Masih dengan suasana yang barusan terjadi di dalam rumah. Mereka sekarang ada di dalam mobil. Perasaan Cindy masih tetap sama. Kenapa Reyhan memanggil dia dengan sebutan adek? Bukan sebutan Didi seperti biasanya. “Ada apa?” Reyhan melontarkan pertanyaan yang seketika menyadarkan Cindy dari lamunannya. Lebih tepatnya dia hanya sedang berpikiran tentang alasan Reyhan memanggil seperti itu saja. “Kakak lagi nggak marah sama aku, kan?” Reyhan menoleh sejenak tapi masih tetap fokus menyetir menuju tempat yang sudah dijanjikan oleh ayah mertuanya. Kafe yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka berdua. Reyhan membuka satu permen mint yang dibawanya tadi dari rumah. “Memangnya aku marah kenapa?” “Panggilan tadi, kenapa tiba-tiba dipanggil adek?” Oh karena itu rupanya Cindy bertanya sampai