Berhubung karena hari ini, hari libur. Seperti biasa, Virly bangun agak siang, ia betah berlama-lama memejamkan mata di dalam kamarnya.
“Ugh, udah jam sepuluh” Guman Virly, melirik jam wekernya di nakas. Dia beranjak ke kemar mandi, untuk menyegarkan badannya yang kusut dan bau.
Setelah mandi ia kemudian sarapan sendiri, ia tinggakl sendiri lagi di rumahnya, karena kedua orang tuanya belum juga kembali dari urusan bisnis. Ia memiliki seorang pembantu, yang bertugas membersihkan rumah dan memasak, tetapi pada sore harinya Mbok Mirna, pembantunya akan kembali lagi kerumahnya, Ia tidak tinggakl di rumah Virly. Kalau satpam, penjaga rumah, tentu saja ia tidak punya, karena ia tinggakl di salah satu kompleks yang elit dan aman, hanya di depan komplek ada beberapa security.
Virly menggerak-gerakkan badannya, menikmati matahari pagi, dan mengirup udara segar di depan rumahnya. Ia kemudian melirik ke samping rumahnya, berharap tetanggaknya sudah pulang, agar ia bisa menagih handphonennya lagi.
“Jendelanya terbuka. Apa dia sudah kembali…?!” Batin Virly, ia kemudian berlari kecil ke rumah tetanggaknya. Ia menerobos masuk, karena pintu tetanggaknya tidak di kunci
“Kamu dari mana aja, sih..? Udah dua haringga pulang” Omel Virly pada Dylan yang tengah sarapan sendiri
“Huh..?! Siapa kamu..? Kenapa seenaknya saja kamu masuk ke rumahku..?” Tanya Dylan sinis
“Ye, kenapa kamu tidak mengunci pintumu..?! Salah sendiri, kan..?” Virly menarik bangku di dekat Dylan, kemudian duduk manis sambil tersenyum.
“Apa…?! Kenapa senyum-senyum..?” Tanya Dylan menyengit
“Kamungga lupa, kan..??”
“Lupa apa..??”
“Ck. Handphone aku”
“Oh. Tuh..!” Dylan memonyongkan mulutnya pada sebuah bungkusan kecil di samping Virly
“Oh, handphone baruku….!” Virly tidak sabaran membuka handphone barunya, sementara Dylan hanya menggeleng dan melanjutkan sarapannya.
“Pas, kan…??”
“Ia, sama persis seperti milikmu, aku suka” Cengirnya
“Oke, mulai sekarang akungga punya urusan lagi denganmu. Cepat, pergi kamu dari rumahku, aku tidak ingin diganggu” Ucap Dylan dingin
Virly menatapnya “Kamu belum bisa move on ya…? Kasian banget” Cibirnya
“Akungga butuh saran atau komentarmu. Cepatlahkamu pergi, aku malas melihat orang asing di rumahku”
“Ckck..! Bagaimana pacarmu tidak menolakmu..?! Kamu saja begitu dingin dan membosankan, mengusir tamu dari rumah, itu sama saja mengusir rezeki”
“Mengusir rezeki..?!! Emangnya kamu ini rezeky..?? Yang benar saja” Cibir Dylan enggakn
“Tunggu sebentar lagi, aku mau melihat-lihat rumahmu dulu. Aku ingin mengubah rumahku seperti rumahmu”
“Dasar plagiat. Apa bedanya rumahmu dan rumahku..? Sepertinya sama saja, lagian kamu juga sudah pernah melihatnya beberapa hari yang lalu”
“Ia ia ia…! Aku akan pergi. Urusan kita udah selesai. Bye” Virly berdiri dan melangkah, menghentakkan lantai dengan langkah kakinya sambil mendumel.
Sebelum sampai di depan pintu, Virly mendengar bel rumah Dylan sedang berbunyi. Berarti tetanggaknya kedatangan tamu.
“Hai…!!” Seorang gadis menyapa Virly yang sedang membuka pintu. Virly terkesima dengan tamu tetanggaknya. Seorang gadis muda, modis, cantik, langsing dan dia membawa koper.
“Hai, cari siapa, ya…??” Tanya Virly sok tuan rumah
“Ini, benar alamat ini, kan..??” Gadis itu menyodorkan secarik kertas pada Virly
“Ia” Jawab Virlu manggut-manggut
“Berarti ini rumahnya Dylan Pradipta Lafewa..??” Tanya gadis itu hati-hati
“Ia. Anda siapa, ya..??”
“Oh, kenalkan, saya Angel, keponakan om Dylan”
“Keponakan…?” Virly menyerngit. Kemudian menyambut uluran tangan gadis itu
“Saya Virly” Ucapnya
“Virly..?? Mungkinkah..?! Oh..! Kamu calon istrinya omku ya..??!” Tebaknya girang. Virly membelakkan mata, syok
“Siapa..?!” Dylan kemudian datang, memeriksa orang yang menekan bel rumahnya
“Om Dylan….!!!” Angel menghambur ke pelukan Dylan, beberapa kali ia mencium pipi omnya dengan manja
“Angel..?! Kapan datangnya…? Kokngga bilang-bilang, sih..?” Ucap Dylan menyerngit
“Surprise…!!! Buat calon pengantin baru” Seru Angel terbahak
“Apa..? Calon pengantin..? Siapa yang menyuruhmu datang ke sini..?? Dari mana kamu tau alamatku..?”
“Rahasia. Calon om cantik juga, masih muda lagi” Bisik Angel, menyenggol lengan Dylan. Virly yang masih bingung, hanya bisa memandangi keduanya tanpa berucap.
“Angel..! Dia, buk –“
“Akh, omngga usah pura-pura. Kalian sangat serasi, apa kalian sudah tinggakl bersama..?” Goda Angel, melirik Virly
“Bu.. bukan..!” Virly menggeleng.
“Jiah..! Udah lama pacaran masih malu-malu, kayak abg labil aja” Canda Angel
“Bukan, saya buka calon istrinya, kamingga pacaran” Elak Virly. Ia menatap Dylan, memohon agar menjelaskan pada Angel. Namun sayang, Dylan tidak mengubrisnya, ia mengalihkan pandangannya pada dinding
“Apa-apaan nih..?? Kalianngga lagi bercanda kan..?” Angel menyerngit. “Aha..! Kalian pasti membalasku kan..? Kalian mau membuat surprise padaku kan..? Ia kan, om..?” Agel kembali mengapit tangan Dylan.
“Ia, dia hanya bercanda, ayo masuk” Lanjut Dylan senyum palsu
“A…A…A..Ap..Apa…???” Virly terbata, ia syok mendengar penuturan Dylan yang sama sekali tidak membantah, ia membiarkan Angel salah paham. Bukan, ia menyetujui Angel, mengenalkan secara tidak langsung pada keponakannya sebagai pacar. Dan, sekarang, apa ini..? Mengajaknya masuk..? Bukankah dia tadi mengusirnya…? OMG.
Dylan menarik koper milik keponakannya, dan Angel masih mengapit tangannya, sementara Virly masih mematung di pintu.
“Kamungga mau masuk..? kenapa masih di pintu..?” Dylan berbalik dan tersenyum pada Virly.
“A.. Apa…?? Dia ..?! Apa yang sedang ia lakukan..?? Kenapa dia melibatkan aku..? Apa dia mengira aku anak kecil..? Bocah tengik, seperti yang sering di ucapkannya..?!” Batin Virly geram. Ia kemudian menutup pintu dan berjalan di belakang Dylan dan Angel
“Kalau ada waktu, akan ku balas kamu”
“Vir, buatin orange jus buat Angel, ya..?!” Suruh Dylan akrab. Virly menatapnya tajam, ia membuat gadis itu semakin muak. Dengan berat hati, ia menuju dapur, mencari peralatan dapur yang sama sekali belum di jamahnya.
“Emangnya aku babunya..? Nyuruh-nyuruh buat minum lagi. Dasar tua” Gerutu Virly, sedari tadi ia baru menemukan gelas, belum membuat orange jus.
“Kok lama banget, sih..? Kamungga bisa buat orange jus..?” Suara Dylan mengagetkan Virly, dia datang mendekati gadis itu
“Apa maksud kamu tadi..?”
“Nggak ada”
“Apanya yangngga ada..? Tadi kamu ngusir aku, sekarang kamu ngaku-ngakuin aku pacar, nyuruh buatin minum lagi” Gerutu Virly kesal
“Aku sudah membelikanmu handphone baru, harganya tiga kali lipat dari punyamu dulu. Jadi, sudah sepantasnya kamu membalasnya” Sergah Dylan sambil bersender di dinding dan mensedekapkan tangannya di d**a.
“Apa..? Itu kesalahan kamu sendiri, kenapa kamu melempar handphoneku..? Salah sendiri, bukannya langsung ganti malah pake acara kabur segala” Cibir Virly
“Ck, cepatlah, Angelngga suka menunggu, nanti dia curiga” Dylan berlalu meninggaklkan Virly
“Akungga mau, buatin sendiri, aku akan bilang sama dia, kalau pacarmu menolak lamaranmu” Ancam Virly, Dylan berbalik dan menatapnya tajam
“Apa…? Kamu mau nyuruh aku balas kebaikanmu..? Nih, akungga mau lagi handphone ini, aku mau pulang aja” Virly bergegas mendahului Dylan
Dylan menarik tangan kanan Virly “Tunggu..!”
“Apa lagi..? Akungga akan menuntutmu”
“Tolong, tidak bisakah kamu pura-pura selama dua minggu ini…? Aku tidak mungkin memberitahunya yang sebenarnya. Mulutnya sangat ember, dia tidak bisa menjaga rahasia” Pinta Dylan lirih.
“Kenapa harus..?!”
“Aku udah telanjur bilang pada kedua orangtuaku kalau sebentar lagi aku akan menikah, membawakan mereka menantu”
“Apa..?? Apa-apaan ini..?”
“Akungga akan sampai ke sana, setidaknya tolong bantu aku di depan Angel, dia hanya dua minggu di sini, setelah itu terserah padamu, akungga akan menuntutmu, kalaungga.. Berapa..? Kamu mau berapa..? Aku akan membayarmu.!!”
“Kamu pikir semuanya bisa beres karena uang..? Kenapanggakamu bayar saja keluargamu agar masalahmu selesai” Cibir Virly
“Maksudku bukan seperti itu, apapun yang kamu mau akan ku kabulkan, asal kamu bantu aku. Aku akan membuat Mona kembali padaku”
“Anyting..??”
“Yes..!!” Senyum Virly melebar, matanya berbinar
“Promise”
“Yes, i’m promise”
“Termasuk tinggakl di sini”
“Apa..?? Ehem..! Maksudku, apa kamungga takut padaku..? Kamungga takut tinggakl serumah dengan laki-laki dewasa..?”
“Kamu pikir aku masih bocah..? Aku juga sudah dewasa”
“Oke, baiklah kalau begitu, nanti sore angkat barang-barangmu ke sini, kamu boleh tinggakl di sini selama dua minggu ini”
“Free..?”
***
Jakarta, 20 Juli 2020