BAB 23

1111 Words
Siang itu Jeremy baru saja kembali dari peternakan, tadi dia juga ditemani Ethan dan putranya berkeliling untuk melihat kuda-kuda hasil persilangan mereka yang sengaja di lepaskan untuk merumput di perbukitan. Jeremy sudah berniat untuk kembali ke rumah saat tidak sengaja melihat Lady Annelies sedang berkuda dengan bibinya dan spontan saja Jeremy pun terpikir untuk menghampiri mereka. "Bolehkah saya bergabung, Bibi ?" Kemunculan Jeremy yang tiba-tiba sempat mengejutkan mereka berdua, Anne ikut memperhatikan pemuda yang sedang memberi salam hormat pada sang bibi dari atas kudanya dan dia juaga ikut sekedar memberikan salam hormatnya. "Kami hanya akan berkeliling di sekitar taman aku khawatir obrolan wanita akan jadi membosankan untukmu ... " "Kapan lagi aku memiliki kesempatan untuk berbincang dengan, Bibi." Mereka semua tau jika sang Countess sudah harus melanjutkan perjalanannya esok hari. George ingin kembali membawa Mia untuk berkeliling ke beberapa kota yang dulu sering mereka singgahai, George berharap perjalanan itu bisa membantu Mia melupakan kesedihanya. "Tentu kemarilah, Anak Muda." Jeremy membawa kudanya berjalan perlahan beriringan dengan sang bibi, sementara Lady Annelies ada di sisi yang lain. "Mungkin kau bisa berkunjung ke Cantebury Jika bosan dengan peternakan." "KuPikir kakek masih akan menahanku untuk beberapa bulan ini." "Tentu, Lord Richard pasti belum rela membagimu dengan siapapun." "Bagaimana dengan tiga sepupuku? " tanya Jeremy tiba-tiba. "Mereka masih suka ribut dan mem buat onar." Jeremy ingat terakhir bertemu dengan ketiga Putri sang bibi beberapa tahun lalu saat kunjungannya ke London. "Berapa usia si kecil Lily sekarang? " "Dia sudah sepuluh tahun dua bulan lalu." Jeremy memang paling ingat dengan gadis kecil yang sering merengek untuk ikut naik ke punggung kuda itu. "Kupikir dia akan senang jika melihatmu." "Aku khawatir mungkin dia belum terlalu mengingatku, Bibi." "Kau benar usianya baru beberapa tahun saat terakhir kau berkunjung bersama James." Lady Annelies yang sengaja tidak ingin mengganggu reoni mereka hanya sesekali melibatkan diri dalam obrolan, itupun jika sang Countes sedang meminta pendapatnya. Misalnya saat sang Countess bertanya mengenai jenis tanaman Mawar yang sengaja di tanam putranya untuk sang Lady. Lady Annelies kemudian akan coba menjelaskan sejauh apa yang dia tau, sambil kembali menekan kembali semua kenanganya tentang Will yang samoai saat ini juga masih terasa berat. Namun semua itu sepertinya tidak luput dari perhatian Jeremy,dia sangat tau saat lady muda itu kadang hanya sedang pura-pura tersenyum dan mengabaikannya. Mereka sedang melewati danau buatan yang biasanya mereka gunakan untuk kegiatan memancing di musim semi. Sejak William Harrington memutuskan untuk tinggal di estate properti itu sudah mengalami pemugaran besar-besaran. Mereka mendisain labirin di halaman utama, dan Will sengaja membuat taman mawar di tengah Labirin tersebut untuk kekasihnya . Taman Mawar itulah yang sering membuat Lady Anne masih sulit untuk melupakan tunangannya itu. Sampai kapanpun William Harrington memang tidak layak untuk di lupakan, karena Lady Annelies juga yakin di mnapun sekarang dia berada, Will pasti akan tetap melihatnya sedang sedih atau bahagia, dan akan selalumerindukannya. Diam-diam Jeremy kembali memperhatikan sang Lady yang masih berkuda di samping bibinya, dia ingat kejadian pagi itu saat Lady Annelies sengaja menghindarinya. Jeremy melihat Lady Annelies di taman Mawar merah sendirian saat masih pagi buta, entah kenapa ada simpati yang sulit untuk di tolaknya kala itu. Sepertinya kesedihan gadis itu lah yang mulai ikut mempengaruhi Jeremy, anehnya sang Lady justru sengaja menghindar saat pemuda itu berniat untuk menghampiri nya, dan sejak saat itu mereka memang belum sempat bertemu lagi. Sikap dingin sang Lady sering kali masih sulit di mengerti. Jika menilai kecerdasan gadis itu seharusnya dia tidak perlu bersikap demikia, Jeremy coba untuk mengerti jika latar belakang keluarga mereka yang menjadi alasannya. Tapi bukankah sejauh ini Jeremy sudah mencoba untuk kompromi untuk mengabaikan perselisihan orang tuanya, seharusnya Lady Anne juga bisa mengerti dengan usahanya. Sayangnya keacuhan sang Lady seperti menegaskan bahwa tak ada harapan sama sekali untuk memperbaiki hubungan mereka . Jeremy pun mulai membiasakan diri menghadapi keangkuhan sang Lady meski dalam beberapa kesempatan kadang mereka masih harus bertemu dan pura-pura menyapa hanya untuk sebatas sopan santun. Lord Richard memang sering mengundang keluarga Ethan Harris dalam makan malam keluarganya, Jeremy paham jika kakeknya itu sudah menganggap paman Lady Annelies seperti putranya sendiri. Jermy juga sudah mulai akrap dengan putranya Nathaniel, pemuda itu banyak memberinya pengetahuan tentang kuda-kuda pacuan, satu-satunya hal yang mulai menarik minat Jeremy belakangan ini di saat pemuda itu sedang tidak ingin memikirkan keacuhan sang Lady berambut merah yang sialnya sering kali terlalu sulit untuk dia abaikan. Belakangan Jeremy tau jika Lady Annelies ternyata juga cukup dekat dengan sepupu laki-lakinya itu, Jeremy sering melihat Lady Anne menghabiskan sore hari untuk berkuda bersama Nathan. Tak jarang ia ingin sekali bergabung dengan mereka tapi tiap kali juga jeremy mengurungkan niatnya karena mempertimbangkan sikap sang Lady selama ini. Dia Khawatir jika kehadirannya justru hanya akan semakin memperkeruh hubungan mereka yang tidak juga pernah membaik meski Jeremy sendiri sudah berusaha mengabaikan masalah dengan keluarganya. Kadang pemuda itu hanya mulai jenuh saat harus menghabiskan hari-hari monotonnya yang smakin membosankan di tempat terpencil itu. Jeremy sedang coba menikmati sisa teh lemon di gelasnya saat melihat Lady Annelies dengan kudanya yang baru saja meninggalkan halaman perkarangan Ethan Harris seorang diri. "Dia mau kemama paman? " tanya Jeremy heran. "Biasanya Lady Anne suka pergi memanah, Tuanku," jawab Albert saat kembali menuang teh lemon di gelas tuannya yang agak terserang flu. Pria tua itu masih ingat bagaimana keceriaan sang Lady tiap kali menghabiskan hampir sepanjang hari dengan tuan mudanya dulu, saat seperti itulah Albert hanya bisa kembali berdoa untuk ketenangan putra sang Earl Pria tua itu masih ingat bagaimana keceriaan sang Lady tiap kali menghabiskan hampir sepanjang hari dengan tuan mudanya dulu, saat seperti itulah Albert hanya bisa kembali berdoa untuk ketenangan putra sang Earl. William yang malang harus meninggal di usia yang masih sangat muda, duka itulah yang sampai saat ini masih membekas di hati semua orang. Bahkan para pekerja pengolah lahan yang baru mengenalnya pun pasti tidak akan bisa berhenti menangis tiap kali teringat kebaikan dan kesederhanaan putra George Harrington itu. Albert kembali memperhatikan Jeremy yang masih memperhatikan sang Lady yang semakin menjauh, dia mengerti Lady Anne memang akan terlalu menarik perhatian bagi siapapun karena itu sepertinya Albertpu tidak bisa menyalahkan jika putra James Winston itu mungkin juga menyukai mantan tunangan sepupunya. Namun Albert juga paham kenapa Jeremy berusaha keras untuk tetap menjaga sikapnya selama ini, siapapu tau seperti apa permusuhan di antara keluarga mereka. Albert coba menghargai itu untuk tidak menyinggung masalah Lady Annelies, meskipun sebagai sesama laki-laki yang juga pernah muda, pria tua itu juga tau jika tuannya diam-diam masih tidak bisa berhenti memikirkan sang Lady meski dengan keacuhannya selama ini. Mungkin memang hanya Albert yang tau jika Jeremy Winston memang sudah tertarik denga gadis bersurai merah itu sejak hari pertama dia melihatnya dari balik bingkai jendela. ****   LIKE YA
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD