4.pertemuan pertama setelah tiga bulan yang lalu

1330 Words
Deg "Tuan itu!" Lirih Nana kaget saat melihat sosok pria yang telah membeli keperawanan nya, ada di rumah sakit itu juga. Dengan segera Nana membalikkan badannya, untuk menghindar dari pria itu, agar pria itu tidak lagi menghantui pikiran nya. "Berhenti!" Teriak Arkan, yang langsung menghentikan langkah kaki Nana, Nana langsung memejamkan matanya tanpa berani membalikkan badannya menatap Arkan. "Iya Tuan," jawab dokter yang baru saja ingin lewat, namun di cegah oleh Arkan. Nana yang mendengar ada suara seorang dokter yang menyahut panggilan dari Arkan, segera melanjutkan langkahnya, dengan perasaan hati yang lega. "Bagaimana? Kamu yakin tidak ada pasien atas nama Feni disini?" Tanya Arkan yang mendengar dari orang-orang nya, kalo posisi nenek Feni ada di rumah sakit itu. "Yakin Tuan, terakhir pasien yang mengisi daftar formulir hanya atas nama nona Nana." Jawab dokter tersebut membuat Arkan menghela nafasnya kasar. Arkan langsung pergi begitu saja, meninggalkan dokter itu, dan langsung keluar dari rumah sakit. Tak lama kepergian Arkan, Nana dengan terburu-buru meminta dokter agar mengizinkan nenek Feni dilakukan rawat jalan. Dokter masih terus menolak permohonan Nana, Nana tidak putus asa, Nana terus memohon yang akhirnya dokter dengan terpaksa mengizinkan, dengan alasan nenek Feni tetap harus rutin mengkonsumsi resep obat dari dokter, dan istirahat yang cukup. Nana dengan segera mulai mengurus kepulangan nenek Feni, dan menuruti nenek Feni untuk ikut bersamanya. Nana memesan taxi, agar nenek Feni merasa nyaman selama perjalanan pulang. Cukup lama perjalanan menuju kost nana, jam 4 sore, Nana sampai di kost nya. Untuk hari ini, Nana meminta nenek Feni agar sabar dan tunggal di satu kamar kecil itu, dan untuk nanti malam, Nana akan berusaha untuk mencari tempat tinggal, yang sedikit besar dan cukup untuk dua orang. "Maaf ya Nek, Nenek tinggal di kamar kecil ini untuk sementara, nanti malam, Nana akan mencari tempat yang cukup untuk kita berdua." Ujar Nana dengan wajah sedih karena tidak tega pada nenek Feni. "Tidak apa-apa Sayang, kamu tenang saja, nenek juga bisa kok tinggal dirumah kecil" ujar nenek Feni yang sedikit membuat Nana merasa lega, namun meski begitu, Nana akan tetap mencari tempat tinggal baru, dengan menggunakan sisa uang dari biaya rumah sakit nenek Feni. "Nenek istirahat ya, Nana mau keluar sebentar." Ujar Nana lembut. Nenek Feni menjawab dengan anggukan singkat, lalu membaringkan tubuhnya di kasur kecil yang jauh dari kata empuk. Nenek Feni jadi merasa kasihan dengan perjalanan hidup Nana di tempat sekecil itu, mana Nana masih berusaha tetap kuliah meski jauh dari kata mampu. "Kunci pintunya Sayang, dan jangan mengetuk pintu jika kamu pulang, karena tidak akan membukanya, nenek takut orang jahat itu mencari nenek sampai ke tempat ini." Ujar nenek Feni yang langsung dijawab anggukan kepala, dan juga senyum manis dari Nana. Nana keluar dari kamar kost nya, dan mencari kontrakan untuk dirinya dan nenek Feni. Nana mencari kontrakan itu sampai jam 7 malam, dan bersyukur Nana bisa mendapatkan tempat tinggal baru, harga yang tidak memberatkan Nana, dja tempatnya juga cukup membuat dirinya puas untuk ditempati. Nana membayar sewa kontrakan tersebut, dan mengatakan pada pemiliknya, jika rumah itu akan ditempati esok pagi. Nana kembali pulang, dan tidak lupa juga membeli makan malam dua porsi untuk dirinya dan nenek Feni. Sesampainya di kost, Nana langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu seperti yang dikatakan nenek Feni tadi sebelum berangkat. "Sudah pulang Sayang?" Tanya nenek Feni yang sedang memakan pisang sebagai pengganjal lapar. "Maaf, Nana baru pulang, nenek pasti sudah sangat lapar. Ayo Nek, kita makan dulu, setelah itu nenek minum obat, dan kembali istirahat." Ujar Nana, lalu mengajak nenek Feni makan malam bersama. Tiga bulan lebih, Arkan masih belum bisa menemukan keberadaan mamanya, Arkan selalu mengecek aplikasi bank nya, barangkali mamanya menggunakan uang itu, hingga bisa memberinya jalan untuk menemukan keberadaan mamanya. Namun, sampai saat ini, tidak ada laporan pengeluaran dari aplikasi bank nya, artinya mamanya masih belum pernah menggunakan uang dari kartu khusus yang Arkan berikan untuk mamanya. Feni sendiri tidak pernah berpikir untuk kembali pulang, selain karena nenek Feni takut kepada penjahat itu, nenek Feni juga sudah lelah tinggal dirumah yang selalu dipenuhi oleh teriakan Imah, yang meminta Arkan agar segera menikah. Nenek Feni juga sudah betah tinggal bersama Nana, meski hanya hidup berdua dengan keadaan yang sederhana. Setelah tiga bulan lebih Nana tinggal bersama nenek Feni, Nana mulai berpikir keras untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, yang bisa mencukupi kebutuhan nya dan juga nenek Feni. Uang simpanan Nana juga sudah habis karena kebutuhan sehari-hari ,dan biaya cek up nenek Feni setiap minggunya. Sekarang Nana putuskan untuk pergi dari tempat itu, dan mencari tempat tinggal baru, setelah mendapat pekerjaan yang baru, Nana meminta Nana meminta bantuan sang sahabat, untuk mencarikan pekerjaan yang gajinya sesuai dengan harapan nya. Sebelum Nana memutuskan untuk pindah tempat, Nana meminta persetujuan dari nenek Feni, awalnya nenek Feni menolak dengan alasan takut, namun, melihat wajah sedih Nana karena penolakan darinya, nenek Feni pun meyakinkan diri, bahwa tidak ada lagi orang jahat yang akan mencarinya. Nenek Feni pun menyetujui usulan Nana untuk pindah. Nana yang mendapat persetujuan dari nenek Feni, langsung menghubungi Dinda, dan meminta untuk segera dicarikan pekerjaan. Setelah mengatakan dengan pasti, jika dirinya akan diberi pekerjaan, malam itu juga Nana pergi ke tempat tinggalnya yang baru. Sesampainya di tempat tingga yang baru, Nana dan nenek Feni langsung masuk dan ternyata tempat tinggalnya kali ini, jauh lebih bagus dari pada tempat tinggal sebelumnya. "Memangnya kamu kerja apa Sayang, kenapa kontrakan nya lebih mewah dari kontrakan yang sebelumnya?" Tanya nenek Feni yang takut Nana tidak mampu untuk membayarnya, nenek Feni takut merepotkan Nana. "Besok Nana akan memberitahu pekerja Nana yang baru, untuk saat ini, nenek istirahat saja, biar nenek tidak terlalu kecapean." Jawab Nana yang kemudian membantu nenek Feni untuk istirahat. Keesokan paginya, Nana mulai bersiap untuk berangkat ke tempat kerja nya yang baru, setelah semua urusan rumah selesai, terutama mengurus nenek Feni. "Nek, doain Nana ya, semoga, Nana bisa dapat pekerjaan yang baik, dan gaji yang banyak, hehehe." Ujar Nana dan diakhiri dengan kekehan kecil "Iya Sayang, pasti nenek doakan, semoga pekerjaan kali ini, menjadi pekerjaan terakhirmu, gaji yang banyak." Jawab nenek Feni dan menanggapi candaan Nana, dengan candaan dan juga kekehan kecil. Nana keluar dari rumah kontrakan nya, lalu menghubungi Dinda. "Din, Lo beneran mau nganterin gue ke tempat kerja gue yang baru?" Tanya Nana memastikan "Iya, Lo tenang aja, tunggu di jalan raya, aku masih nunggu supir buat ngeluarin mobil." Jawab Dinda dengan bahagianya, karena akan bertemu sahabatnya kembali. "Yakin gak ganggu jam kuliah, ini kan waktunya sudah mepet?" Tanya Nana yang mengerti dengan kuliah Dinda, karena mereka satu kampus sebelum Nana mengajukan cuti panjang. "Ya! Ya sudah, tutup dulu ya, aku mau langsung kesana." Jawab Dinda yang langsung meminta panggilan segera diakhiri. Dua puluh menit, Nana menunggu, akhirnya Dinda sampai di jalan raya dekat kontrakan nya. Mereka melakukan pelukan Teletubbies terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanan nya menuju kantor. Dinda menghentikan mobilnya tepat di depan gedung yang menjulang tinggi. Dinda meminta Nana masuk kedalam, setelah ada seorang yang menjemput Nana. "Kak, titip teman ku ya," ujar Dinda pada orang yang menjemput Nana, yang langsung dibalas dengan dua jempol pada Dinda. Nana masuk mengikuti langkah Sinta , yang diberi tuga untuk membantu membimbing Nana dalam bekerja. "Oh, iya. Nama kamu siapa tadi?" Tanya Sinta "Nabila Kak, panggil saja Nana." Jawab Nana dengan senyum ramahnya. "Untuk beberapa hari ini, kamu ditempatkan di bagian Office Gir dulu ya, baru setelah itu kamu mendapat pekerjaan yang tentu, soalnya kepercayaan tuan muda yang biasa menentukan pekerjaanmu belum bisa datang hari ini, cuma dia yang akan menentukan pekerjaanmu." Beritahu Sinta yang merasa tidak enak pada Nana "Tidak apa-apa kok Kak, tidak masalah." Jawab Nana dengan senyum bahagianya "Yaudah, sekarang kamu antarkan kopi ini keruangan tuan muda, ingat ya, harus sopan dan jangan terlalu lama menatapnya." Titah Sinta yang sedikit memberi arahan dan memberi tahu tentang ketidak sukaan tuan mudanya. Nana langsung mengambil nampan kopi tersebut keruangan tuan muda seperti yang dikatakan Sinta tadi. Tok tok tok "Masuk!" Sahutnya dari dalam. Nana langsung masuk dengan membuka pintu ruangan secara perlahan. "Ini kopinya Tuan." Ujar Nana pelan "Ka… kau!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD