Chapter 44

1745 Words

"Maksud Ayah apa? A--aku tidak mengerti?" Sembari duduk di kursi plastik yang disediakan pihak kepolisian, Ardi menjawab tergagap. Kedua pipinya masih terasa panas. Akibat tamparan bolak balik ayahnya. Dari kalimat ayahnya tadi Ardi sudah bisa menduga sesuatu. Namun ia masih ingin menyelamatkan diri. Siapa tahu apa yang terjadi, tidak seburuk yang ia kira. "Sudahlah, Ardi. Tidak usah berpura-pura lagi. Ayah sudah tahu semuanya." Pak Rahmat menarik napas berat. Ia kemudian menyusul duduk di samping Ardi. Bagaimanapun Ardi adalah darah dagingnya. Kesakitan Ardi adalah kesakitannya juga. Kesalahan Ardi adalah kesalahannya juga. Kesalahan dalam mendidik anak tentu saja. "Saya sudah mengingat semuanya, Om Ardi." Barita yang duduk di sudut ruangan tersenyum kecut. "Saya mengingat di mana Om

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD