Adit tertegun setelah mendengar ucapan Arini barusan, dia mengingat sosok Devan yang dia kenal sejak lama. “Ya, mungkin kurang lebih begitu. Aku mengerti keadaan dia. Kamu mengerti maksudku, ‘kan? Dia yang sibuk, setiap saat harus mengawasi perusahaan besar, bertanggung jawab penuh kepada ribuan orang yang bekerja dengannya. Ada saatnya dia jenuh dan mengalihkan pikiran dan energinya ke perempuan-perempuan yang dia suka.”
“Aku tidak mau melakukannya lagi, Dit. Aku … memikirkan perasaan istrimu yang pasti sedih dan kecewa jika tahu hubungan kita.”
“Tenang, Rin. Kamu jangan terlalu mengkhawatirkan soal ini. Aku melakukan ini karena aku peduli sama kamu. Kamu yang telah tersakiti bertahun-tahun.”
“Iya, tapi aku juga menyakiti istri dan anak-anakmu, kamu juga yang menyakiti mereka.”
Adit t
