7.ingin mengulangi malam tiga bulan yang lalu

1302 Words
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Dinda dengan nada teriaknya, membuat tubuh Nana langsung memegang karena kaget. Degh "Dinda" lirih Arkan dalam hati, sama seperti Nana, Nana juga terkejut seperti Arkan. Nana dan Arkan saling pandang, lalu Arkan meminta Nana menunduk. Nana pun menurut, lalu Arkan mengambil ponselnya, dan mengetik sesuatu. Tidak lama kemudian, Dinda langsung pergi begitu saja membuat Arkan dan Nana sama-sama menghela nafasnya lega. "Ayo Om antar pulang, kamu mau menginap disini, hujannya tidak akan reda, yang ada hanya semakin deras." Ajak Arkan yang langsung di angguki oleh Nana. Arkan memeluk Nana dari samping kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk memegang payung. "Rumahku jauh Om, om yakin mau nganterin Nana sampai rumah?" Tanya Nana yang takut diturunkan di jalan raya sendirian. "Iya, jangan khawatir." Jawab Arkan pelan. Nana kembali menatap lurus ke depan, dan sesekali menunjukkan jalan agar Arkan tidak perlu bertanya dimana jalan menuju rumahnya. "Tuan… eh, maaf, Om maksudnya. Om tidak keberatan kan aku panggil Om, soalnya Om dewasa banget, sedangkan aku hanya anak kuliahan, aku takut tidak sopan kalo manggilnya hanya menyebut nama saja." Ujar Nana yang membuat Arkan sedikit menyunggingkan senyumnya "Tidak masalah, yang penting tidak memanggilku dengan sebutan Tuan atau sebagainya." Jawab Arkan yang membuat Nana menghela nafasnya lega. Mobil berhenti di dekat jalan kecil, ternyata kontrakan Nana masih harus melewati jalan sempit, untuk mobil sih cukup, tapi kalo hujan akan kesulitan, jadi, Nana meminta Arkan menghentikan mobilnya dan melarang Arkan untuk memasuki jalan sempit itu. "Yakin mau turun disini?" Tanya Arkan dengan suara lembutnya "Iya Om. Kalo Om ikut masuk, nanti Om kesusahan keluar," jawab Nana, lalu membuka sabuk pengaman nya, dan bersiap untuk keluar. "Besok aku tunggu ditempat ini juga ya," ujar Arkan sebelum Arkan benar-benar keluar dari mobilnya "Jangan Om, besok aku di jemput teman," tolak Nana, karena memang Nana akan di jemput Dinda setiap paginya, hanya pulangnya saja yang sendiri-sendiri. "Tinggal beritahu temanmu beres kan," ujar Arkan yang tidak mau ada penolakan dari Nana. "Gak bisa Om, aku gak enak soalnya terlanjur janji." Jawab Nana, yang masih terus berusaha menolak jemputan dari Arkan. Selain karena Nana tidak terbiasa berdekatan dengan pria, Nana takut nanti di kantor heboh karena dirinya satu mobil dengan bos nya, apalagi dirinya masih anak baru. "Baiklah, hanya untuk besok. Kedepannya, biar aku yang jemput, kita Searah kok, mau itu pulang dari kantor, atau berangkat ke kantor." Ujar Arkan dengan datarnya. Nana langsung bersiap untuk keluar, tanpa menanggapi ucapan Arkan. "Terimakasih ya Om," ujar Nana setelah menutup pintu mobil Arkan. Arkan mengangguk saja, dan kembali menyalakan mesin mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Arkan selalu terbayang-bayang akan malam panas itu dengan Nana. Memang benar, malam itu Arkan di selimuti gaira tinggi karena efek obat perangsang, namun mata Arkan dan ingatan Arkan masih sangat jelas untuk melihat Nana yang menikmati sentuhan. Mobil yang Arkan kendarai mulai memasuki area parkir di rumahnya. Arkan langsung keluar dari mobil, dan meminta satpam untuk membenarkan posisi mobilnya. Arkan tidak masuk kedalam kamarnya, Arkan langsung masuk ke ruang kerjanya, dan menghubungi Hans untuk segera menemuinya. Satu jam lebih Arkan menunggu Hans, akhirnya Hans datang. "Maaf, Tuan, saya terlambat." Ujar Hans dengan hormatnya "Mana hasil penyelidikan mu?" Tanya Arkan tanpa menghiraukan permintaan maaf dari Hans. Hans langsung mengeluarkan map merah di tas kerjanya, dan menyerahkan map merah tersebut pada Arkan. Arkan langsung membuka nya, dan melihat semua laporan itu dengan seksama. "Jadi dia melakukan itu karena untuk menyelamatkan seorang nenek?" Tanya Arkan "Betul Tuan. Sebenarnya saya masih butuh waktu sedikit lagi untuk menyempurnakan hasil penyelidikan saya, dengan begitu, saya bisa mengetahui siapa nenek yang dia tolong, dan sakit apa dia, karena menurut saya… "Tidak perlu, saya hanya butuh jawaban, untuk apa dia rela melakukan hal itu. Untuk penyelidikan masalah dia sudah sampai disini saja, kamu lanjutkan pencarian mama," ujar Arkan cepat. Hans mengangguk dengan patuh, lalu berpamitan untuk undur diri. "Katakan pada Bayu, karyawan baru yang bernama Nana di tetapkan jadi office girl, tidak perlu merubahnya lagi. Dan satu lagi, dia hanya menjadi office girl khusus aku, bukan untuk semua karyawan kantor." Ujar Arkan sebelum Hans pergi. Hans yang mendapat perintah baru yang menurut Hans sangat aneh, sedikit penasaran, memangnya apa yang direncanakan tuannya itu, sampai office girl saja ada khususnya. "Kamu penasaran?" Tanya Arkan yang bisa membaca raut keingintahuan Hans. "Tuan merencanakan sesuatu?" Tanya Hans tanpa ada rasa takut "Benar." Jawab Arkan tegas "Untuk apa Tuan?" Tanya Hans "Aku ingin bertanggung jawab pada gadis itu, karena dia, dia harus kehilangan kehormatannya yang selama ini dia jaga." Jawab Arkan yang membuat Hans sedikit tidak mengerti "Kenapa Tuan merasa bersalah dan harus tanggung jawab? Bukannya dia mendapat bayaran? Tuan juga tidak perlu bertanggung jawab karena tuan dan dia sudah sama-sama imbas, saling membantu." Tanya Hans yang tidak mengerti dengan jalan pikiran tuannya. Menurut Hans, gadis itu bukan di perkosa atau di paksa, dia juga rela melakukan nya karena butuh uang. "Dia menuruti keinginan ku karena dia butuh uang, andai saja dia tidak bertemu denganku, mungkin dia bisa mendapatkan bantuan dengan jalan lain. Sudahlah, aku bisa mengatasinya." Ujar Arkan tegas, yang tidak ingin merubah keputusan nya. Arkan keluar dari ruang kerjanya, dan langsung bertabrakan dengan Dinda yang sepertinya ingin menemuinya. "Iss, Om gak liat apa ada aku?" Tanya Dinda dengan meringis menahan sakit di dahinya, karena terbentur d**a Arkan. "Makanya ketuk pintu dulu," ujar Arkan "Om, aku mau tanya sesuatu," ujar Dinda dengan merubah ekspresi wajahnya jadi ceria "Mau tanya apa?" Tanya Arkan sambil melangkah melewati Dinda, Dinda mengikuti langkah Arkan, sampai masuk ke dalam kamarnya. "Di kantor Om, ada karyawan baru ya?" Tanya Dinda "Banyak," jawab Arkan yang memang ada banyak karyawan baru "Emmmm, ada yang cantik gak?" Tanya Dinda yang kebingungan bagaimana cara menanyakan tentang sang sahabat. "Hem, cantik. Kenapa?" Tanya Arkan "Tidak apa-apa. Tapi tidak ada yang tolak kan, om menerima karyawan itu kan?" Tanya Dinda yang tentunya menanyakan tantang Nana. "Iya di terima," jawab Arkan yang benar adanya. Dinda yang merasa lega, langsung keluar dari kamar Arkan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Arkan benar-benar bingung dengan tingkah sang keponakan. Keesokan paginya, Nana di antar Dinda ke kantor, Dinda merasa senang sekali karena Nana sudah bisa kerja dengan gaji yang tidak sedikit, meski Dinda tidak tahu apap pekerjaan sang teman, Dinda yakin, gaji di kantor itu tidak lah sedikit. "Semangat kerjanya," ujar Dinda dengan wajah cerianya, memberi semangat pada Nana, membuat Nana merasa senang. "Terima kasih Bestie," ujar Nana sambil memeluk Dinda dengan erat, sebelum keluar dari mobil Dinda. "Ya udah, sama masuk," uajr Dinda. Nana keluar dari mobil Dinda dan masuk ke gedung tinggi itu, untuk mencari rejeki. Baru saja Nana duduk di kursi party, Nana sudha mendapat perintah dari Sinta, jika tuan mudanya minta untuk di antarkan kopi. Nana memberi semangat untuk dirinya sendiri, sebelum masuk keruang tuan mudanya. Tok tok tok "Masuk!" Teriak Arkan dari dalam. Nana membuka pintu, dan masuk dengan membawa kopi pesanan Arkan. "Ini Tuan, kopinya." Ujar dengan sopan seperti para office girl pada umumnya. Arkan berdiri dana mendekati Nana. "Sudah sarapan?" Tanya Arkan sambil meletakkan nampan ditangan Nana, dan meletakkan di mejanya, lalu menarik tangan Nana untuk duduk di sofa. "Sudah Tuan," jawab Nana "Jangan panggil aku dengan panggilan itu kalo lagi berdua," ujar Arkan sambil menggenggam tangan Nana. Nana yang merasa risih dengan sikap Arkan, berusaha untuk melepaskan tangan Arkan dari tangannya. "Kenapa, kamu keberatan?" Tang Arkan serius, tanpa melepaskan tangan Nana. "Lepas Om, nanti kalo ada yang liat bagaimana?" Tanya Nana dengan nada tak tenangnya "Kenapa? Kamu takut ada orang lain yang mengetahui tentang hubungan kita?" Tanya Arkan yang membuat Nana mendelik kan mata cantik nya. "Om, tolong, tolong jangan ungkit masa lalu itu," ujar Nana yang langsung melepaskan tangannya dari Arkan "Itu bukan masa lalu, itu masih masa kemarin. Aku tidak akan melupakan masa lalu itu, kalo bisa, aku ingin mengulanginya lagi," ujar Arkan yang langsung membungkam mulut Nana dengan rakus, tanpa menjeda nya. "Emm.. Emm
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD