POV Nina "Aku benar-benar gak sabar, Bu," kataku. "Beneran gak bohong, lelah banget rasanya, sejak punya si kembar aku gak bisa santai. Kerjaan rumah, terus ngurus si kembar, sampai main pergi keluar jalan-jalan sore pun aku gak bisa. Apalagi sejak gak boleh pakai kereta bayi, tambah repot aja rasanya," jelasku panjang lebar mengeluarkan uneg-uneg yang sejak dulu kutahan. Ibu menyimak dengan saksama. Sesekali ia menggelengkan kepala. Rasanya aku seperti menjelekkan suamiku sendiri, tapi maksudku bukan begitu. Setelah menceritakan ini rasanya plong. "Kata Zaki asal diawasi, si kembar ya gak akan jatuh dari kereta bayi." Kembali kukeluarkan uneg-uneg. Sudah kukatakan ini pada Om Satria. Tapi suamiku itu jika sudah berkehendak ya harus diterapkan, gak bisa dibantah. Tidak boleh pakai kereta