Langkah-langkah kaki khas aparat terdengar bergema di sepanjang koridor rumah sakit. Langkah kaki itu milik sesosok pria paruh baya berpostur tinggi ramping, dengan lambang dua melati emas di bahunya. Laki-laki berseragam polisi tersebut kemudian berbelok ke ruang IGD. Di mana Karmila tergolek lemah di sana. "Mana pasien yang bernama Karmila Husin?" Sang laki-laki paruh baya, yang masih mengenakan seragam dinas kepolisian berteriak panik. Sedari rumah tadi, ia sudah sangat gusar. Sewaktu menerima berita ada penembakan di Poltabes, ia memang sudah panik. Sebagai seorang polisi, insting dasarnya adalah melindungi segenap warga negara dan bangsa ini. Mengetahui adanya teror, jiwa aparatnya mengelegak. Dan kini setelah mengetahui bahwa korbannya adalah anak kandungnya sendiri, kepanikannya