BR~112

1130 Words

Anggun menatap lelah ke arah Elsa yang berdiri di halaman kediaman Wisesa. Tatapannya kosong, enggan untuk mendekat atau sekadar menyapa. Luka hatinya masih terlalu dalam, karena baru kehilangan Sabda. Untuk itulah, ia lebih baik menjauh daripada harus merasakan kepahitan yang semakin dalam. Kehadiran Elsa di rumah duka tidaklah salah. Namun, bagi Anggun, wanita itu adalah pengingat dari pahitnya semua tindakan kejam yang dilakukan Regan. Membuat rasa sakit di hatinya seolah bertambah tiap kali ia memandang wajah Elsa. Pun dengan April. “Anggun.” Elsa segera menghampiri dan menyapa, meskipun serba salah menyelimuti d**a. “Tan–” “Jangan sekarang, Tante.” Anggun terus berjalan melewati ruang tamu dengan kursi rodanya. “Langsung ke kamarku, Sus,” pinta Anggun pada suster yang berada di bel

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD