Chap. 10. Bakat Alluna

1232 Words
Di sebuah kediaman keluarga Audrey, nampak sekali pria paruh baya itu tidak minat dengan makanan yang ada di hadapannya. Meskipun sang putri telah merayu papanya untuk tetap makan, namun papanya itu tidaklah merespon. Menatap kosong ke arah depan. Semangat hidupnya seperti hilang ditelan bumi. Terhitung sudah tiga hari putri sulungnya itu menghilang dan tanpa kabar. Pria itu mengerahkan orang-orangnya untuk mencari putri sulungnya tersebut, namun nihil hasil yang mereka dapat. Terakhir kali dia mendapat kabar jika putrinya mengalami kecelakaan di persimpangan jalan Armada. Cepat-cepat pria itu mencarinya ke sana. Lagi dan lagi, dia hanya mengetahui mobil milik putrinya saja. “Pa, makan dulu biar Papa punya tenaga untuk mencari Kak Sena lagi,” bujuk sang putri seraya mengarahkan sendok yang berisi nasi dan lauk pauknya di hadapan sang papa. Namun, papanya tetap bergeming di temaptnya. Menoleh pun tidak. Membuat sang putri bingung harus dengan cara apa mebujuk papanya agar mau makan. Karena kondisi kesehatannya juga menurun setelah hilangnya sang kakak. Alluna Audrey nampak bingung harus bagaimana, belum lagi permasalahan perusahaan keluarga mereka yang belum stabil setelah pemulihan peraturan yang baru saja diterapkan kembali oleh Senarita. mau tidak mau kini Alluna yang mengambil alih semua tugas Senarita. karena tidak mungkin sang komisaris yang kembali memimpin perusahaan. Mengingat kondisi kesehatannya yang semakin menurun dalam tiga hari ini. “Pa … bagaimana jika Kak Sena melihat keadaan Papa yang sekarang? Pasti Kak Sena akan sedih, Pa. sekarang makan dulu, ya? Nanti Sena temenin Papa bantu cari Kak Sena lagi,” Alluna berusaha membujuk papanya agar mau makan. Karena bagaimanapun kesehatan yang lebih utama. Mendengar perkataan sang putri, Jackson mengalihkan pandangannya kepada Alluna. Menatap bersalah karena dirinya putri bungsunya harus mengemban tugas yang belum waktunya di emban oleh putri kecilnya tersebut. Tidak mau menambah beban sang putri lebih banyak lagi, lantas Jackson membuka mulutnya dan mulai makan suap demi suap makanan yang dibawakan putrinya tersebut. Setelah selesai mengurus semua kebutuhan sang papa, dan papanya terlelap akibat pengaruh dari obat yang baru saja diminum. Alluna bergegas untuk datang ke kantor karena ada hal yang harus ia urus dengan Yoga, asisten kakaknya. Alluna harus menyelesaikan tugas Senarita, dan kebetulan saat ini ia dijadwalkan untuk menemui klien yang baru saja menjalin kerja sama dengan perusahaan keluarganya. Tidak ingin membuang waktu, Alluna segera bergegas datang ke kantor. Tentu saja dengan ditemani sopir dan satu bodyguard. Semua itu atas perintah Jackson. Jackson tidak ingin kecolongan lagi untuk kedua kalinya. Lantas kali ini dia benar-benar menjaga putrinya. Tidak seperti sebelumnya yang membebaskan mereka dalam memilih jalan hidup mereka masing-masing. Karena sejatinya kedua putrinya tidak ingin tampil mencolok. Dua puluh menit waktu yang diperlukan untuk sampai di tempat tujuan, Alluna turun dari mobilnya dengan diikuti bodyguard-nya dari belakang. Sedikit risish memang, tapi mengingat keselamatannya Alluna tidak bisa mengelak keberadaan bodyguard tersebut. Membawa langkahnya menuju tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Di sana sudah ada Yoga dengan seseorang yang ia yakini klien yang menjalin kerjasama dengan perusahaan keluarganya kali ini. Berjalan mendekat, Alluna melempar senyumnya ke arah dua pria yang sedang menunggunya dari tadi. “Maaf, Kak. Aku telat, ya? Karena tadi harus memastikan Papa meminum obatnya terlebih dulu,” Alluna menjelaskan alasannya kenapa datang terlambat. Kemudian ia membungkukkan tubuhnya ke arah pria yang berada di samping Yoga, bentuk meberi salam padanya. Pria itu pun membalasnya dengan anggukan kepala. “Kami mengerti kondisi kalian, Nona. Semoga kesehatan Tuan Audrey segera membaik,” balas pria itu. Setelah saling memberi salam dan berkenalan, mereka pun membahas tentang kerja sama mereka. Meski ini pertama kali bagi Alluna, namun wanita itu bisa menguasai situasi yang baru baginya dengan sangat sempurna. Yoga menatap bangga pada Alluna, dalam keadaan terpaksa wanita itu mampu menguasai semuanya hanya dengan waktu yang singkat. Setelah menghilangnya Senarita, lebih tepat setelah Senarita kecelakaan lalu jasadnya tidak diketemukan. Pada hari setelahnya Yoga langsung menggempur kemampuan Alluna. Wanita muda itu ia paksa mempelajari struktur perusahaan dalam kurun waktu seharian penuh. Karena masih banyak lagi agenda yang sudah ia susun untuk Senarita. dan mau tidak mau Alluna lah yang melanjutkannya. “Bagaimana Tuan Reino? Apa anda sudah puas dengan pemikiran yang berikan oleh Nona Alluna?” Yoga berkata formal kepada Reino. “Meskipun beliau baru saja menggantikan Nona Sena, tetapi pemikiran yang beliau uraikan baru saja tidak bisa diabaikan begitu saja.” Lanjut Yoga. Sedangkan Reino nampak mempertimbangkan apa yang ia dengar barusan. Wanita ini masih sangat muda, dan baru saja mempelajari tentang struktur perusahaannya dalam sehari. Memang mempunyai jiwa seorang pemimpin. Aku jadi penasaran, pasti kakaknya yang hilang itu akan jauh lebih genius dari wanita muda ini. Karena pengalamannya yang tidak diragukan lagi. “Saya suka dengan ide segar yang diberikan oleh Nona Audrey. Kalau begitu, kita anggap kesepakan resmi kita jalin,” jawab Reino dengan nada yang sangat tegas. Sedang Alluna yang tidak pernah berhadapan langsung dengan orang seperti ini, hanya bisa meremas jemarinya karena gugup. Sementara itu Yoga tersenyum melihat ekspresi Alluna yang seperti itu. Ia tahu jika wanita muda itu tengah merasakan gugup di hadapan Reino. Yoga tahu betul, bungsu dari keluarga Audrey ini merupakan tipe wanita yang pemalu, namu bisa diandalkan jika dalam keadaan terpaksa sekalipun. Inilah kelebihan Alluna, cepat menyerap apa yang diajarkan padanya dalam sekali belajar. Menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan. Alluna menagpkan tubuhnya lalu berdiri dari duduknya. Wanita itu kemudian mengulurkan tangannya kepada Reino dengan senyum mengembang di bibirnya. “Kalau begitu kita sepakat Tuan Reino.” Tungkas Alluna. Reino mengangguk lalu juga berdiri dari tempatnya untuk kemudian menyambut uluran tangan Alluna dengan ramah. “Iya, Nona Audrey.” Balas Reino singkat. Kini mereka secara resmi menjalin kerjasama dengan hasil perundingan yang sangat memuaskan kedua belah pihak. Setelah semuanya selesai, Reino pamit terlebih dulu untuk mengerjakan sesuatu yang sangat penting. Sepeninggal Reino, kini Alluna dapat bernapas dengan lega. Entah kenapa berada di sekitar pria itu membuat dirinya sesak seketika. Mungkin aura yang dimiliki oleh pria itu sangatlah dingin. “Kamu cukup genius juga Alluna, hingga berhasil membuat Tuan Reino yang terkenal sulit untuk diajak kerja sama luluh dengan ide yang kamu berikan,” puji Yoga seraya mengusap lembut kepala Alluna. Memperlakukan wanita muda itu seperti anak kecil merupakan kebiasaan Yoga dari dulu. “Iiiihh … Kak Yoga jangan seperti ini! Jadi rusak, kan tatanan rambutku!” sungut Alluna yang memang tidak suka diperlakukan seperti itu oleh Yoga. “Lagian juga aku bukan anak kecil lagi, Kak!” protesnya lagi. Yoga hanya tersenyum, suka sekali melihat ekspresi kesal yang diperlihatkan oleh wanita muda ini. “Di mataku, kamu tetaplah anak kecil, Alluna,” goda Yoga kembali kemudian mengajak Alluna segera beranjak dari sana. “Ya sudah, kalau begitu kita segera kembali ke kantor. Karena masih banyak tugas yang harus kamu selesaikan secepatnya,” Yoga merasa sedikit kasihan kepada wanita yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, memang inilah yang harus dihadapi Alluna. Dan semua tugas itu hanya Alluna yang bisa melakukannya. Meski merasa lelah, karena ia dipaksa mengerti semua situasi yang dialami oleh perusahaan yang sebelumnya dipegang oleh kakaknya, Alluna tetap harus melalui semuanya. Ia berpikir, pantas saja selama ini ia tidak bisa mempunyai waktu berdua dengan kakaknya hanya sekedar ngafe bareng. Ternyata inilah alsan kakaknya. Terlalu sibuk mengurusi perusahan keluarga, belum lagi mengurusi usaha yang dia bangun sendiri diluar naungan Audrey Corp. “Semoga saja Kakak segera kembali. ternyata cukup lelah juga menjadi seorang pemimpin.” Gumamnya seraya beranjak dari duduknya. Semenatara Yoga tersenyum mendengar keluh kesah dari wanita muda yang ada di sampingnya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD