Pagi itu udara di kantor cabang Selvarra terasa lembap dan hangat. Sinar matahari masuk dari sela-sela daun yang menempel pada kaca, membawa aroma tanah basah yang menenangkan. Di meja panjang, peta ladang terhampar, di layar, daftar angka-angka yang bagi banyak orang mungkin hanya deretan kosong, tetapi bagi Ophelia dan Matteo, setiap titik berarti nyawa, peluang, dan bahaya. “Oh iya,” Ophelia membuka kembali percakapan, suaranya lembut namun penuh tekanan yang tidak boleh diabaikan. “Semalam aku sudah mengirim e-mail ke Dominguez. Sekarang tinggal menunggu panggilan mereka. Tapi sebelum itu, kita harus tahu persis, stok kita cukup untuk memasok kontrak besar? Kalau mau dipasarkan ke luar negeri, kita tidak boleh main-main.” Matteo menoleh, dahinya berkerut. Nada suaranya tajam seperti

