"Topi yang bagus, Lady."
Anne biasa memakai benda apapun milik sepupu kembarnya, dan gadis koboy bersurai merah jelas akan menjadi pemandangan yang akan sangat langka. Bukan berarti Jeremy tidak mengenali darah Scotlandia yang sangat kental pada gadis itu, dia hanya sedang coba menikmati sedikit keberuntungannya siang ini.
"Katakan apa mau Anda, Tuan?" sering kali Lady Anne memang terkenal dingin dan telalu terus terang menunjukkan ketidak sukaannya pada orang asing, apa lagi yang jelas cukup berani menyapanya dengan sangat tidak beradap seperti itu.
"Mungkin berkuda di belakang Anda, My Lady, silahkan Anda bisa berjalan lebih dulu," Jeremy berhasil pura-pura mempersilahkan.
Sungguh jawaban luar biasa tidak sopan, seorang inggris tidak bicara seperti itu, kecuali memang ada yang salah dengan syaraf di kepala pemuda itu. Sebenarnya tadi Lady Anne hanya berhenti karena heran melihat jendela kamar utama itu kembali di buka.
"Apa ada yang salah, my Lady? "
"Kurasa Anda baru pertama kali menginjak tanah peternakan," sindir sang Lady saat mengoreksi.
"Jeremy, Jeremy Winston," pemuda itu tersenyum memperkenalkan diri saat masih duduk di atas punggung kudanya.
"Oh tak mengherankan," kutib sang Lady di keplanya ....
Seorang putra Winston tentu tak beda jauh dari orang tuanya ,batin sang Lady ketika kembali mengoreksi. Anne memang sudah sempat mendengar jika putra James Winston akan datang ke Yorkshire, dan siapa lagi jika bukan pemuda mencolok dengan setelan mantel mahal untuk menunggang kuda di musim sekering ini.
"Apa ada yang salah denganku?" Jeremy sengaja mengulang pertanya yang sama pada sang Lady.
"Tidak!" Anne buru-buru menggeleng, "maaf saya harus segera pergi."
"Tunggu, Anda belum memperkenalkan diri Anda, Lady?"
"Seorang Lady harus di perkenalkan secara resmi, Tuanku!" tegas Anne sebelum pergi.
Lady Anne sengaja memberi salam hormat yang sedikit agak berlebihan untuk mengejek kemampuan tatakrama pemuda di depannya yang nihil.
Tentu Lady Anne cukup sadar bagaimana permusuhan di antara kedua orang tuanya yang sudah menjadi rumor paling populer beberapa dekade ini.
****
"Apa yang Anda lakukan, Tuanku? " setelah bersusah payah akhirnya Albert berhasil juga menyusul tuan mudanya.
Jeremy masih menatap punggung sang Lady yang baru saja pergi.
"Apa semua wanita di tempat ini biasa bersikap seperti itu?"
Pelayan itu ikut memperhatikan sang Lady yang sepertinya baru saja mengabaikan tuan mudanya.
"Oh, Tuanku!"
Jeremy spontan menoleh pelayannya yang kembali berkomentar.
"Lady Annelies dalah tunangan sepupu Anda."
"Kenapa aku baru tau jika William sudah bertunangan?"
"Kontrak pernikahan mereka memang sudah di atur sejak mereka masih anak-anak, Tuanku."
Jermy kembali diam mungkin sedang berpikir saat kembali memperhatikan punggung sang Lady yang semakin menjauh.
"Sebenarnya Lady Anne adalah gadis yang baik, hanya saja dia masih sangat berduka atas kepergian sepupu Anda, Tuanku."
Jeremy memilih kembali memutar kudanya untuk pulang ke rumah, sepertinya pemuda itu sudah kehilangan minatnya untuk berkuda.
"Kupikir kau akan berkeliling, Nak," sapa Lord Richard yang sempat senag melihat semangat cucunya saat berlari ke istal tadi.
"Mungkin lain kali," pemuda itu terus berjalan kembali menaiki tangga melengkung yang ujungnya langsung menuju ke arah balkon di lantai dua.
Ada balkon luas yang menghubungkan beberapa kamar, pot-pot besar tanaman berbunga ditata berjajar dengan jarak yang sama di tepi pagar balkon yang terbuat dari marmer putih yang di pahat halus. Jeremy berdiri pada tepian pagar dengan kedua otot lengannya yang menegang, matanya masih fokus memperhatikan si rambut merah yang semakin menjauh dari batas pandangannya.
*****
Lady Annelies Stanley datang satu minggu yang lalu untuk memenuhi undangan sang Countess yang kebetulan juga akan berkunjung ke Yorkshire akhir pekan ini. Sama seperti sang Countes, Lady Annelies juga masih berduka atas kepergian tunangannya, dan baru kali ini Anne bisa kembali bertemu calon mertuanya itu sejak peringatan kepergian William Harrington satu tahun lalu.
Kehilangan satu-satunya putra tentu bukan hal yang mudah bagi keluarga Harington, meski sudah dua tahun berlalu, tapi rasanya hari itu seperti baru saja terjadi kemarin, terlebih bagi Lady Annelies yang masih sering menyalahkan dirinya sendiri karena kejadian itu. Meskipun semua orang tau kecelakaan itu sama sekali bukan karena kesalahannya, tapi sang Lady memang tidak bisa berhenti menuduh dirinya sendiri sebagai pembawa sial.
Lady Annelies memiliki kedekatan yang luar biasa dengan putra sang Earl, karena mereka berdua memang sudah seperti dibesarkan bersama.
Sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga Stanley, Annelies kecil memang sering kali hanya ingin berontak dari otoritas saudara laki-lakinya, karena itu Anne sering kali menjadikan Yorkshire sebagai tempat pelarian yang sempurna baginya. Lady Annelies yang memang sudah terikat kontrak pernikahan dengan putra sang Earl, membuat seorang Brandon Lington tidak memiliki alasan untuk mencegah saudarinya itu untuk mengunjungi Yorkshire.
Selama ini Lady Annelies memang harus melalui pendidikanya yang ketat di bawah pengawasan saudara laki-laki nya, The Duke of Greenock-ke 4. Sebagai salah satu pimpinan dewan University of Scotland, dan pendukung dana terbesar lembaga riset The Royal society of England, Brandon Lington tentu sangat memperhatikan pendidikan untuk saudari perempuannya.
Karena itu lady Annelies lebih banyak tinggal di Scotland, meski demikian Anne masih bersikeras menganggap peternakan bibinya itu sebagai tanah kelahirannya.
Anne sering menghabiskan sepanjang musim panasnya di peternakan pamannya, Ethan Harris, karena itu Lady Annabeth juga menyiapkan kamar khusus di rumah mereka bagi keponakan kesayangannya itu. Setelah putrinya menikah dan di bawa suaminya pindah ke London, Lady Annabeth sering merasa kesepian jika Lady Annelies tidak juga berkunjung. Meskipun ada putranya Nathan tapi rasanya tetap tidak akan sama dengan anak perempuan, putra kembarnya itu memang lebih banyak mengikuti semua hobi Ayahnya yang suka terlibat dengan tanah dan kuda.
Meski kedatangan Lady Annelies kali ini jelas masih menyisakan duka yang mendalam, tapi dukungan Lady Annabeth memang tak kunjung henti bagi keponakan perempuannya itu, karena dia tau, seorang William Harrington bukanlah sosok yang akan mudah dilupakan dari hati siapapun. Sepertinya memang bukan hanya Nicholas yang sangat mencemaskan kondisi mental putri tunggalnya itu.
Lady Annelies Stanley sedang melalui masa tersulit dalam hidupnya, menyaksikan pria yang dicintainya meregang nyawa di pelukannya tetaplah bukan hal yang mudah untuk di atasi. Merasa hampir gilapun sudah pernah di alami oleh sang Lady, karena itu Brandon bersikeras untuk tetap membawa Anelies kembali ke Skotland bersamanya. Jika bukan karena Anne yang berjanji dan memohon berulang kali padanya untuk berkunjung ke Yorkshire, tentu Brandon Lington tidak akan pernah membiarkan saudarinya itu pergi terlalu jauh lagi dari pengawasannya. Kadang Duke of Grenock, memang sangat keras dengan segala aturannya, karena itu Nicholas pun jadi tepaksa ikut membujuk Brandon agar memberi kesempatan untuk putri kesayangannya. Bagaimanapun Annelis memerlukan waktu, dan tekanan tidak akan membantunya mengatasi apapun.
Begitulah akhirnya Brandon terpaksa mengalah dan memberi waktu satu bulan bagi Lady Annelies untuk berkunjung ke Yorkshire. Gadis itu sudah cukup bersemangat karena kemungkinan dirinya juga bisa bertemu dengan Lord Harrington dan istrinya, yang rencananya juga akan singgah untuk beberapa hari di estate mereka.
Anne mendengar Lord Harrington dan istrinya akan kembali memulai perjalanan, memang tidak ada yang sekompak pasangan suami istri itu. Selama mengenal mereka belum pernah Anne melihat seorang George Harrington pernah berdebat dengan istrinya, mereka seperti pasangan yang hanya ingin saling membuat pasangannya bahagia, mereka selalu saling menatap satu-sama lain dengan kehangatan dan kepercayaan. Sesuatu yang dulu juga selalu Will berikan padanya, namun sekarang pemuda rupawan itu sudah tidak ada dan tak peduli sekeras apapu Anne memohon, dia tetap tidak bisa membawanya kembali. Dulu Anne merasa dirinya adalah gadis paling beruntung karena memiliki pria sebaik William Harington yang selalu akan mencintainya tanpa syarat. Mereka tidak hanya tumbuh bersama, tapi, sejak kecil mereka memang sudah tau jika kelak akan hidup bersama. Lady Annelis bahkan tidak pernah merasa perlu mencemaskan masa depan, karena dia tau sudah memiliki pria seperti William Harington.
JANGAN LUPA LIKE YA