“Mama, ini semua salah paham.” Anggun mempercepat kunyahan dan berdiri seketika saat mendengar suara Syifa. Wanita itu pasti sudah melihat hal yang tidak seharusnya dan bisa berpikir yang tidak-tidak. “Aku bisa jelasin. Mas Wahyu barusan ... barusan ...” “Barusan?” Syifa bertanya lembut tetapi dengan ekspresi menuntut. Kedua alisnya terangkat tinggi dan memberi tatapan tegas pada Anggun yang tampak serba salah. Tidak seperti Wahyu. Pria itu justru duduk di stool bar ketika Anggun berdiri terpaku. Dengan wajah tanpa dosa, Wahyu menarik piring yang tadi berada di hadapan Anggun ke arahnya. Sambil masih menggendong Putra, ia menyuapkan nasi di piring Anggun ke mulutnya. “Mas Wahyu yang salah, Ma,” celoteh Anggun begitu saja. “Dia dekat-dekat, ngerangkul, terus pake nyium kepala.” “Wahyu?

