SERIES 5O
LOVE ON BEGINNING
FIRE MEET GASOLINE
Mencintaimu ibarat menyelami lautan hitam pekat yang penuh dengan badai.
Ingat bagai mana permusuhan antara James dan Nicholas?
Jelas James bukanlah tipe pemaaf, dendam lama dan persaingan bisnis mereka di bidang perkapalan dan tambang yang semakin sengit belakangan ini menjadikan mereka sebagai dua keluarga bangsawan paling berpengaruh di utara.
Setelah menikahi putri seorang Duke dan memberikan keturunan laki-laki sebagai penerus Duke of Greenock -ke 4, Nicholas mendapatkan gelar kehormatan sebagai seorang Earl dan juga kepemilikan kembali atas semua tanah keluarganya di utara sebagai hadiah langsung dari Raja.
Tak ayal jika persaingan di antara keluarga Winston dan Stanley seperti sudah memasuki babak pertarungan baru yang sepertinya tanpa akhir.
*******
24 tahun kemudian ...
Duka kembali menyelimuti keluarga Harrington, awal musim terlembab tahun ini sepertinya akan ikut menjadi saksi duka terdalam bagi George dan seluruh keluarganya. Sisa hujan semalam masih menetes dari bingkai jendela yang kacanya masih berkabut. Dari dalam kamarnya, samar-samar ketiga putri kecil Harrington ikut memperhatikan masing-masing kereta yang hilir mudik memasuki pekarangan estate mereka. Halaman peternakan Yorkshire semakin dipenuhi barisan kereta-kereta mewah dengan lambang beberapa keluarga bangsawan dan rekan bisnis keluarga yang sengaja datang jauh dari kota untuk mengucapkan bela sungkawa kepada sang Earl. Semua orang mengenakan pakaian serba hitam dengan sepatu boot berdencit saat menginjak halaman rumput yang ikut mencipratkan percikan lumpur ke mantel mereka. Para pelayan terlihat sibuk berlarian memberikan payung kepada para tamu yang baru keluar dari kereta, karena di luar sepertinya rintik hujan sudah kembali turun seperti serabut benang tipis yang melayang-layang ringan dan berputar bersama benih badai. Entah kenapa kesibukan yang nampak hening itu seperti menjadi potret kelam atas kenyataan hidup yang seringkali memang tidak dapat di tolak atau di hentikan, baik oleh jasa atau kemulyaan. Karena, yang baik atau yang buruk, yang tua atau yang muda mereka semua bisa tiba-tiba saja pergi lebih dulu ....
George Harrington baru saja kehilangan putra tunggalnya akibat kecelakaan, William Harrington sedang berburu bersama tunangannya saat kuda yang di tungganginya tiba-tiba menggila hingga membuatnya tergelincir dan jatuh ke jurang.
Tidak ada yang tidak mencintai putra sang Earl, siapapun pasti akan jatuh cinta pada pemuda rupawan yang sepertinya memang mewarisi segala kebaikan dari sang ayah, itu lah kenapa duka ini akan menjadi sesuatu yang sangat berat bagi siapapun.
Saat tungku dan perapian tidak mampu lagi menghangatkan, mungkin memang hanya rasa dingilah yang bisa kita rasakan ....
"Bukan hanya syaraf yang bisa mati rasa, kadang kala juga jiwa!"
(Lady Annelies Stanley)
******
Dua tahun masa berkabung sepertinya tidak akan pernah cukup untuk menghapus kesedihan keluarga Harrington, duka akan kepergian putra tunggal sang Earl jelas masih membekas di hati siapapun. Namun, meski demikian hidup memang tetap harus ber jalan, dan tanggung jawab tetap harus ditanggung!
James Winston akhirnya setuju untuk mengirim putra keduanya pulang kembali ke inggris, dengan harapan putranya akan segera belajar mengurus bisnis keluarga Harington, karena sang Earl memang hanya tinggal memiliki anak-anak perempuan yang masih di bawah umur.
Jeremy Winston
Jeremy Winston
Jeremy Winston baru sampai di Yorkshire satu hari yang lalu karena kapal yang ditumpanginya sempat terjebak badai. Setelah perjalanan kereta dari pelabuhan Liverpool sampai ke Yorkshire, kini Jeremy seperti benar-benar di hantam rasa lelah yang luar biasa. Terlebih, karena dirinya bukan tipe orang yang bisa tertidur di dalam kereta yang berjalan, tak peduli semewah apa kereta yang di kirim sang paman untuk menjemputnya. Jeremy hampir ingin memaki sepanjang jalan saat mulai memasuki kawasan pinggiran Yorkshir, di mana ternyata Eastate keluarganya terletak di kawasan yang sangat jauh dari manapun, lengkap dengan jalanan tanah berbatu yang menyiksa tulang belakang. Jeremy yang sejak awal tidak pernah setuju untuk dikirim kembali ke inggris sempat menggerutu seperti bocah manja saat sadar dirinya harus tinggal di tempat terpencil macam itu.
Karena jengkel Jeremy sempat memutuskan beberapa kali untuk berkuda saja andai kusirnya tidak terus memohon agar tuanya tidak membuatnya kehilangan pekerjaan.
Akhirnya sesampainya di Yorkshire, Jeremy merasa sudah kehilangan energi untuk sekedar menghiraukan sambutan kakeknya karena pemuda itu mungkin sudah terlampau lelah dan hanya menginginkan ranjang yang nyaman untuk meluruskan punggungnya. Lord Richard cukup maklum dan sengaja menyuruh para pelayan untuk tidak mengganggu cucunya yang sudah tidur hampir sepanjang hari .
Meski sering bertindak semaunya sendiri tapi sebenarnya Jeremy bukan tipe pemuda yang manja, mungkin hanya pengaruh pergaulan yang lebih terbuka di Amerika membuatnya tumbuh lebih mandiri dari pengaruh orang tua. Meski sering dinilai gegabah dan sembrono sebenarnya pemuda itu memiliki perhitungan yang jeli dalam berbisnis. Tak jarang orang lain sering tertipu oleh kejutan-kejutan tak terduga dari keputusan-keputusan gilanya yang kadang kurang masuk akal. Karena itu James tak pernah ragu untuk memberi kepercayaan pada putra sembrononya itu kali ini. Meski tak seantusias putra pertamanya Edward, tapi Jeremy cukup bisa di andalkan dalam situasi yang sering orang pikir tidak masuk akal dan mustahil.
Sejak kecil Jeremy memang lebih banyak besar di negri bekas koloni. Semenjak James dan Alex memutuskan menetap di Amerika, James memang sudah menyerahkan semua bisnisnya di britania utara pada putra pertamanya Edwar Winston, yang akhirnya lebih sukses mengelola seluruh bisnis tambang dan perkapalan jauh lebih sukses dari pada dirinya. Selama ini James sendiri juga tidak pernah menyangkan jika dirinya juga harus mengirim putra keduanya untuk kembali ke inggris, jika bukan karena sepupunya George yang memintanya, pasti Alexpun tidak akan pernah rela melepas putra kesayangannya.
******
Ahirnya Jeremy bangun juga dari tidur panjangnya dengan perasaan linglung, dan agak heran karena tidak ada pengurus rumah cerewet yang suka mengusik tidurnya
Ahirnya Jeremy bangun juga dari tidur panjangnya dengan perasaan linglung, dan agak heran karena tidak ada pengurus rumah cerewet yang suka mengusik tidurnya. Meski Manuela menjengkelkan dan tega memukul b****g, jujur sepertinya Jeremy mulai merindukan omelan pengasuh cerewat nya itu.
Sepertinya Jeremy juga mulai menyesal kenapa tidak membawa wanita berpinggang besar itu ikut berlayar. Manuela paling tidak suka berlayar bahkan menginjak dek kapal saja sudah bisa membuatnya memuntahkan seluruh isi perutnya. Bisa menyaksikan pengasuhnya yang cerewet dan sok serba bisa itu menangis dan berlutut untuk di kembalikan ke darata sepertinya cukup untuk sedikit membalas dendam atas kesombongan nya selama ini.
Jeremy sudah berpakaian rapi meski masih agak malas untuk turun ke bawah menemui keluarganya, karena itu Lord Richard menyuruh pelayan untuk mengantar makan siang cucu laki-lakinya itu ke kamarnya.
Jeremy coba menikmati makanan yang sebenarnya kurang cocok dengan selera lidahnya, sekali lagi pemuda itu mulai menyesal kenapa tidak membawa Manuela, meski lebih sering menyebalkan tapi memang hanya wanita ber mulut besar itu yang paling tau selera makannya.
"Sebaiknya jangan minum terlalu banyak anggur di cuaca sepanas ini, Tuanku."
Jeremy hanya melirik pria tua yang sedari tadi hanya berdiri di dekat mejanya. Entah apa yang dipikirkan kakeknnya hingga dirinya harus memiliki asisten pribadi segala.
"Jangan cemas paman, Anda juga bisa ikut menghabiskannya jika benar-benar khawatir aku akan terlalu mabuk hanya karena sebotol anggur."
"Maaf, Tuanku, saya tidak berani," pria itu segera merunduk untuk meminta maaf, seperti takut telah salah bicara atau semacamnya.
"Jangan memanggilku dengan sebutan aneh seperti itu lagi."
Jeremy menunggu santai sampai asisten Gipsy nya itu cukup berani untuk kembali melihatnya.
"Maaf, Tuanku."
"Namaku, Jeremy, panggil saja seperti itu."
Selain mamanggil seorang pelayan dengan sebutan paman, sepertinya Jeremy kembali mengejutkan pria tua itu dengan menyuruhnya menyebut nama saja. Tentu hal itu sangat aneh untuk diterapkan di inggris, meski sebenarnya tak mengherankan jika Alex dan James membesarkan pemuda macam itu.
"Panggil saja aku, Jeremy, Paman," ulang pemuda itu lebih jelas.
Selanjutnya pelayan itu hanya bisa mengangguk-angguk terlebih karena gugup.
"Nama saya, Albert, Tuanku."
Jeremy membalasnya dengan senyum singkat yang ramah. Sepertinya Albert juga menyukai tuan mudanya itu, tak seperti putra-putra bangsawan kaya yang biasanya angkuh dan sombong . Putra James Winston itu terlihat seperti pemuda yang tidak suka membatasi diri, lagi pula siapa yang tidak mengenal keluarga Winston yang begitu terkenal dengan tumpukan kekayaan dalam kesuksesan bisnisnya di dua benua.
Jeremy berjalan mendekati jendela sekedar untuk melihat keluar, ada halaman luas yang langsung menyambut mata ketika melihat ke luar dari lantai dua mansion Harrington. Dari jauh nampak pemandangan luar biasa dari perbukitan rendah kehijauan has pedesaan inggris yang tenang dan damai, sayangnya hal macam itu bukan sesuatu yang cukup menarik untuk seorang Jeremy Winston. Bahkan pemuda itu masih enggan untuk berpikir bahwa dirinya bakal menyukai tanah peternakan.
"Siapa dia paman? " Jeremy masih memandang keluar, berdiri di dekat bingkai jendela besar di kamarnya.
Jeremy masih memperhatikan gadis muda bersurai merah yang sepertinya juga sedang melihat kearahnya.
"Lady Annelies, keponakan dari Lady Annabeth, Tuanku."
Gadis itu masih duduk di atas punggung kudaya menatap heran kearah jendela besar yang tirainya terbuka.
"Siapkan kudaku, Paman."
"Maaf, Tuanku, sepertinya itu bukan ide baik," pria tua itu terlihat gugup untuk menjelaskan sesuatu.
"Siapkan saja, atau aku akan mengambil sendiri di istal."
Jelas Jeremy bukan tipe pemuda yang harus selalu dilayani, karena pemuda itu sudah berlari cepat menuruni tangga dan mengabaikan peringatan apapun yang coba di teriakkan pria tua yang jadi terpaksa ikut mengejarnya dengan kepayahan.
*****
LIKE KALIAN SANGAT BERARTI