Chapter 2

1082 Words
"Tolong jaga dia. Aku percaya, kamu akan menggantikanku menjaganya" Ucap seorang wanita sembari tersenyum. "Tidak. Aku tidak bisa melakukannya" Ucap sang pria. "Aku tahu kamu bisa. Karena itu kamu" Ucap wanita tersebut. "Tidak, jangan tinggalkan aku" Ucap sang pria. "Aku tidak ingin menjaganya. Kamu harus melakukannya sendiri" Lanjutnya dengan air mata yang telah mengalir di wajahnya. "Jangan menangis. Sudah waktunya aku pergi. Tolong berjanjilah padaku untuk melakukannya" Ucap wanita itu. "Tidak, tidak. Aku mohon, jangan tinggalkan aku" Seru sang pria sambil terisak. "Lupakan aku dan hiduplah dengan bahagia. Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu di atas sana" Ucap sang wanita kemudian perlahan berjalan menjauhi sang pria. "Tidak! Jangan pergi! Jangan! Jangan Tinggalkan aku! Tidak!" Teriak sang pria yang hanya bisa berdiri di tempatnya tanpa bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. "Tidak!" Teriak Austin yang baru saja terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan keringat yang bercucuran di wajahnya. Austin memijat keningnya yang terasa pening. Lagi-lagi mimpi itu. Mimpi yang selalu hadir dalam setiap tidurnya. Mimpi yang mengingatkannya tentang kebodohan yang telah dia lakukan. Mimpi yang membuatnya menyesal hingga sekarang. "Argh!" Teriak Austin sembari memukul tempat tidur. ------- Austin memasuki gedung IS Corp., gedung setinggi empat puluh lantai yang bergerak dibidang properti, real estate, apartemen, otomotif, dan desain. Namun itu semua hanya bisnis berkedok yang menyembunyikan sebuah organisasi gelap. Organisasi yang berjalan selama tujuh tahun namun namanya telah melambung tinggi di dunia gelap. The Black Hell. Itulah mereka. Dan sesuai namanya, mereka adalah neraka di antara mereka yang hidup di dunia kejam. Tidak ada kata ampun, tidak ada kebohongan, bagi mereka sebuah kata adalah harga mati. Karena itulah tidak ada yang bisa menandingi kekejaman mereka dalam berorganisasi dan berbisnis. Pemerintah pun tidak akan sanggup melawan mereka. Memiliki jutaan anggota yang tersebar di berbagai belahan dunia. Mata-mata yang masuk dalam organisasi musuh bahkan pemerintahan. Drugs? Senjata? Alkohol ilegal? Perjudian? Pembunuh bayaran? Semua itu berada di bawah kekuasaan mereka. Tidak. Lebih tepatnya di bawah kuasa Austin Stone, sang pemimpin The Black Hell. "Ada apa?" Tanya Austin pada Idris, sekretarisnya saat ia baru saja keluar dari lift. "Pihak International University ingin mengkonfirmasi atas partisipasi Anda untuk menjadi salah satu donatur tetap di kampus tersebut, Sir" Jawab Idris sembari mengikuti Austin memasuki ruangan pria itu. "International University?" Tanya Austin dengan sebelah alis terangkat, tak mengerti dengan ucapan Idris. Sementara Idris yang menyadari hal tersebut tiba-tiba teringat sesuatu. "Maaf, Sir. Saya lupa memberitahu kepada Anda mengenai hal tersebut dua hari yang lalu karena saat itu..." "Jangan memberiku alasan hanya untuk memaafkan kesalahanmu, Idris" Ucap Austin tajam. "Maaf, Sir" Ujar Idris sembari menunduk ketakutan. "Aku akan ke sana satu jam lagi" Ucap Austin. "Tapi jadwal An..." Ucapan Idris terhenti saat melihat tatapan tajam Austin padanya, tanda bahwa pria itu tak ingin dibantah. "B, baik, Sir" Lanjutnya kemudian berlalu dari ruangan Austin. Austin membuka jas lalu menggantungnya di tiang gantungan kemudian duduk di kursi kebesarannya. Pandangannya beralih pada laci yang selalu terkunci. Membukanya dan melihat sebuah foto yang mulai usang berada di dalamnya. Foto yang membuat hatinya perih. Ia menutup kembali laci tersebut dan menguncinya. Ketukan pintu membuat pandangannya kembali beralih. Tok... Tok... Tok... "Masuk!" Pintahnya. Seorang pria bersetelan hitam pun masuk ke dalam ruangan Austin dan berdiri tepat di depan meja pria itu. "Ada apa?" Tanya Austin. "Kapal yang membawa pistol Desert Eagel Mark XIX Caliber, Revolver Kaliber 38 Spesial S&W, dan FN 57 telah berangkat pukul dua dini hari, Sir" Lapor Jack, asisten pribadi Austin. "Bagus, pastikan senjata itu tiba di markas mereka tanpa cacat. Mereka telah membayar mahal untuk itu jadi kecewakan mereka meski hanya sedikit lecet" Pintah Austin. "Baik, Sir" Ucap Jack. "Dan..." Lanjutnya sengaja menggantung ucapannya. Austin menengadahkan pandangannya pada Jack, tanda agar pria itu melanjutkan ucapannya. "Keberadaan Arnold tiba-tiba tidak dapat terdeteksi dan bersamaan dengan itu pistol H&H Royal Deluxe Double Rifle serta uang sebanyak tiga ratus juta menghilang, Sir" Jelas Jack. Dengan tenang Austin mendengar setiap penjelasan Jack sembari memeriksa beberapa berkas yang berada di atas mejanya. "Dia membawa pistol termahal rupanya" Gumam Austin dengan senyum miring lalu menandatangani sebuah dokumen. "Temukan dia apapun yang terjadi. Jika tidak, kalian yang akan menghilang dari dunia ini!" Kecam Austin. "Baik, Sir" Ucap Jack kemudian berlalu. "Penghianat?" Gumam Austin kemudian menunjukkan senyum smirk-nya. Malamnya di penuhi oleh mimpi buruk dan pagi ini ia mendapat kabar buruk. Lucu sekali. ------- "Selamat datang, Mr. Stone" Sapa Francis Dalton, Ketua Rektor di International University sembari mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Austin. "Silakan duduk" Lanjutnya dengan senyum mengembang. "Maaf karena membiarkan Anda harus datang jauh-jauh ke tempat ini, Mr. Stone" Ucap Francis. "Tidak apa-apa. Saya memang ingin datang kemari untuk melihat apakah tempat ini pantas untuk didonasikan" Ujar Austin membuat senyum Francis sedikit memudar. Meski tajam tapi Austin tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Apa yang ia ucapkan adalah kenyataan. Walau itu akan melukai lawan bicaranya, fisik maupun batin. "Apakah Anda ingin berkeliling terlebih dahulu, Mr. Stone?" Tawar Francis membuang egonya demi untuk mendapatkan donasi dari pria di hadapannya yang pastinya akan menambah pundi-pundi uang di kantongnya. Korupsi? Itu bukan hal yang baru di telinga masyarakat dunia, 'kan? "Tidak perlu. Perjalanan saya hingga ke ruangan ini sudah cukup mendeskripsikan universitas ini" Jawab Austin. "Jadi bagaimana pendapat Anda, Mr. Stone?" Tanya Francis. "Tidak ada yang spesial" Jawab Austin sembari meminum kopi yang telah disediakan untuknya. Jawaban Austin membuat Francis gugup seketika, karena bagaimanapun ia harus mendapatkan persetujuan dari Austin untuk menambah kekayaannya. "T, tapi bu..." Ucapan Francis terpotong oleh Austin. "Tapi saya akan tetap memberi donasi untuk universitas ini" Sahut Austin sembari meletakkan gelasnya di atas meja, membuat senyum Francis mengembang. "Tapi dengan satu syarat" Lanjutnya. "Syarat?" "Saya ingin memiliki ruangan tersendiri di universitas ini" "Anda tenang saja, Mr. Stone. Anda akan segera memilikinya secepat mungkin" ------- "Apa Anda akan pergi ke acara amal itu malam ini, Sir?" Tanya Idris begitu mereka keluar dari gedung IU. Sejenak Austin tidak menjawab pertanyaan Idris. Ia masih ragu. Stone Group adalah perusahaan yang di bangun oleh sang ayah yang saat ini tengah jatuh sakit hingga perusahaan tersebut di pegang oleh kepercayaan sang ayah. Ya. Stone Group dan IS Corp. adalah perusahaan yang berbeda dimana IS Corp. dibangun oleh Austin sendiri dari angka nol. Dan jika ia tidak pergi ke acara amal tersebut maka perusahaan sang ayah akan bangkrut dan wanita itu akan melarat di jalan hingga membuat janjinya pada seseorang harus teringkari. Sebenarnya mudah saja baginya untuk bertemu dengan Will Carbert jika saja pria itu tidak tegas dengan prinsipnya yang tidak ingin bertemu tanpa janji. Apalagi, akhir-akhir ini pria itu sedang sibuk dan jarang berada di tempat. Pasti akan butuh waktu lama untuk bisa bertemu dengannya, apalagi ia tahu betul kalau saat ini perusahaan sang ayah sudah sangat berada di ambang kebangkrutan. Sebenarnya bisa saja ia menyelamatkan perusahaan sang ayah dengan memberikan investasi tanpa meminta bantuan dari orang lain. Tapi sayangnya ia tidak mau terlibat lebih dalam dengan perusahaan itu. "Siapkan mobil jam tujuh" Pintah Austin sebelum masuk ke mobil. "Baik, Sir" Jawab Idris. Dan akhirnya ia memilih untuk menepati janjinya. Ia tak tahu sampai kapan janji itu bertahan. Tapi yang pasti, ia akan mencoba melakukannya hingga dirinya muak dengan wanita itu demi dia. ------- Dia itu siapa hayo? >_< Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD