Afnan keluar dari kamarnya dan turun kebawah melalui Lift.
Yaah, mansion itu mempunyai Lift khusus untuk pemilik mansion. Sedangkan untuk para pekerja di mansion itu hanya boleh naik turun melalui Tangga.
Suasana hatinya sedang tidak baik, Dia butuh hiburan.
"Bii... Bi aminah... Bi aminah" Panggil Afnan saat berada diruang tamu.
Dan munculah perempuan paruh baya yang dipanggil dengan nama bi Aminah, dia pun menghampiri dan menjawab "Iyah tuan muda".
"Bereskan kamarku, Ganti yang baru jika ada kerusakan, saya ingin setelah saya kembali nanti semuanya sudah rapih" Ucap Afnan dan langsung pergi begitu saja.
"Baik tuan muda" Jawab perempuan paruh baya tersebut.
Perempuan paruh baya tersebut adalah pelayanan senior di mansion itu.
Dia bekerja sejak Afnan masih kecil. Dia mendapat kepercayaan untuk mengurus segala keperluan Afnan. Yaa meskipun dulu Afnan Jarang kesini. Karena Afnan masih hidup bersama orang tuanya. Tapi pelayan itu akan terus merapihkan mansion ini. Dia takut jika sewaktu-waktu tuan mudanya datang dan melihat Mansionnya berantakan, Tuan mudanya akan sangat Marah. Karena dia suka sekali dengan kebersihan.
Perempuan itu bernama "Aminah"
Tidak jauh dari tempat tersebut.
Seorang wanita tengah memperhatikan kejadian tadi dengan diam. Wanita itu Zahra.
Saat bi Aminah ingin berbalik dia melihat Zahra dibelakangnya.
"Nona butuh sesuatu ?" Tanya bi Aminah saat melihat Zahra berdiri didepan tangga.
"Tidak bi, Zahra hanya ingin keluar kamar saja. Zahra bete bi" Jawab Zahra sambil tersenyum. "Bi, tadi Zahra lihat Afnan pergi, dia ingin pergi kemana bi ?" Tanya Zahra
"Saya tidak tau nona, tuan muda tidak pernah memberitahukan kemana dia akan pergi." Jawab Bi Aminah.
"Kenapa sih aku dipanggil Nona terus, padahal nama aku itu Zahra bi. Bibi panggil aku Zahra aja ya" Ucap Zahra jengah saat dirinya dipanggil dengan sebutan Nona.
"Tidak bisa Nona, itu sudah jadi aturan di keluarga Qazzi" Jawab Bi Aminah jujur.
"Tapi Zahra tidak mau bi, Aneh" Ucap Zahra kesal.
"Mau, tidak mau. nona harus menerimanya, karena nona sudah menjadi bagian dari keluarga Qazzi" Ucap bi Aminah sambil tersenyum.
"iish terserah bibi aja deh." Ucap Zahra kesal dan berlalu pergi.
Bi Aminah hanya tersenyum, dia sedang berpikir. Nona mudanya itu akan membawa keceriaan dirumah ini. Dia berdoa semoga Nona Zahra bisa mengubah sifat suaminya seperti dulu.
Saat ini Zahra sedang berada di dapur merengek untuk menawarkan bantuan kepada kedua pelayan itu. Sedangkan bi Aminah pergi untuk mengurus kamar Tuan mudanya. Sesuai yang diperintahkan Tuan mudanya tadi.
"Ayolah.. masa kalian tidak butuh bantuan, Zahra bete kalau harus diem terus" Tawar Zahra dengan nada merengek.
"Tidak Nona, Nona tidak boleh bekerja apapun dirumah ini, karena itu tugas kami" Ucap salah satu pelayan yang bernama Susi.
"Tapi aku tidak bekerja, aku hanya berniat membantu. Ayolah" Jawab Zahra.
"Tidak Nona, tuan muda bisa Marah nanti" Ucap Adilla.
"Dia tidak akan tau, lagian dia tidak akan perduli denganku" Ucap Zahra ada rasa sedih saat mengatakannya.
"Sebaiknya nona menonton tv saja" Ucap Adilla.
"Tidak, Astagaa masa aku harus menghabiskan masa cutiku dengan bosan begini"Ucap Zahra kesal.
"Apa nona mau saya antarkan jalan-jalan untuk mengelilingi mansion ?" Tawar Adilla
"Tidak mau, kaki ku pasti akan pegal-pegal kalo harus mengelilingi mansion ini. Ini sangat luas" Jawab Zahra
"Sudahlah aku kekamar saja" lanjut Zahra sambil berlalu pergi.
Para pelayan itu tidak menjawab, mereka hanya menggelengkan kepalanya saja.
***
Sedangkan ditempat lain.
Seorang pria melangkah memasuki Perusahaan ternama yang bernama...
"Qazzi Corp"
Dengan langkah tegas nan berwibawa, pesonanya mampu meluluh lantakan hati setiap banyak Wanita.
Banyak karyawan menunduk atau sekedar menyapa pria itu, tapi tidak sekalipun dihiraukannya, dia terus melangkah dengan wajah datar, dingin dan angkuhnya.
Saat ini pria itu sedang memasuki Lift khusus untuk para atasan. Menekan tombol 45. Yang berarti lantai paling atas yang ditempati oleh seorang CEO di perusahaan Qazzi Corp. Pria itu Afnan Al-farizi Qazzi.
Pintu Lift terbuka.
"Bos, kau kesini ??" Tanya seorang pria yang tadinya sedang sibuk mengetik di komputer seketika berhenti karena melihat Atasannya datang.
Afnan tidak menjawab. dia berlalu pergi melewati sekertarisnya dan memasuki Ruangan,
"Chief Executive Officer"
Tapi bukannya melanjutkan pekerjaannya, sekertaris itu malah menyusul Atasannya masuk ke Ruangan milik Afnan bekerja.
Sekertaris itu bernama "Fadhli Akram"
Atau biasa disapa Fadhli.
Dia sekertaris sekaligus sahabat Afnan dari kecil.
"Apa ada masalah Bos ?" Tanya Fadhli lagi.
"Saya tidak suka kamu memanggil saya dengan sebutan itu Fad, setidaknya kalau sedang berdua" Jawab Afnan datar. yang saat ini sedang duduk dikursi kerjanya.
"Oke oke, jadi apa ada masalah serius ?" mengingat seharusnya besok kau mulai bekerja, bukan sekarang." Tanya Fadhli yang beranjak duduk disofa ruang kerja Afnan.
Afnan menghela nafas sebentar.
"Saya sangat muak dengan perempuan itu" Jawab Afnan.
"Istrimu ?" Tanya Fadhli.
"Istri ?? Saya tidak akan menganggapnya istri, walau dalam mimpi sekalipun" Jawab Afnan dingin. Mengingat bahwa dia adalah adik dari seseorang yang sangat dia Benci.
" Apa Karena dia adik Haikal ??" Tanya Fadhli lagi.
Yah, Fadhli sudah tau, Afnan sudah menceritakan semuanya, sebelum hari pernikahan itu terjadi. Bahkan Fadhli tahu soal masalalu Afnan dan Haikal. karena dia pun ikut berperan didalam kisah mereka.
"Meskipun dia bukan adik dari pria b******n itu, saya tetap tidak akan menerima dia, karena dihati saya, Sudah ada Nama seseorang yang sangat saya Cintai." Jawab Afnan.
"Kau harus melupakannya Nan" Ucap Fadhli.
"Mengingat sekarang status mu sudah berubah !! kau hari menerima istrimu, dan melupakan kejadian itu... Gadis itu tidak tau apa-apa soal masalalu kalian, Jangan jadikan dia korban atas kesalahan kakanya" Nasehat Fadhli.
"Apa kau berniat menceramahiku sekarang.. ??" Tanya Afnan dengan nada mengejek.
"Tidak, Aku hanya tidak ingin kau menyesal dikemudian hari." Jawab Fadhli santai. Tidak ada rasa sakit hati sama sekali dihatinya, atas pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya tadi. karena dia sudah tau sifat sahabatnya yang satu ini.
"Sudahlah, Saya ingin sendiri. Tolong tutup pintunya dari luar" Jawab Afnan santai.
Fadhli memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya itu "Selalu saja begitu, dasar Keras kepala" oceh fadhli saat ingin beranjak keluar dari ruangan itu.
"Saya mendengarnya" Ucap Afnan santai saat mendengar ocehan dari sahabatnya itu.
"Terserah" Jawab Fadhli kemudian hilang di balik pintu.