Srek
"Tidak!!!" Teriak Nana histeris saat melihat nenek itu mulai ambruk di aspal. Yah, gadis itu adalah Nana, gadis yang sebenarnya nenek Feni ingin temui. Para penjahat itu yang melihat Nana mulai mendekatinya, dengan segera pergi meninggalkan tubuh lemah nenek Feni.
"Nenek," lirih Nana kaget saat melihat wajah nenek yang sangat Nana kenal.
"Nenek! Nenek, bangun Nek, bangun!" Teriak Nana sambil membawa kepala nenek Feni kepangkuan nya. Tak ingin keadaan nenek Feni semakin menakutkan, Nana berteriak meminta pertolongan, bersyukur keberuntungan sedang berpihak pada Nana, ada seorang pria yang baik mendekatinya dan membantu menolongnya membawa nenek Feni kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Nana berteriak memanggil dokter agar segera nenek Feni segera mendapat pertolongan. Nana dan pria yang mengantarnya ke rumah sakit menunggu di luar, baru saja pria itu duduk, pria itu pun kembali berdiri dan berpamitan untuk pergi karena suatu pekerjaan. Nana menyodorkan sedikit uang lima puluh ribuan dan lima ribuan tiga lembar pada pria yang menolongnya, namun, pria itu menolaknya dengan mengatakan, jika dirinya ikhlas membantu. Nana kembali memasukan uang tersebut ke dalam saku celananya, dan berpikir jika orang itu menolak karena uangnya terlalu sedikit, Nana hanya bisa memberi uang sebanyak itu, karena saat ini hanya uang itu yang ada di pegangannya. Tak lama Nana menunggu, pintu ruangan dimana nenek Feni berada pun terbuka, Nana segera berdiri dan menghampiri dokter yang keluar dari ruangan tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan nenek saya Dok?" Tanya Nana dengan raut wajah penuh kekhawatiran
"Maaf Nona, nenek anda harus di operasi," ujar dokter tersebut dengan wajah tidak tega
"Op…operasi Dok?" Tanya Nana terbata
"Iya benar, dan harus secepatnya bertindak, kalau tidak, kita akan menyesal karena terlambat menyelamatkan nenek anda." Jawab dokter dengan tegasnya. Nana merasa jantungnya sudah tidak berfungsi lagi, karena seakan-akan, jantung nya sudah berhenti berdetak, karena terkejut. Nana yakin, operasi biayanya tidak sedikit, sedangkan dirinya tidak memiliki uang sebanyak yang ada di perkirakan Nana.
"Dokter, dokter saya mohon, saya mohon, tolong tangani dulu nenek saya, saya janji saya akan membayarnya, Dokter tolong tangani nenek, biar saya pergi untuk mencari uangnya dulu."pinta Nana dengan wajah sedihnya dan penuh permohonan, serta kedua tangan yang sudah mengatup tepat di depan wajahnya.
"Maaf Nona, saya tidak bisa melakukan sebelum anda menyelesaikan p********n, silahkan anda urus dulu biaya administrasi nya." Ujar dokter tersebut yang tidak bisa berbuat apa-apa, karena dirinya juga hanya bekerja dirumah sakit itu. Baru saja dokter itu melangkah pergi, dokter itu kembali mendekati Nana.
"Oh iya Nona, operasi tidak dilakukan di rumah sakit ini, jadi kami akan mengurus perpindahan rumah sakit saat ini juga, Nona tinggal persiapkan saja biayanya." Ujar dokter tersebut sebelum benar-benar pergi dari hadapan Nana. Dengan langkah gontai, Nana mulai keluar dari rumah sakit, untuk pulang kerumah kost nya, barangkali ada yang bisa di jual di rumahnya.
Kediaman nenek Feni
Kring kring
Ponsel Imah berdering, tepat di saat dirinya sedang kacau memikirkan mamanya yang tiba-tiba tidak ada dirumah.
"Siapa sih, ini mama kemana lagi?!" Tanya Imah pada dirinya sendiri, kesal karena mamanya pergi tanpa pamit. Imah langsung menggeser tombol hijau, saat melihat ternyata Seyla yang menghubungi nya
"Halo Seyla, ada apa?" Tanya Imah berusaha untuk tetap terdengar ramah
"Kakak dimana? Arkan ada dirumah tidak? Aku butuh bantuan dia Kak?" Tanya Seyla, terdengar suara panik diseberang, membuat Imah yang mendengar nya ikut merasa panik.
"Apa yang terjadi Sey? Kamu sedang dimana?" Tanya Imah dengan suara paniknya.
"Kak, tolong kasih tahu Arkan, tolong jemput aku di club Kak. Tadi aku kesel pulang dari rumah Kakak, terus berhenti di club karena ingin menenangkan diri, gak taunya aku di gangguin para pria jahat, tolong bantuin aku Kak. Hiks hiks hiks " ujar Seyla yang dengan tangis yang semakin kencang. Imah yang mendengar jeritan tangis Seyla yang begitu ketakutan, langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar Arkan.
Tok tok tok
"Arkan, Arkan tolong buka pintunya, ini penting." Teriak Imah sambil terus mengetuk pintu kamar Arkan.
"Ada apa?" Tanya Arkan datar
"Kali ini saja, kamu dengarkan kata kakak, atau setidaknya kamu bantuin kakak." Ujar Imah dengan menjeda ucapannya sebelum kembali melanjutkan.
"Apa?" Tanya Arkan datar
"Tolong bantuin Seyla, Seyla butuh pertolongan, dia di ganggu pria jahat, tolong kamu selamatkan dia, jemput dia." Pinta Imah dengan suara penuh permohonan.
"Dimana?" Tanya Arkan tanpa minat
"Biar kakak share dimana dia." Ujar Imah. Arkan langsung pergi, tanpa kembali melanjutkan pertanyaannya. Arkan melajukan mobilnya menuju klub sesuai alamat yang di share oleh kakaknya.
"Arkan, Arkan tolong aku Ar," pinta Seyla, dengan wajah yang sudah basah penuh air mata. Arkan melihat baju Seyla sudah ada banyak yang robek , mungkin Seyla terlalu banyak berontak, hingga p****************g itu sampai mengkasari dirinya, pikir Arkan. Arkan langsung menarik paksa tangan Seyla, dan beruntungnya pria yang memeluk Seyla dalam keadaan setengah sadar, jadi Arkan bisa membantu Seyla pergi dengan mudah. Arkan membawa Seyla ke dalam mobilnya, dan menyerahkan jas miliknya agar menutupi tubuh Seyla yang terbuka karena baju robeknya, lalu menyodorkan sebotol air mineral.
"Minum dulu biar kamu tenang," ujar Arkan sambil menyodorkan minuman pada Seyla. Seyla meraihnya, lalu meminumnya sedikit, dan langsung memuntahkan setelah membuka kaca pintu mobil.
"Kenapa?" Tanya Arkan dengan sedikit bingung
"Kenapa air nya pahit, nih, coba?" Tanya Seyla sambil menyodorkan kembali minuman yang diberikan Arkan tadi. Arkan mengambilnya, dan langsung meneguknya hingga setengah.
"Tidak pahit," ujar Arkan dengan polosnya. Baru saja Arkan mengatakan tidak pahit, Arkan langsung melempar botol tersebut keluar dari mobilnya, dan langsung meminta Seyla keluar dari mobilnya, dengan tatapan tajamnya.
"Keluar!" Teriak Arkan tepat di depan wajah Seyla
"Ar, kamu kenapa? Aku takut, aku tidak mau keluar, kamu anterin aku pulang ya, kalo ada yang ngapa-ngapain aku gimana?" Tanya Seyla dengan wajah sedihnya. Arkan langsung membuka pintu mobil di sampingnya, lalu memutari mobil dan membuka pintu mobil di samping Seyla. Arkan menarik tangan Seyla sampai keluar dari mobilnya, dan kembali menutup mobil setelah Seyla keluar. Tanpa banyak bicara dan memberi penjelasan pada Seyla, Arkan langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah pribadinya. Arkan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan hampir saja menabrak Nana, yang sedang berjalan kaki, untuk menemui sang sahabat, karena ingin mencari pinjaman uang. Nana mulai kelelahan, dan mencoba untuk istirahat, Nana istirahat hingga lima belas menit lamanya, dan kembali melanjutkan perjalanannya setelah dirasa sudah lebih baik. Baru saja Nana berjalan setengah, tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang, Nana kesusahan berteriak dan bergerak karena orang itu mengikat tangannya dengan sapu tangan, serta mulut yang masih ditutup oleh kain. Nana di paksa masuk ke dalam mobil, dengan mulut masih di bekap.
"Lepas! Mau dibawa kemana saya?" Teriak Nana dengan wajah panik dan takut secara bersamaan. Nana takut neneknya tidak bisa tertolong kalau sampai dirinya diculik, apalagi ini sudah malam. Nana merasa mobil sudah berhenti, Nana kembali diseret keluar dari mobil, dan membawanya masuk yang entah Nana sendiri tidak tahu itu tempat apa. Cukup jauh Nana di bawa masuk, pria yang membawanya itu langsung membuka pintu yang menurut Nana itu sebuah kamar, lalu mendorong tubuh Nana hingga masuk ke dalam kamar dengan cara terjatuh ke lantai, pintu kembali tertutup. Awalnya Nana pikir akan dibawa ke rumah kosong atau hitam menakutkan, ternyata dibawa ke sebuah istana yang sudah lengkap dengan segala peralatan kamar pribadi. Baru saja Nana terlempar dari luar untuk masuk ke dalam kamar, sekarang Nana kembali terlempar hingga terlentang di atas ranjang.
"Siapa Anda, tolong lepaskan saya?" Tanya Nana dengan wajah ketakutan. Arkan langsung menindih tubuh Nana, tanpa menjawab pertanyaan dari Nana.
"Layani aku," ucap Arkan dengan wajah yang memerah karena menahan gairah. Yah, pria itu yang menculik Nana ternyata anak buah Arkan.
"Tidak, tolong lepaskan saya Tuan, lepaskan saya," pecah tangis Nana, sambil memohon agar Arkan melepaskan nya.
"Layani aku, akan ku hargai pelayananmu 1 milyar," ujar Arkan dengan wajah yang sedang berkabut gairah
"1 milyar?" Tanya Nana memastikan, karena teringat, akan pengobatan nenek Feni dengan suara lirihnya.
"Yah, 1 milyar, bahkan aku bisa menambahnya jika kau masih kurang," jawab Arkan tegas. Nana terdiam, saat Nana terdiam , Arkan menggunakan kesempatan untuk melancarkan aksinya, namun, Nana kembali menangis dan meminta agar Arkan melepaskan nya.
"Tolong lepaskan saya Tuan, tolong, saya…
Nana menghentikan ucapannya, saat mendengar ponsel jeleknya berdering. Nana langsung merogoh ponselnya yang masih berada di kantong celananya. Dan menerima panggilan tersebut, Nana kembali menjatuhkan ponselnya setelah mendengar deretan kalimat dari sang penelepon. Arkan yang melihat Nana kembali terdiam, langsung menggunakan kesempatan itu untuk membuka seluruh pakaian Nana. Nana hanya terdiam saja, dan membiarkan Arkan melakukan nya. Arkan semakin gila terbakar gairah saat melihat tubuh polos Nana dibawah Kungkungan nya. Tanpa buang-buang waktu lagi, Arkan langsung membuka kedua paha Nana lebar-lebar, dan
"Akh…..