Bab 43

1287 Words

Frans duduk di kursi ruangannya, matanya tak lepas menatap ke arah meja di depan. Di sana, Celine tengah menunduk serius, jari-jarinya lincah menari di atas keyboard laptop, mencatat, mengecek jadwal meeting, juga menjawab email penting. Wajahnya serius, fokus penuh, berbeda jauh dengan dulu saat ia lebih sering pura-pura salah ketik, sengaja menjatuhkan pulpen hanya agar Frans menoleh padanya, atau mendekat dengan dalih meminta tanda tangan lalu menggoda suaminya itu. Kini, suasananya lain. Ia tidak lagi menggoda, tidak lagi main-main. Dia bekerja benar-benar sebagai sekretaris, setia pada posisinya. Frans menghela napas panjang. Bukan karena bosan, tapi karena justru merasa hatinya semakin tidak tenang. Tangannya meremas ujung jas, matanya melirik ke arah jam dinding, lalu kembali pada

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD