"Gila Cher, barusan tuh rame banget tau! Tapi si Dinyuk—singkatan Dika kunyuk yang dibuat Cherry dan Kania—dengan hebatnya bisa bikin kak Tania langsung luluh dan lunak!" ucap Kania antusias pada Cherry yang sedang duduk disalah satu kursi di kantin dengan segelas es jeruk di depannya.
Cherry yang mendengarnya hanya bisa memutar mata. "Dih, apasih yang diliat dari Dika? Udah pendek, ceking, ganjen, sok playboy lagi!" ucap Cherry jengah.
Ya, dua bulan menjadi teman sekelas Dika, Cherry mulai tau tabiat asli cowok itu. Selain cowok itu sering mengisenginya, Dika dan Cherry juga terlibat satu kelompok belajar yang membuat mereka sering bersama diluar jam sekolah untuk mengerjakan tugas. Dan kegemaran Dika yang doyan gonta-ganti pacar juga sudah mulai cowok itu perlihatkan setelah sebulan mereka jadi murid SMA Baksis.
Sebulan belakangan ini Dika sudah empat kali putus dengan siswi SMA Bakti Siswa, diantaranya dua senior yang merupakan anggota OSIS yang ternyata sudah kena modusan Dika sejak MOS dan juga dua cewek yang seangkatan dengan mereka dan salah satunya adalah teman sekelas Cherry yaitu Inge.
"Ya abis gimana Kan, Dika ganteng sih, dia emang manfaatin kegantengannya itu dengan baik," ucap Kania yang langsung mendapatkan tempelengan dari Cherry.
"Kalo baik dia itu bukannya jadi playboy tapi jadi cover boy buat bantuin cari nafkah keluarganya!" seru Cherry emosi. Entah kenapa Cherry super duper kesel dan gondok sama Dika karena cowok itu sering mengisenginya.
Kania lalu berdecak namun tidak mau menanggapi Cherry karena temannya itu sudah terlanjur kesal terhadap Dika. Jadi apapun pembelaan yang akan Kania katakan tetap saja salah dimata Cherry.
Kania melirik kotak bekal ditangan Cherry. "Kok lo belom makan bekel lo? Bentaran lagi istirahat abis loh Cher," ucap Kania bingung karena memang Cherry hanya memegangi kotak bekalnya tanpa membukanya.
Cherry lalu memasang cengiran khasnya. "Ini bukan buat gue, tapi buat...tuh dia orangnya!" seru Cherry girang saat melihat Nico masuk ke areal kantin bersama Arif.
Begitu keduanya masuk, beberapa pasang mata milik cewek di kantin langsung menatap mereka dengan tatapan memuja dan kagum, tapi tidak sedikit juga yang berdecih keki. Kategori kedua ini biasanya diisi oleh cewek-cewek yang sudah pernah mencoba mendekati Arif atau Nico tetapi tidak berhasil alias ditolak.
Tanpa menunggu lebih lama Cherry langsung berlari mendekati meja dimana Nico dan Arif baru saja meletakkan p****t mereka.
"Halo, kak!" sapa Cherry ceria, seperti biasa, berusaha mengabaikan tatapan tajam Nico yang menusuknya saat ia mendekat.
Bagi Cherry, percuma saja cowok itu bersikap dingin, jutek dan sesinis apapun sama dia karena tidak ada pengaruhnya. Yang ada Cherry semakin semangat dan gencar mendekati Nico. Buktinya sekarang, dia sama sekali tidak takut dengan wajah datar bin dingin Nico ketika Cherry menjulurkan sekotak bekal makanan dihadapannya.
Yang bereaksi pertama justrulah Arif. "Wah, apaan lagi ini Cherr?" tanyanya antusias dengan bekal yang diberikan Cherry. Nico, orang yang diberikan bekal justru mengalihkan tatapannya ke arah lain menolak untuk menatap Cherry ataupun kotak bekalnya.
Arif hampir saja menyikut rusuk Nico karena sahabatnya itu tidak merespon Cherry yang sebentar lagi akan pegal karena terlalu lama menjulurkan tangannya. "Co, itu dikasih makanan," ucap Arif, agar Nico setidaknya merespon keberadaan Cherry.
"Ga butuh," jawab Nico pendek dan cuek.
Arif ingin sekali rasanya menginjak kaki Nico dengan ujung heels sebelas senti milik mamanya. Akhirnya Ariflah yang mengambil kotak itu. "Makasih bekelnya Cherr. Nanti gue pastiin Nico makan ini bekel ya."
Cherry tersenyum, dia tau kalau Arif hanya berbasa-basi, tapi setidaknya lelaki itu tidak menolak mentah-mentah bekal darinya. Cherry melirik Nico, cowok yang dia taksir itu dengan lesu tapi sedetik kemudian ekspresinya berubah ceria kembali. "Oh yaudah deh kak Arif, kalo gitu gue balik ke kelas ya."
"Lain kali gausah ngasih ginian, gue ga minta."
Sadis.
Bahkan Nico sama sekali tidak melirik Cherry dan lebih fokus kepada gerobak bakso yang membuat Cherry ingin sekali menyiramnya dengan kuah bakso.
Tapi gemesin, jutek-jutek gitu.
Cherry menggeleng, mengabaikan pemikiran gilanya dan pamit pada Arif dan juga Nico walaupun tidak direspon. Setidaknya, Cherry sudah berani melakukan move yang kelak akan membuat Nico, terus mengingatnya.
"Gila lo Co, itu cewek kali" tegur Arif sambil membuka bekal dari Cherry yang berisi nasi goreng.
Arif memang sudah tidak heran lagi dengan sikap ketus dan dingin Nico karena mereka sudah berteman sejak SD, tetapi sikap Nico tadi terlalu berlebihan.
Dulu, sewaktu mereka kelas sepuluh bahkan Nico bersikap seperti itu kepada anak kelas sebelas dan dua belas, dan sekarang saat mereka sudah naik kelas, Nico juga melakukannya pada anak kelas sepuluh yang jelas-jelas naksir padanya.
"Kalo gue baikin, terus dia berharap lebih dan gue gabisa kasih nanti gue dikira php."
Arif mendengus. Meskipun ucapan Nico benar tetapi setidaknya lelaki itu harus lebih menghargai orang. "Tapi Co—"
"Gausah berusaha bikin gue ngerubah sikap gue ke dia. Dia bukan siapa-siapa gue bahkan gak kenal dia. Lo juga, gue bilang jangan terlalu baik Rif, itu bisa nikam lo suatu waktu."
Setelahnya Nico melangkah meninggalkan kantin juga Arif dan kotak bekal milik Cherry. Arif hanya bisa menghela nafas melihat punggung tegap Arif yang semakin menjauh. Temen gue lebih beku dari es di antartika.
"Rip!" Dika berlari begitu melihat Arif duduk sendirian dengan sekotak bekal makan berwarna oranye yang cukup bikin silau mata. Tapi Dika tidak memperdulika hal tersebut melainkan isi kotaknya.
"Anjir tumbenan bawa bekel bagi dong!" ucap Dika sambil menarik paksa kotak bekal itu dan meraih sendok yang ada ditempat sendok yang disediakan di atas meja lalu menyendok nasi goreng tersebut dan menyantapnya dengan lahap.
Arif lantas menggeplak kepala Dika yang tingkahnya sangat jauh dari kata sopan tersebut. "Si buluk emang gak ada sopan-sopannya ya lo!" seru Arif kesal.
Dika hanya cengengesan sambil lirik sana-sini mencari keberadaan satu sohibnya yang lain. "Nico mana, Rip?" tanyanya masih sambil mengunyah nasi goreng hasil merampas tersebut. Padahal sebelum ke kantin barusan Dika habis merampas bekal milik Andi.
Arif merampas sendok ditangan Dika dan ikut menyendok nasi goreng pemberian Cherry tersebut. Ternyata rasanya lumayan enak. Lebih enak lagi kalau masih hangat. "Auk tuh anak kan emang doyan marah."
Dika mengangguk-angguk lalu kembali merampas sendok ditangan Arif namun Arif masih mau menyantap bekal tersebut, alhasil mereka berdua jadi rebut-rebutan sendok padahal jelas-jelas didepan mereka masih ada lebih dari selusin sendok tersedia. Bahkan mereka mengabaikan bunyi bel yang berdering.
"Rip, ahelah bagi dikit elah, pelit!"
"Ekhem"
"Diem lu nyuk, gue baru makan se sendok!"
"Ekhem"
"Lu kan makannya banyak Rip, gue juga mau makan banyak biar tumbuh!"
"Ribet ah lu Dik—"
"KALIAN NGAPAIN MASIH DI SINI HAH?" teriak seorang guru yang ternyata sejak tadi berdehem namun justru dikacangin oleh dua cowok yang asyik berebut sendok tersebut.
"Eh bu Endang..."
"Cepat balik ke kelas! Udah bel malah enak-enakan makan!"
Arif dan Dika lantas langsung berdiri dan bergegas pergi, namun sebelumnya Arif menutup kotak bekal milik Cherry dan membawa benda itu bersamanya lalu ia dan Dika sama-sama berlari namun kemudian berpisah karena arah gedung mereka berbeda.