LINZIE - 39

2003 Words

Beberapa hari berlalu, sepertinya Mas Roy mulai terbiasa dengan sikapku yang acuh. Buktinya laki-laki itu tak lagi protes padaku. Aku tak mau ambil pusing. Juga tak mau banyak ngomong dengannya. Apa yang dia minta aku berikan asal suasana hatiku sedang baik-baik saja. Pagi ini ketika aku bangun, tumben sekali pria di sebelahku masih ada di atas ranjang. Biasanya dia sudah lebih dulu bangun daripada aku. Biarkan saja. Aku mencoba menyingkirkan tangan besarnya yang masih saja bertengger di atas petutku. Namun, ia justru lebih mengeratkan pelukannya. "Lepaskan tanganmu, Mas. Aku mau mandi." "Sebentar lagi." "Tidak bisa. Aku akan telat nanti. Lagian tumben juga masih bermalas-malasan. Biasanya juga sudah rapi dan siap mau pergi." Kekehannya terdengar di telingaku. Sekali lagi kucoba

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD