Sidney semakin sadar jika masalahnya tidak sesederhana yang dia kira. Intinya dia tidak hanya sedang memakai pakaian Susan, bicara seperti Susan, dan berjalan seperti Susan tapi dia juga hanya wanita asing yang bahkan tidak mengenal Sidney Parker sama sekalai. Lantas bagaimana dirinya bisa mencari tahu mengenai Sidney Parker jika untuk menjaga diri saja mungkin belum tentu becus, apa lagi menerobos masuk ke kediaman Sidney Parker. Sidney kembali memperhatikan tubuh susan yang sangat rawan mengundang bencana, bagaiaman dirinya bisa berkeliaran dengan tubuh wanita macam ini tanpa membahayakan dirinya sendiri. Sepertinya itu juga harus segera dia pikirkan lagi nanati.
Sidney sudah kembali ke apartemen Susan berharap segera menemukan laptop untuk bisa mengakses internet. Untung Sidney juga segera menemukan benda itu tergeletak di meja. Tanpa menunggu lama Sidney segera menyalakannya, dia buru-buru mengecek semua Email yang masuk padanya. Karena belum ada Email yang dibuka artinya memang belum ada aktifitas terakhir dari Sidney Parker sejak kemarin. Tapi Sidney tetap saja penasaran apa sekiranya yang terjadi pada dirinya. Apa sekarang dirinya masih tidur, pingsan, atau jangan-jangan tenggelam di bak mandi karena terlalu mabuk.
Sidney masih ingat saat dirinya menikmati sampanye seorang diri di rooftop dan bagaimana gelas kristal itu meluncur jatuh dari tangannya dan hancur tanpa suara. Memangnya berapa perbedaan rambatan cahaya dan suara jika hanya dalam jarak sedekat itu, benar-benar jumlah waktu yang tak terhingga untuk di hitung tapi ternyata mampu mengubah seluruh hidupnya.
Sidney kembali terlonjak oleh nada dering ponsel Susan yang ternyata begitu berisik. Tentunya seorang Sidney Parker tidak akan mengunakan nada dering seramai itu untuk mengganggu hidupnya. Karena orang seperti dirinya paling hanya akan mengunakan nada getar atau cuma bunyi Bib! untuk panggilan masuk. Toh dia punya asisten yang selalu mengurus semua urusannya hingga dia tidak perlu repot-repot mengangkat telepon atau membalas pesan.
Sidney masih mencari-cari di mana benda berisik itu terus berteriak-teriak. Sampai akhirnya dia menemukannya menyala di bawah kolong sofa. Mungkin benda itu terlempar ketika dirinya tadi menendang tas jinjing. Sidney jadi harus merangkak dan nungging di lantai dengan celana sesak Susan untuk bisa merai ponsel berisik itu dari bawah kolong sofa. Sidney tidak tahu kenapa wanita suka tetap memakai pakaian yang menyusahkan.
Ternyata sudah ada lebih dari sepuluh panggilan masuk dan pesan yang belum dibaca sepanjang pagi ini, Sidney segera memeriksanya satu-persatu.
Seharusnya Sidney tahu jika Susan juga memiliki pekerjaan dan kehidupan sosial, bahkan seorang kekasih yang sudah meneleponnya lebih dari lima kali sepanjang pagi.
'Bencana apa lagi ini!'pikir Sidney yang baru saja kembali membaca pesan jika pria bernama Nolan itu akan datang lima belas menit lagi karena mendengar berita jika Susan yang mendadak tidak turun ke kantor tanpa kabar.
Sidney spontan mengumpat sambil melempar hanpone Susan ke atas sofa dan mengabaikannya. Sidney sudah kembali sibuk mengakses beberapa akun pribadinya untuk mengalihkan dan mengunci beberapa dana rekening pribadi sekedar untuk berjaga-jaga.