Aku langsung keluar dari mobil dan berlari memasuki rumah sakit meskipun mobil Mas Arslan belum terparkir sempurna. Tanpa menghiraukan panggilan Mas Arslan, aku meninggalkannya dibelakang. Malas juga sebenarnya jika harus berjalan beriringan bersamanya karna emosiku belum reda sama sekali. Wajar, bukan?. Aku langsung menuju kamar rawat Ahsan. Mamah sudah memberitahu saat menelpon tadi, hingga aku tak perlu bertanya lagi di resepsionis. "Assalamu'alaikum" Mamah langsung berhambur memelukku sesaat setelah aku membuka pintu. "Mey, jangan pergi lagi ya. Mamah mohon" bahu Mamah berguncang, menandakan Mamah tengah menangis. Aku mengusapnya lembut sekedar memberi sedikit ketenangan. "Apapun yang terjadi pada kalian, tolong Mey bertahan ya. Jangan pergi Mey. Mamah ga sanggup kehilangan Mey. Da