BAB 2 - GIVE ME LOVE

1243 Words
Adel mengirim pesan pada Lyn, menanyakan keberadaannya. Gadis itu baru tiba, berada di basement seperti halnya Adel dan Riva. “Kebiasaan banget sih lo. Lama banget!” Gerutu Adel berdecak. Lyn menyengir lebar. Melangkah angkuh pada Adel. Mereka melangkah sembari bercakap-cakap. “Hai, Riva... Lo setia banget sih jadi bodyguardnya Adel? Mending lo jagain gue. Gue itu nggak bawel lho kayak majikan lo.” Goda Lyn mengedipkan mata. Adel memutar bola mata seperti biasa. Lyn selalu saja menggoda cowok nerd itu. “Maaf, mbak.” Selalu saja seperti itu. Riva hanya meminta maaf lalu menunduk sopan. Mengabaikan Riva di belakang mereka. Kedua gadis itu sibuk dengan beberapa pakaian yang mengantung di depan mereka. Lelaki itu dijadikan sebagai anti nyamuk juga trolley berjalan bagi mereka. Keduanya memang sangat sadis sekali. “Astaga... Riva... Lo mau mau aja dijadiin babu sama dua curut ini?!” Suara lelaki lain mengalihkan pandangan Adel dan Lyn yang sedang sibuk. Satu lagi lelaki songong muncul di hadapan mereka. Kedua gadis itu langsung jengah dan memutar bola mata. “Ngapain lo di sini? Stalk pasti!” Cibir Lyn memutar bola mata. “Kampret. Pede banget lo.” “Jadi apa?” Lyn menaikkan satu oktaf suaranya. “Dathan! Lo datang ke sini cuma ganggu kita aja? Mending lo pergi. Kita nggak butuh sopir atau babu.” Kata Adek kesal. “Buset... Pantes cocok jadi temen. Sama-sama sialan.” Dathan mencibir. “Riv, lo mau ikut kita nggak? Ngapain lo ngikutin dua cewek sialan ini?” Ejeknya. “Tidak. Saya ikut mbak Adel dan mbak Lyn.” Riva menolak. Adel dan Lyn meleletkan lidah pada Dathan. Membuat lelaki itu memutar bola jengah. “Sayang... Kamu di sini? Aku nyariin kamu kemana-mana.” Gadis lain mendekat. Membawa beberapa pakaian di tangannya. “Oh, sayang. Sudah selesai?” Dathan berujar lembut. Lengkap dengan senyum memikat andalannya. “Cewek baru lagi?” Adel menggeleng-gelengkan kepala. Sementara Dathan menyengir lebar. “Kembaran lo. Kenalin namanya Sari. Sayang, kebetulan gue sering bertemu dengan mereka. Kenalan dong.” Ucapnya. Adel dan Lyn kenalan ogah-ogahan. Tetapi sepertinya Sari terlihat sopan. “Duluan ya...” Dathan merangkul bahu Sari, menjauh dari mereka. Adel dan Lyn hanya mengendus. Membiarkan kepergian sepasang kekasih tersebut. “Dasar playboy cap cicak.” Gerutu Lyn berdecak. “Cemburu, gengs?” Adel menyeringai. Menyenggol lengan Lyn dengan lengannya. Lyn langsung mengelak. “Atas dasar apa gue cemburu sama itu bocah curut? Ogah banget lah!” “Jangan salah lho. Bisa aja lo cinta sama dia.” “Lo urus tuh asisten lo. Jangan ceramahin gue aja!” Lyn kembali memotong. Giliran Adel yang memutar bola mata jengah. Saling menyindir dan mengejek seperti itu memang kebiasaan mereka. Tetapi mereka tetap sobat dan langgeng hingga saat ini. Meskipun pertemanan tersebut baru berlangsung satu tahun. Adel dan Lyn tidak memiliki teman tetap sebelumnya. Mereka semua hanya berkedok rusa berbulu domba. Baik di depan mereka namun menyimpan banyak rencana di dalam benak masing-masing. Bertemu dengan Lun merupakan suatu anugerah bagi Adel. Meski berbicara asal ceplos tetapi Lyn tetap menerimanya. Begitupun sebaliknya. Lyn itu gadis angkuh yang mampu mengimbangi keangkuhan Adel. Sama-sama angkuh terkadang cocok untuk di satukan. *** “Oya, Lyn, besok mama gue ngundang lo ke rumah. Makan malam di pantai.” Adel menatap Lyn di depannya. Mereka berada di basement mall. Menyudahi acara shopping mania. Riva membilah paper bag. Memasukkan ke dalam mobil Lyn dan sebagian lagi ke mobil majikannya.  Lyn tersenyum sumringah. “Oke. Besok sore gue datang. Bareng kan? Kita ada kelas siang besok.” Usulnya. Adel mengangguk setuju. Lalu Lyn berjalan menuju mobilnya. “Riva... Thanks ya.” Lyn melempar ciuman jarak jauh. Membuat lelaki itu tersipu malu. Setelah Lyn menekan klakson dan meninggalkan mereka, Adel melirik Riva yang masih memandangi kepergian sahabatnya. “Nggak usah baper!” Ucapnya jutek, lalu masuk ke dalam mobil. Riva tersadar, kembali menunduk dan masuk ke mobil. “Maaf, mbak.” Kata Riva setelah menjalankan mobil meninggalkan basement mall. Hanya cibiran yang diberikan oleh Adel. Menyedekapkan tangan di dada dan membuang pandangan ke luar jendela. Memandang gedung-gedung pencakar langit yang indah. Sekarang masih siang. Adel memiliki jadwal pemotretan sebentar lagi. Mereka langsung menuju lokasi tanpa kembali ke apartemen.  Cukup padat dan sangat panas sekali. Adel menyuruh Riva menyetel ac agar lebih adem lagi. Barulah gadis itu merasa tenang. Diam tanpa merecoki Riva yang sedang menyetir. Riva mengintip dari kaca, lalu tersenyum. Merasa damai dan ingin berlama-lama seperti ini. Adel memang sangat berisik sekali. Di saat majikannya tidur, di situ pula Riva bisa menghela nafas lega. Jika gadis itu belum memejamkan mata, maka seribu cara akan dilakukannya untuk membuat lelaki itu lelah dan bosan. “Mbak... Kita sudah tiba. Bangun, mbak...” Riva memanggil pelan dan sopan dari jok depan. Adel mengerutkan dahi kesal. Namun tetap tidak bangun. Jangan pernah ganggu tidurnya jika ingin selamat. Tetapi Riva lebih mencari perkara daripada membiarkan majikannya melanjutkan tidur. Karena jika Riva hanya diam saja, maka badai besar telah menantinya. “Mbak..” Sekali lagi lelaki itu mencoba membangunkan. Adel pun bergerak. Mengendus kasar dan mengucek-ucek mata sembari menguap. Menyadari akan lokasi mereka saat ini. Adel turun dan mengabaikan mereka yang memperhatikannya. Riva mengikuti dari belakang. Kedua tangannya menenteng barang-barang keperluan majikannya. “Del... Kamu masih mengantuk?” Riva mengangkat kepala. Joshua berbiacar dengan Adel. Lelaki yang menyimpan rasa pada model tersebut. “Jangan memaksakan diri. Aku yang akan memotretmu hari ini. Kita bisa mengganti jadwal kapanpun kamu inginkan.” Tambahnya. Adel duduk di kursi, mengabaikan perkataan Joshua. “Nggak perlu. Gue bisa sekarang!” Jawabnya galak. Joshua duduk di kursi lain. Menyeret agar mendekat pada Adel. Sementara Riva meletakkan beberapa paper bag di meja. Lalu keluar setelah Joshua menyuruh. “Riva... Gue haus.” Riva berhenti dan menoleh. Mengangguk kemudian mengambil air minm di salah satu paper bag yang di bawanya tadi. Memberikan pada Adel. Joshua menatap tajam padanya. Memberi isyarat agar lelaki itu langsung pergi. “Permisi, mbak.” Kata Riva sebelum melangkah pergi.  Selesai minum. Adel meletakkan kemasan botol di meja. Menatap tajam pada Joshua yang sedang tersenyum manis padanya. “Ngapain masih di sini? Gue mau ganti baju!” Ucapnya jutek. “Kamu kenapa jutek banget sih, Del. Kamu tahu kan kalau aku suka kamu? Aku perhatian sama kamu?” Menghela nafas panjang. “Dan, kenapa kamu masih memperkerjakan asistem kamu itu? Dia itu laki-laki, Del. Temen kamu kemana-mana. Kamu nggak takut kalau dia berbuat macam-macam sama kamu?” Jhosua tampak sangat khawatir. “Bukan urusan lo, Josh. Bukan hanya gue yang punya asisten cowok. Model lain juga ada. Jessica, Amora, Laurent, dan masih banyak lagi. Tapi kenapa cuma gue aja yang lo khawatirin?” “Karena aku sayang kamu, Del. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa.” “Laurent cinta sama lo. Kenapa lo nggak bilang sama dia aja?” Joshua menarik nafas panjang. Keras kepala Adel sangat susah sekali di robohkan. Gadis ketus yang sama sekali tidak bisa digapai. Joshua penasaran, sehingga selalu mengejar. “Dua puluh menit lagi. Gue harus siap-siap.” Adel beranjak dari kursi. Sehingga Joshua keluar dari ruangan tersebut. Riva menunggu di luar, menundukkan kepala lalu mendongak ketika mendengar pintu terbuka. Joshua menatap tajam penuh peringatan. “Gue yang nganter Adel pulang nanti. Mending lo pulang sekarang.” Kata Joshua penuh ancaman. “Maaf, saya tidak bisa.” Riva mengelak. Kembali menundukkan kepala. “Lo berani ngelawan gue?” Joshua memicing. Riva menggeleng. “Tidak.” Ucapnya. Joshua ingin memberikan peringatan lagi, tetapi seorang kru memanggilnya sehingga Joshua menunda ancamannya. Meninggalkan Riva dengan pandangan mengancam. Riva tetap tegar, mamandang kepergian Joshua. Riva kembali duduk dan menghela nafas. Diam tanpa ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya. “Bawa nih!” Adel keluar setelah mengganti kostum dan di make up. Sehingga gadis itu tampak berbeda. Lebih cantik dari sebelumnya yang hanya meluruskan rambut dan sentuhan sedikit make up. Riva menerima sepatu hak tinggi milik majikannya. Membawa paper bag di tangan kirinya yang berisi tissue dan air minum. Riva mengekor dari belakang. Dua kru membantu Adel mengangkat ekor gaunnya agar gadis itu tidak kesulitan berjalan. Joshua berdecak kagum. Kembali memuji kecantikan yang terpancar dari diri Adel. Gadis itu hanya memutar bola mata. Sehingga Joshua terkikik geli, menginterupsi agar semua bersiap-siap. Suara blitz memenuhi tempat tersebut. Riva menunggu sembari memperhatikan setiap pergerakan majikannya. Fokus hanya pada Adel sehingga tidak menyadari jika Joshua melirik kesal padanya. Riva bergerak cepat. Memberikan air mineral ketika pemotretan beristirahat sejenak. Adel terlihat kelelahan. Bagian penata rias mendekat dan memperbaiki riasannya. Mengelap keringat lalu interupsi melanjutkan pemotretan kembali dikumandangkan. Riva kembali ke kursinya. Memperhatikan Adel kembali berpose. ***Jakarta, 17 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD