“Tante!” Wahyu mempercepat langkahnya begitu melihat Syifa mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang operasi. Tanpa perlu bertanya, ketegangan terpancar jelas di wajahnya. Sementara Budiman, hanya duduk diam dengan tatapannya kosong yang tertuju pada dinding. “Sabda—” “Sabda ...” Suara Syifa bergetar, matanya yang sembab beralih menatap Wahyu. Air mata menggenang lagi, namun tidak ada kata-kata yang mampu keluar, hanya isak yang akhirnya pecah. Syifa menumpahkan perasaan yang kembali tidak bisa dibendung. Wahyu menarik napas panjang. Udara di sekitarnya seolah menipis karena mendengar tangis Syifa. Tubuhnya reflek memberi pelukan dan berharap semua akan baik-baik saja. Entah sudah berapa lama isakan Syifa memenuhi kesunyian malam, sampai akhirnya Wahyu mendengar suara sang mama yang d

