6 - AMBIL HIKMAHNYA

1738 Words
Pagi ini adalah pagi pertama untuk Airin memulai yang baru. Memiliki keluarga baru, walau hanya untuk sementara menurutnya. Ia bangun lebih pagi, melaksanakan kewajiban nya bersama dengan Satria. Walau sikap pria itu masih cuek, dan seolah terkesan datar. Namun, ia tau kalau Satria tidak bisa mengabaikan nya. Ia menuruni anak tangga, menatap ke sekitar rumah besar yang ia tinggali sekarang. Terasa sepi, padahal masih tergolong pagi, untuk orang-orang beraktivitas di luar. "Assalamualaikum " suara ucapan salam itu membuat Airin menoleh pada sumbernya. Rezky baru saja masuk rumah, melalui pintu samping. Mengenakan baju Koko, lain sarung dan lengkap dengan peci hitam. Menandakan bahwa, pria yang sekarang menjadi Ayah mertuanya baru pulang dari masjid. "Waalaikumsalam, Om " jawab Airin dengan sedikit canggung dan malu-malu. Rezky tersenyum dengan ramah, berjalan menghampiri Airin yang berdiri di anak tangga terakhir. " Om ?" Ujar Rezky, dengan sedikit terkekeh heran. " Kan udah jadi istri Satria, berarti anak Ayah juga " ujarnya sedikit bergurau. Dan malah membuat Airin, Semakin jadi salah tingkah. Cklek Pintu kamar utama yang tidak jauh dari mereka terbuka. Dee keluar dari sana, berjalan menghampiri mereka. "Pagi " sapa nya, sedikit ramah. Ia menyalami tangan suaminya dan baru beralih pada Airin. Memberi senyum kecil nya. "Ayo, sarapan " ajak nya pada Suami dan juga menantu nya. "Iya, " jawab Rezky, dengan lebih cerah. "Ayo, Airin. Kita sarapan sama-sama. " "I.ya. Om " jawab nya terbata. Dan, tiba-tiba Rezky menghentikan langkahnya dan menoleh pada Airin. "Panggil Ayah, aja. Jangan Om," ujar Rezky. Airin tersenyum canggung, ia pun kemudian mengangguk. Ketika memasuki ruang makan, Airin sempat menangkap raut muka terkejut dari ayah mertuanya. Dengan, mata melirik pada meja. Tepatnya, pada satu sisi meja yang kosong tanpa apapun. Padahal, di setiap sisi yang memiliki kursinya berisi piring yang telah di sediakan. Namun, satu di biarkan kosong. Ia juga melihat, lirikkan Ayah mertuanya pada sang istri. Ada senyuman kecil kala itu. Dan saat Satria masuk, pria itu juga bereaksi sama dengan sang Ayah. Membuat nya sedikit penasaran. Tapi, tidak berani untuk bertanya. "Ayo Airin, jangan malu-malu. Anggap aja rumah sendiri " ujar Rezky dengan senyuman lebar kini. "Masakkan, Mama nya Satria paling enak lho. Restoran berbintang mah gak ada apa-apanya " jelas Rezky lagi. Airin melirik pada Satria yang terlihat mengulum senyum geli, sambil melirik sang Mama. "Wahh.. Bang, kita kayak lagi double date nih. Ciee.. Abang udah ada yang ngambilin nasi nya " celetuk Rezky lagi, kini menggoda anaknya. Saat melihat Airin, dengan sigap dan telaten melayani Satria. Hampir sama dengan yang di lakukan Dee padanya. "Ayah, apaan sih, jangan norak deh " kesal Satria. "Ha-ha-ha " ayahnya hanya tertawa pelan. Kemudian mulai melakukan sarapan nya. "Jadi, kalian sejak kapan kenal nya ?" Tanya Rezky, akhirnya membuka obrolan serius. Airin diam sejenak, melirik Satria yang tengah mengunyah nasi goreng nya. "Udah lama " jawab Satria. Pria itu ikut melirik pada Airin. "Sejak SMP, waktu Abang ikut turnamen di Surabaya " jelas Satria. Airin sedikit terkejut, mendengar jawaban Satria. Ia fikir, cowok itu sudah lupa padanya. Mengingat, sejak mereka berpisah tidak ada kabar apapun dari Satria padanya. "Oya? Kok, Abang gak pernah ngenalin ke Mama, Atau Ayah ?" Tanya Dee. Kini. "Eemm.. belum sempat. Airin, kan tinggal di Surabaya " jawab Satria, memberi alasan. Dee memicing matanya pada Satria. "Kamu gak pernah izin, pergi ke Surabaya" lanjut Dee penuh selidik. Satria terdiam, bahkan sampai berhenti menguyah. Ia melirik Airin sejenak, seolah tengah meminta tolong. "Saya emang tinggal di surabaya, Tante, tapi kuliah di Jakarta. " Jelas Airin, jujur. Kedua mertuanya pun hanya ber oh, dan mengangguk mengerti. "Jadi, first Love, nih ceritanya " celetukan Rezky, membuat Satria menghentikan suapan nya beberapa detik. "Mungkin " jawab nya. "Satria, jarang ngenalin perempuan bahkan gak pernah. Makanya, kemarin kita kaget, pulang-pulang bawa perempuan. Mana udah jadi istri. Sedikit, kecewa sih. Tapi, kita percaya sama Satria. " Ujar Rezky dengan nada bijak. Satria bahkan sedikit kaget, ia menoleh pada Ayahnya, menatapnya dengan lekat. Ia tau, ada sesuatu. Semalam sikap ayahnya masih sangat dingin padanya, tapi pagi ini sudah terlihat seperti biasa. "Kalian mau denger cerita, ?" Lanjut Rezky dengan santai. Airin menatap Ayah mertua nya itu dengan lekat. Dan melihat, nya melirik sang istri lagi. "Ayah sama Mama menikah itu dengan cara unik. Aneh, dan juga takdir " ujar Rezky memulai. "Kamu percaya takdir, kan ?" Airin mengangguk. "Jika Tuhan, sudah mentakdirkan kalian berdua. Maka, sejauh apapun kalian di pisah kan, maka kalian akan tetap bersama. Itu sudah takdir kalian " "Yah " tegur Dee, mulai tidak suka. Tapi, Rezky hanya mengulum senyum kecil nya. Tapi, tetap melanjutkan ceritanya. "Ayah, menikah sama Mama Satria karena ingin menolong sahabat Ayah. Harus menggantikan nya, yang terkena musibah. Tapi, sebenarnya kami sudah mengenal lama. " Mulai Rezky lagi. Dan itu sukses membuat Satria dan Airin terkejut. "Iya, kami menikah secara dadakan.-" "Tanpa cinta ?" Tanya Satria kaget. " Ayah kasih tau satu rahasia penting, Mama kamu ini sedikit munafik dan tsundere kalau untuk itu " jawab Rezky, dengan sok berbisik oada anak nya. Padahal, Dee dan Airin bisa mendengarnya. "Rezky !" Tegur Dee dengan kesal. Tapi. Di tanggapinya dengan cengiran. "Inti nya gini, kami menikah karena suatu alasan yang sangat konyol. Hanya atas nama persahabatan, tapi, ternyata Tuhan sudah menentukan takdir untuk kami berdua. Alias, jodoh gak akan kemana " ujar Rezky lagi. Satria menatap ayahnya dengan lekat, ia mulai menaruh curiga pada sang ayah yang tiba-tiba jadi mengungkit cerita lama. Seolah, sedang menyindir dirinya. Atau, memang ... Ia langsung tersentak sendiri, ia sampai lupa kalau Om Devin dan Ayah nya, adalah dua orang sahabat yang sangat dekat dan tanpa ada rahasia apapun di antara keduanya. Jadi, sudah pasti sekarang ayahnya sudah tau semuanya. Om nya pasti sudah menceritakan semua nya pada sang Ayah. "Ya, kita sebagai orang tua, hanya berharap. Kalau kalian akan menjadi pasangan sampai akhir hayat. " Lanjut Rezky dengan senyuman penuh arti. Airin hanya menunduk, setelah mendengar cerita singkat, namun penuh pesan itu. Semua yang di ceritakan beliau, membuatnya tersindir. Ia dan Satria menikah juga karena alasan yang sama. Walau ada sedikit salah paham. Itu karena, Satria yang sok jadi pahlawan, mengaku dirinya adalah kekasih nya di depan sang Papa dan di waktu yang salah. *** Setelah sarapan, Papa dan Mama nya Satria harus pamit untuk berkunjung ke rumah Nenek dan Kakeknya Satria. Ingin menjemput si bungsu. Jadi, saat ini yang ada di rumah hanya dirinya dan Satria. Juga, asisten rumah tangga keluarga Satria. Ia memutuskan untuk berkeliling rumah, menyusuri setiap sudut. Yang membuatnya kagum dengan disain yang begitu bagus. Ia pernah dengar, kalau Ayah mertuanya itu adalah seorang Arsitek. Jadi, kalau soal seperti ini sudah pasti ahli nya. Setelah puas melihat bagian belakang, ia beralih ke depan. Ruangan yang menjadi pusat utama. Sedikit terbuka lebar, bahkan dari pintu masuk kita sudah bisa melihat ruang santai dan tangga rumah. Ia mengulum senyum kecil, ketika mengamati setiap foto-foto yang terpajang di dinding. Sebuah foto keluarga yang terlihat begitu bahagia. Airin, meraih satu bingkai foto kecil yang ada di atas meja yang ada di ruang keluarga. Mengamati nya dengan lekat, foto seorang anak laki-laki mengenakan seragam sepak bola tengah memegangi piala. Itu, Satria ketika masih sekolah dulu. Dan, laki-laki itu tidak terlalu jauh berbeda dengan sekarang. Kemudian, ia beralih pada foto lain nya. Dan sedikit mengernyit heran saat melihat foto seorang laki-laki lain, yang rupa sangat mirip dengan Ayah mertuanya. Dari mata, hidung, bahkan parasnya. Dalam sekali melihat, bagi siapa yang mengenal Rezky, pasti akan langsung bisa menebak anak siapa laki-laki itu. "Ehem " Deheman itu mengagetkan Airin, membuatnya lansung menoleh pada Satria yang berjalan mendekatinya. "Itu Fadil, adik ku " ujar Satria. Airin memandangi lagi foto di tangan nya, sebelum Satria meraih nya dan menatap foto itu dengan lekat. Dan juga, dengan mata berkaca membuat Airin bisa menebak kalau Satria sedih. "Dia gak tinggal di sini ?" Tanya Airin. Sedikit penasaran, mengapa Satria tiba-tiba menjadi muram. Satria mengulum senyum kecil, ia meletakkan kembali foto itu ketempat semula. Kemudian berdiri dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku celana panjangnya. Matanya memandangi foto adik nya. "Dia udah pergi, kecelakaan. Sepuluh bulan yang lalu. Dan, kepergian nya membuat lubang sangat besar di keluarga ini " ujar Satria, mulai membuka suara. " Belum di temukan hingga sekarang, entah dia masih hidup atau tidak. Cuma, Mama sempat sangat depresi ketika mengetahui itu. Saat polisi menutup pencarian setelah tiga bulan tanpa hasil. Tapi, mereka mengatakan. Kemungkinan Fadil hidup sangat lah kecil. Bahkan nyaris tidak ada " Satria memejamkan matanya dengan kuat, menekan perasaan sesak nya lagi. "Mama menjadi sangat berbeda, wajar sih. Fadil adalah anak kesayangan nya. Mama sangat menyayangi nya. Sampai-sampai kadang membuatku cemburu. Karena, kedekatan mereka berdua. " Cerita Satria. Airin memandangi Satria dengan lekat. "Mama sangat yakin, kalau Fadil masih hidup " "Ikatan batin seorang ibu kepada anak nya, tidak akan pernah salah " ujar Airin tiba-tiba. Satria menoleh pada Airin, ia mengulum senyum kecut. "Aku, juga berharap seperti itu. Tapi, jika dia masih hidup. Kenapa sampai sekarang dia tidak pulang ?" Tanya Satria. Airin berfikir kembali, apa yang di katakan Satria benar. Jika, adiknya masih hidup mengapa belum juga kembali. Sudah hampir setahun, apa benar laki-laki itu sudah meninggal?. Ia hendak menjawab, namun tiba-tiba saja merasa perutnya mual, dan membuatnya langsung berlari menuju kamar mandi. "Airin, kamu gapapa ?" Tanya Satria menyusul. Airin tidak menjawab, namun Satria bisa mendengar suara Airin yang sedang muntah di dalam sana. "Airin, mau aku ambilkan sesuatu ?" Tanya Satria. Namun, tidak ada jawaban, membuat Satria panik, ia langsung bergegas mengambil minyak angin. "Kamu gapapa ?" Tanya Satria, saat ia kembali, dan Airin baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Dengan muka pucat, dan terlihat lemas. "Enggak, cuma pusing aja " jawab nya dengan lemas. Satria langsung membantu Airin, untuk duduk di sofa ruang keluarga. Ia kembali teringat kalau perempuan itu sedang hamil, entah mengapa mengingat itu membuat nya marah. "Kenapa kamu sampai ceroboh, Ai ?" Tanya Satria dengan sarat kemarahan. Airin langsung menelan ludah nya, menatap Satria dengan perasaan takut. Ia bahkan ,kemudian membuang mukanya tidak berani menatap pria itu. "Apa cinta udah ngebuat kamu buta ? Sampai menyerahkan semua ke Azka ?" "Kamu gak akan mengerti " jawab Airin lirih. Satria diam, mengepal tangan nya dengan kuat. Ia merasa sangat marah, dan kecewa. Sama sekali tidak menyangka, kalau Airin sampai mau melakukan segalanya untuk pacarnya. Satria langsung beranjak pergi, tidak lagi memperdulikan Airin. Melihat itu, Airin hanya bisa meremas ujung bajunya. Air matanya menetes tiba-tiba. Rasanya sakit, melihat Satria kembali menatapnya layaknya w************n.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD