S E P U L U H

1196 Words
      Tepat pukul 1 siang mereka sampai di rumah Renata yang sudah nampak ramai di ruang tamu. "Loh Bil, Yan anak siapa yang kalian culik?" Ucap Renata yang melihat Nabilla tengah menggendong Raffa yang tengah celingak-clinguk melihat orang-orang di sekitar nya. "Anak aku lah ma, dikira aku penculik apa?" Jawabnya membingungkan orang-orang yang tengah menatap nya. "Duduk dulu Bil, Yan kalian jelasin siapa anak kecil itu." Intrupsi Karren. Briyan mencoba rileks dan mulai menjelaskan asal usul Raffa dari awal mereka menemukan di parkiran sampai saat ini.  "Niat kita cuma rawat dia, kasian masih kecil udah nggak ada orang tua nya." lanjut nya. "Tapi kalian masih sekolah nanti pelajaran kalian terganggu, apa nggak sebaik nya mami sama papi aja yang rawat Raffa biar kamu fokus belajar." Usul Riyan yang langsung di jawab gelengan oleh kedua nya. "Nggak pi biar kita berdua aja yang rawat, kita nitip Raffa pas kita sekolah aja." Jelas Briyan yang langsung di pahami oleh mereka. "Yasudah itu keputusan mu, kita cuma bisa bantu. Nanti papi belikan semua keperluan Raffa jaga dia baik-baik." "Makasih pi." Briyan maupun Nabilla nampak lega melihat reaksi orang tua nya yanh nampak menerima Raffa. "Ada juga yang mau papa bicarain sama kamu." Ucap Karren. "Apa pa?" Tanya Nabilla. "Minggu depan mama sama papa berangkat." Ucap nya mengejut kan Nabilla. "Ke Singapore? Minggu depan? Kok cepet sih pa terus Billa sama siap dong kalau di tinggal." Ucap nya sendu. Renata mendekat pada Nabilla yang masih memangku Raffa dan mengusap kepalanya. "Billa kan udah ada Briyan kamu nggak sendiri kok ada mami sama papi ada Raffa juga." Ucap nya dengan nada lembut membuat Nabilla menjadi sedih. "Tapi mama sama papa ninggalin Billa." matanya mulai berkaca-kaca sekali berkedip air mata nya akan jatuh. "Nggak selama nya sayang, kita pergi untuk kembali cuma sementara." Karren ikut mendekat pada Nabilla, Raffa sudah di ambil alih oleh Deta yang ingin mendekat kan diri pada cucu angkat nya. "Anak papa nggak boleh cengeng, nggak malu sama Raffa? Kata nya udah jadi mama tapi kok masih cengeng." Nabilla tersenyum mendengar ucapan papa nya dan memeluk tubuh nya erat di ikuti Renata. "Billa bakal kangen terus sama kalian." Karren mengusap sisa air mata Nabilla dan mengecup kening anak perempuan satu-satu nya itu. "Duh kok jadi mellow-mellow gini sih, sini Re kamu nggak mau main sama Raffa dia lucu nya kebangetan." Ucap Deta gemas karena tingkah lucu Raffa.  Renata tersenyum dan mengahmpiri Deta yang tengah asik dengan Raffa. "Kalau mama sama papa udah berangkat kalian tinggal di sini ya biar nggak kosong." Pinta Karren yang langsung mendapat anggukan dari kedua nya. "Nanti kalian bisa ke baby shop nyari semua kebutuhan Raffa, uang nya nanti papi transfer ke rekening Briyan." Ucap Riyan enteng. "Ehh, nggak usah pa Briyan masih punya cukup uang kok." Meski Riyan papi nya sendiri Briyan tetap saja merasa tidak enak hati karena Raffa tanggung jawab nya. "Kamu kan belum kerja, semua kebutuhan kalian dan Raffa masih tanggungan kita no protes Yan." Briyan hanya mengangguk pasrah dengen keputusan yang mereka buat. "Raffa harus di adopsi," ucap Karren. "Tapi pernikahan mereka belum ada 5 Tahun, Ren, belum bisa," sanggah Riyan. "Yasudah, besok biar aku yang urus, kebetulan ada temanku yang bisa urus tentang adopsi anak. Entah nantu pakai nama Briyan atau nama salah satu dari kita." Nabilla dan Briya  yang tak tahu menahu itu hanya bisa diam menyimak pembicaraan orangtuanya sampai selesai. "Billa pamit ke kamar dulu." Nabilla beranjak dari duduk nya dan berjalan menuju kamar nya. Setelah nya Briyan hanya menyimak obrolan tentang bisnis yang orangtua nya obrolkan. Merasa bosan akhirnya Briyan menyusul Nabilla ke kamarnya. Saat ingin masuk, ia ragu untuk membukanya akhirnya ia mengetuk pintu dan segera masuk setelah mendapat jawaban dari dalam. Ia melihat Nabilla tengah duduk di atas ranjangnya sambil membaca novel di tangannya. Nabilla sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari novel tersebut, mengabaikan Briyan yang kini kebingungan ingin berbuat apa. Akhirnya ia memilih duduk di sofa dan mengambil ponsel di saku celananya untuk bermain game. Meski di dalam ruangan yang sama tak ada sedikit pun obrolan dari mereka berdua. Semua bungkam dan fokus dengan kegiatan masing-masing. Akhirnya Briyan lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya di ranjang, dan tertidur. Begitupun dengan Nabilla, tak lama setelah Briysn tertidur dirinya juha ikut tidur.   **** Nabilla terbangun karena mendengar katukan pintu kamarnya. Ia membuka pintunya ternyata mamanya bersama Raffa yang berada di gendongannya. "Ada apa Ma?" "Ini Raffanya kamu mandiin dulu udah sore loh." Renata menyerahkan Raffa yang berada di gendongannya ke Nabilla. "Iya, Ma, aku tadi ketiduran,"ucap Nabilla, setelah itu ia menidurkan Raffa di samping Briyan yang masih tertidur, dan menyiapkan peralatan mandi Raffa. "Bajunya di lepas dulu, ya." Nabilla melepaskan baju Raffa perlahankarena ia masih belum ahlidan takut menyakiti Raffa. Setelah baju terlepas, Nabilla segera membawanya ke kamar mandi dan memandikan Raffa dengan air hangat. Tak butuh waktu yang lama Raffa sudah selesai mandi. Nabilla memilih baju berwarna kuning dan bercorak lucu. Sangat cocok di badan Raffa yang mungil dan menggemaskan. "Udah ganteng deh Raffanya," Nabilla menciumi pipi gembil Raffa yang sudah penuh dengan bedak. Briyan menggiliat dan terbangun dari tidurnya. "Raffa kok udah wangi, udah mandi ya?" "Iya Papa, Raffa sudah mandi,"jawab Nabilla dengan menirukan duara anak kecil. Briyan beringsut mendekati Raffa dan ikut menciumi balita itu dengan gemas. "Ikut papa yuk." Briyan mengulurkan tangannya untuk menggendong Raffa. Dan dengan senang hatipula Rafa menerima uluran tangan Briyan. "Mendingan lo mandi dulu,"suruh Briyan pada Nabilla yang merebahkan tubuhnya kembali keatas ranjang. "Bentar gue masih setengah ngantuk." Ucap Nabilla sambil menutup matanya. Setrlah itu Briyan meninggalkan Nabilla yang tiduran di kamarnya. Dan Nabilla yang masih meresa ngantuk pun akhirnya tertidur kembali. *****   Hari yang sudah mulai malam pun Nabilla masih tertidur dengan pulasnya. Briyan yang merasa geram pun langsung membangunkan Nabilla yang tidur seperti orang mati. "Nab bangun udah malem, lo nggak mandi." Ucap Briyan sambil Menoel-noel pipi Nabilla. Nabilla masih tetap menghiraukan ucapan Briyan. "Lo tidur apa mati sih!!." Bentak Briyan karena ia sudah geram dengan Nabilla. "Apaan sih yan?." Tanya Nabilla dengan suara pelan. "Apa! Apa! Ini udah malem lo aja belom mandi!. Cewek tu nggak baik mandi malem-malem!." Ucap Briyan dengan nada tinggi. "Stop marah-marah! Oke gue mau mandi dulu." Ucap Nabilla setelah itu ia pergi ke kamar mandi. Setelah mandi ia menyusul Briyan yang sedang menonton tv dengan Raffa dan Rio. "Hay Raffa. " panggil Nabilla. Setelah itu ia duduk di samping Briyan. "Oh iya Nab kita nginep sini aja ya udah malem soalnya kasiab Raffa." Tanya Briyan yang langsung di jawab anggukan oleh Nabilla. "Oke banget, gue mau kangen-kangenan sama mama." Ucapnya girang. "Udah punya anak juga masih manja aja." Cibir Rio. "Stop bacot!!." Ucap Nabilla setelah itu ia mengambil alih Raffa dari pangkuan Briyan dan membawanya ke kamar. Sesampainya di kamar ia menidurkan Raffa di ranjangnya karena ini suda larut malam. Tetapi Raffa merengek minta di gendong. "Raffa maunya di gendong ya?." Tanya Nabilla lalu menggendong Raffa agar ia tertidur. Pintu kamar Nabilla terbuka, ternyata Briyan yang masuk. "Udah tidur?." Tanyanya pelan karena takut membangunkan Raffa. "Udah." Jawab Nabilla juga dengqn suara pelan. "Yaudah tidurin gih, ini udah malem lo juga harus tidur besok sekolah. " ucap Briyan setelah itu ia merebahkan dirinya ke ranjangnya di ikuti Nabilla dan Raffa. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD