Chapter 3

921 Words
“Kamu sudah siap, Ev?” Tanya Macy setelah membuka pintu kamar Evelyn bertepatan dengan sang putri yang selesai memakai heels-nya. “Iya, Mom” Jawab Evelyn. Malam ini Evelyn tampil menawan dengan red dress, black heels, black hand bag, make-up natural, serta rambut yang terurai. Mengikuti jejak sang ibu, Evelyn tidak menyukai sesuatu yang terlalu mewah. Maka dari itu, ia hanya berdandan simple dan hanya ingin pergi ke tempat di mana tidak ada publik yang menyorotinya. Macy tersenyum sembari menunggu sang putri yang berjalan ke arahnya kemudian pergi bersama ke lantai bawah. “Maaf ya Ev, kamu harus menggantikan kami” Ucap Macy. “Tidak apa-apa, Mom. Lagipula ini acara amal” Ujar Evelyn. “Princess, Daddy! Betapa cantiknya dirimu, Princess” Seru Will yang memang menunggu kedatangan kedua wanita tersebut di ruang tamu. “Thanks, Dad” Ucap Evelyn sembari tersenyum penuh arti pada sang ayah. “Tidak, Princess. Daddy yang harusnya berterima kasih karena kamu mau menggantikan kami ke acara itu” Bantah Will. “Iya, Dad. Ev, mengerti” Ujar Evelyn. “Good girl” Sahut Will dengan tangan yang menggantung di udara saat ingin mengusap rambut sang putri jika ia tak ingat bahwa Evelyn akan pergi ke sebuah acara yang membuat kedua wanita di hadapannya menahan tawa. “Ev pergi dulu, nikmati waktu berdua kalian” Seru Evelyn kemudian menjauh dari Will dan Macy yang menatap kepergiannya. “Hati-hati, sayang” Seru Macy. “Yes, Ma’am” Balas Evelyn sembari melambaikan tangan kemudian masuk ke dalam mobil dan melajukannya ke tempat tujuannya malam ini. ------- “Undangan Anda, Sir” Ucap salah seorang penjaga pintu pada Austin. Austin yang mengerti pun memberikan undangan yang berada di sakunya. Undangan yang bertuliskan ‘IS Corp. – Austin Stone’. Setelah memberikan undangannya, penjaga tersebut mempersilakan Austin untuk masuk ke dalam ruangan tempat berlangsungnya acara amal. Pria itu tampil mempesona di antara banyaknya pria muda yang hadir di acara amal yang diadakan dua bulan sekali ini. Setelan berwarna dark gray yang dipadukan dengan pantofel dengan warna senada. Tak lama setelah kedatangan Austin, seorang gadis cantik baru saja keluar dari mobil sport-nya. Evelyn Carbert. Dan seperti bulan-bulan sebelumnya, tidak ada kamera di acara amal ini yang membuat senyum Evelyn mengembang pada parking wallet yang telah membukakannya pintu. Evelyn masuk ke dalam gedung dan duduk di sebuah meja bundar yang kebetulan hanya di huni oleh seorang pria di saat meja lain telah hampir penuh. Ia tak tahu siapa pria tersebut karena pria itu duduk membelakanginya. Sekalipun melihat wajahnya, ia juga tidak akan mengetahuinya. Pasalnya ia tidak tahu banyak tentang pengusaha-pengusaha lain, meskipun ia selalu menghadiri acara tersebut. Lima menit duduk di sana, Evelyn merasakan tengkuknya sedikit panas seperti ada yang memperhatikannya saat ia tengah melihat sekeliling. Ia pun berbalik dan melihat si pelaku. Tatapan mereka bertemu. Seorang pria muda dengan manik biru. Pria itu adalah Austin Stone yang tidak diketahui oleh Evelyn. Cukup lama tatapan mereka bertaut tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Hingga suara dering ponsel Evelyn terdengar dan mengalihkan pandangannya. *** From : Mikaila Benhard Bagaimana? Banyak pria tampan ‘kan di sana? *** Begitulah isi pesan Mikaila membuat Evelyn tersenyum geli. Tapi entah mengapa ucapan Mikaila tadi pagi padanya benar. Malam ini banyak pria muda yang hadir saat ia melihat sekitar tadi. Dengan senyum yang masih bertahan di wajahnya, Evelyn membalas pesan tersebut. *** To : Mikaila Benhard Kau benar, banyak pria muda di sini. Tapi aku tidak yakin mereka semua tampan! *** Send! Setelah membalas pesan Mikaila, Evelyn menyimpan kembali ponselnya ke dalam hand bag dan matanya kembali bertaut dengan netra yang ternyata tak mengalihkan pandangan padanya sedari tadi. Pipi Evelyn bersemu saat menyadari hal tersebut. Saat suara pembawa acara terdengar, Evelyn segara mengalihkan pandangannya ke arah panggung jika tidak ingin pingsan di tempatnya karena jantungnya yang berdetak tak karuan. Ditengah berjalannya acara, Idris menghampiri Austin dan membisikkan sesuatu yang membuat Austin mengepalkan tangan. “Siapa?” Tanyanya dengan suara kecil agar tidak mengganggu tamu lain. “Putrinya, Sir. Evelyn Carbert” Jawab Idris dengan berbisik. “Di mana dia?” Tanya Austin. “Tepat di meja Anda, Sir” Jawab Idris membuat kening Austin mengerut. Di mejanya? Pandangan Austin pun beralih pada satu-satunya orang yang duduk satu meja bersamanya. “Dia?” Tanya Austin sembari melihat ke arah Evelyn yang sedang menatap seseorang yang tengah berbicara di atas panggung. “Benar, Sir” Jawab Idris. “Pergilah” Pintah Austin yang langsung dituruti oleh sang sekretaris. Pandangan Austin kembali mengarah pada Evelyn yang kini meminum minumannya. Gadis yang tampak tak asing di matanya. Entah ia harus bersyukur atau tidak dengan keadaan saat ini. Meski tak dapat bertemu Will Carbert, tapi ia bisa bertemu sang putri yang bisa ia manfaatkan untuk melancarkan aksinya. Itulah yang akan dilakukan Austin jika ia adalah seorang pria brengsek. Tapi sayangnya ia bukan pria seperti itu. Ia benci kebohongan dan kelicikan seperti itu. That’s not him. Acara yang berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut pun akhirnya selesai dengan total donasi sebesar tiga puluh dua milyar yang akan didonasikan pada panti asuhan, panti jompo, masyarakat kurang mampu, penderita tunanetra dan penyakit akut lainnya, serta mendirikan sebuah yayasan khusus untuk para tunawisma. Saat akan memasuki mobil, tangan Evelyn dicekal oleh seseorang. Dan saat berbalik ia kembali bertemu dengan pria itu. Pria yang membuat jantungnya berdebar tak karuan selama acara tersebut berlangsung. “Siapa?” Tanya Evelyn mengesampingkan kegugupannya. “Austin Stone” Jawab Austin. “Ada perlu apa?” Tanya Evelyn kembali. “Apakah aku bisa bertemu Will Carbert?” Tanya Austin yang membuat raut Evelyn sedikit berubah namun kembali menampakkan senyumnya. Pria ini tahu kalau ia datang mewakili Will Carbert dan pasti juga mengetahui hubungan mereka. “Maaf, untuk saat ini beliau sedang sibuk dan Anda tidak akan bisa menemuinya jika bukan jam kerja. Tapi saya akan coba tanyakan kalau Anda ingin bertemu dengannya. Kalau boleh tahu, Anda dari perusahaan mana?” Tanya Evelyn. “Stone Group” Jawab Austin. “Baiklah. Akan saya sampaikan” Ucap Evelyn. “Kalau begitu saya permisi” Lanjutnya kemudian masuk ke dalam mobil dan mulai melajukannya. Meninggalkan Austin yang masih setia berdiri di tempatnya menatap kepergiannya hingga mobil gadis itu hilang dari pandangan pria itu. ------- Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD