekamar terbaik diantar kamar yang lain di mansion ini" Ucap pelayan itu dengan tersenyum.
Terbaik apa ?? Apanya yang terbaik saat suami istri pisah kamar dan menganggapnya orang lain. Apa itu yang dinamakan terbaik.
"Iyah" Jawab Zahra singkat.
Dia sudah lelah, bukan lelah fisik tapi Hatinya. Hatinya begitu sakit dan dia butuh istirahat.
"Ini kamarnya nona, saya akan membantu nona untuk membereskan barang-barang nona" Ucap pelayan itu.
"Itu tidak perlu, saya bisa membereskannya sendiri." Jawab Zahra.
"Tapi nona, itu sudah tugas saya" Ucap Pelayan itu.
"Tidak usah, aku yang akan membereskannya sendiri. Kamu lanjutkan saja pekerjaan kamu yang lain. Oke" Jawab Zahra sambil tersenyum manis.
"Baik nona, saya pamit pergi ke dapur dulu, kalau nona butuh sesuatu panggil saya atau yang lain" Ucap pelayan itu..
"Oke siap" Jawab Zahra.
"Saya permisi nona" pamit pelayan itu.
Baru ingin melangkah pergi.
Sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Tunggu, nama kamu siapa ?" Tanya Zahra.
"Adilla nona" Jawab pelayan itu.
"Hai kak Adilla. Perkenalkan nama aku Zahra" Jawab Zahra seraya tersenyum manis
Pelayan itu tersenyum mengangguk. Dan pamit pergi.
Zahra mulai Membereskan semua barang-barangnya. Disusun serapih mungkin.
Dan Setelah semuanya sudah selesai Zahra pergi ke kamar mandi mulai membersihkan diri.
Zahra keluar kamar Mandi dengan pakaian yang sudah rapi, lalu ia duduk ditepi ranjang.
Zahra saat ini sedang merenung memikirkan takdirnya yang tidak tau akan seperti apa.
Statusnya sekarang menjadi istri, tapi suaminya tidak menganggap dia sebagai istrinya. Apa ini ujian darimu ya Rabb.
Jika benar Iyah, tolong bantu Zahra biar selalu sabar, tabah dan kuat menghadapi semuanya.
Zahra butuh istirahat, Supaya bisa lebih kuat menghadapi semuanya.
***
sedangkan ditempat lain.

Afnan saat ini sedang berdiri di jendela kamarnya, Tatapannya lurus kedepan, dengan aura yang sangat dingin.
Dia sedang mengingat masalalu yang menyakitkan, yang menyebabkan dia jadi berubah dingin, dan tak tersentuh seperti sekarang.
Kejadian itu seperti kaset kusut yang selalu berputar-putar ulang di ingatannya.
BRAKKKK...
Afnan melempar Vas pohon yang ada didekat jendela, ke kaca besar. Hancuur, kaca itu Hancur..
kaca yang selalu ia gunakan untuk melihat penampilannya.
BRENGSEEKKKK KAU HAIKAL.. BAJINGAAN... KEPARAAT" Umpat Afnan dengan penuh amarah.
Sedetik kemudian matanya melirik ke arah foto yang berada diatas nakas.
Foto seorang gadis cantik.
"Yasmine...