BAB 8

1113 Words
Lizy melihat Nicholas sedang bicara dengan seseorang di dekat gerbang, awalnya dirinya tidak terlalu tertarik sampai dia melihat wanita itu bicara begitu dekat dengan suaminya. Lizzy yang masih memperhatikan dari sisi bangunan yang terhalang pilar ,dia mulai berjalan mendekat untuk memastikan rasa penasarannya. Langkahnya segera terhenti saat menyaksikan suaminya membiarkan wanita itu menciumnya. Lizzy syok dan membekap mulutnya sendiri sampai tak sengaja menjatuhkan buku di tangannya dengan suara berdebum di lantai. Lizzy segera kembali menyembunyikan dirinya di balik pilar penyangga menara lonceng yang melengkung . Rasa panas seperti sedang bergumul di dalam perutnya dan mulai bergerak naik memenuhi rongga dadanya ketika kembali memperhatikan Nicholas bersama wanita asing yang ternyata seorang Gipsy, wanita Gipsy yang cantik sangat cantik.... d**a Lizzy terasa sesak namun tetap coba berfikir tenang saat harus mencerna kenyataan bahwa suaminya memiliki kedekatan dengan wanita lain. Nicholas membawa wanita itu pergi melewati gerbang di bagian samping menara lonceng. Lizzy coba kembali mendekap dadanya, hatinya benar-benar sedang sangat tidak bersahabat untuk di ajak berfikir. Setelah mereka berdua pergi Lady Elizabeth memilih kembali ke kamarnya dengan menjaga langkahnya tetap tenag. Lizzy baru mulai meledak saat Ia berhasil menutup pintu kamar di belakangnya, punggungnya bergetar bersandar pada daun pintu saat mulai menangis tanpa suara hingga tubuhnya merosot terduduk di lantai yang dingin. Dia tidak tau apa yang baru saja terjadi pada dirinya, rasanya tidak seperti apapun yang pernah dia rasakan selama ini. Ribuan kali dia pernah membaca dan mendengar tentang penghianatan,tapi semua itu sepertinya tidak sepadan dengan apa yang sedang dia rasakan sendiri kali ini. Begitulah sebuah kepercayaan bisa dalam sekejab berubah menjadi dusta...... Setelah lelah bersedih untuk dirinya sendiri dan rasanya percuma,akhirnya Lady Elizabet mulai menghapus air matanya dengan kasar. Lizzy berusaha untuk kembali berpikir jernih, Coba mengulang lagi dari awal, menemukan alasan apapun sampai akhirnya Lizzy sadar, mungkin dirinya memang tidak pernah mengenal Nicholas Stanley ,dan bisa jadi itu benar.... Sadar begitu polos dirinya selama ini telah jatuh Cinta pada Nicholas Stanley . Mungkinkah kebahagiaan mereka selama ini memang hanya hayalannya saja, dan tidak pernah nyata bagi pria yang dia pikir juga mencintainya itu. Lizzy benar-benar baru tau jika hidup bisa tiba-tiba berubah begitu kejam, sampai udarapun terasa sangat beracun untuk di hirup,dimana tiap detik bisa lebih mematikan dari tusukan belati yang menembus jantung. Begitulah saat bertahan akhirnya tetap harus menjadi pilihan, Lizzy kembali mengelus perutnya dan teringat mahluk kecil yang sedang tumbuh di dalam dirinya, satu-satunya hal ajaib yang ternyata sanggup menguatkannya berulang kali. "Kau tidak akan tau sekuat apa dirimu sampai kau berada dalam kondisi dimana menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan! " Begitulah selogan dari Klan leluhur keluarga Lockwood yang mereka yakini pernah menguasai dataran tinggi. Sepanjang sejarah, keturunan Lockwood adalah wanita-wanita yang kuat, dan hebaat, tak heran bahkan mereka tidak pernah segan mengangkat seorang wanita sebagai seorang pemimpin. Sama halnya dengan Lady Elizabeth Lington dia adalah wanita yang tidak akan mudah ditumbangkan, dengan kelembutan dan kecerdasanya sang Lady adalah sosok yang sangat luarbiasa mandiri dan tangguh. Terlepas dari bagaiman dia dibesarkan sendiri di Lockwood palace, tapi gadis itu memang sudah terbiasa mengatasi masalahnya sendiri. Mungkin dia hanya butuh sedikit waktu untuk mencerna keterkejutannya dan akan segera kembali menyesuaikan diri untuk segera bangkit lagi dari apapun yang pernah mennimpanya. Malam itu Lizzy memang masih tidak bisa tidur karena sampai malam Nicholas masih juga belum kembali, Lizzy sudah berusaha memejamkan matanya dan selalu gagal. Pikiran tentang suaminya yang sedang bersama wanita lain seolah sudah memenuhi seluruh ruang di kepalanya,sekuat apapun dia coba mengabaikannya ternyat akan selalu berahir sia-sia . Mungkin karena dia belum tebiasa saja, begitu berulang kali Lady Elizabet mengingatkan dirinya, karena dia tau jika sebuah luka akan terasa sakit jika dia sendiri mengijinkan untuk di sakiti,jika dia sendiri mengijinkan untuk terluka,jika dia sendiri mengijinkan untuk merasakannya. Berulang kali pula Lizy coba kembali membenahi pikiranya,karena memang disanalah letak semua pengendalian dirinya ,dia coba berpikir tenang untuk terus membangun kepercayaan dirinya karena sejatinya dia memang tidak membutuhkan siapapun utuk tetap menjadi dirinya. Sampai menjelang pagi Lizzy baru mendengar pintu kamarnya terbuka, Nicholas pulang dan langsung naik ke atas tempat tidur. Dia sempat berharap suaminya akan mengatakan sesuatu tapi ternyata tidak sama sekali. Nick yang nampak kelelahan, langsung tidur begitu saja dan mengabaikan nya. Pagi harinya Lizzy sudah bangun lebih dulu, duduk sendiri di meja makan menunggu Nicholas yang masih belum bangun juga. Sebenarnya dia sama sekali tidak tertarik dengan apapun yang ada di meja makan,dia hanya tidak pernah menyangkan jikan akan ada pagi seburuk ini di dalam hidupnya. Beberapa hari lalu mereka masih sangat bahagia ,benarkah Nicholas tidak pernah benar-benar bahagia selama mereka bersama hingga dia harus mencari wanita lain ,pemikiran itu benar-benar membuatnya terluka, dan Lizzy mulai menolak memikirkannya. "Bilang saja pada suamiku jika aku sudah makan " Lizzy berpesan pada pelayannya dan mulai bangkit dari tempat duduknya meletakkan celemek kaatas meja tanpa menyentuh makanan apapun sebelum pergi. Sampai tengah hari Lizzy masih coba menyibukkan dirinya dengan buku bacaannya meski jujur sebenarnya dia melalui barisan-barisan huruf itu tanpa ada satupun yang tertinggal di kepalanya. Dari jendela besar di ruang bacanya Lizzy baru melihat suaminya menunggangi kuda keluar dari halaman samping ,Lizzy pun bergegas mencari kusir keretanya. Diam-diam Lizzy mengikuti kemana suaminya pergi. Ada beberapa perkampungan tak jauh dari Lockwood palace . Banyak pekerja dari pabrik wool nya yang tinggal di perkampungan tersebut. Lizzy mengikuti Nicholas sampai di pinggiran perkampungan dan alangkah terkejutnya saat dia melihat suaminya senaja menemui wanita Gipsy itu lagi . Lizzy coba menahan air mata yang mulai memenuhi tiap sudut matanya saat menyaksikan bagaimana wanita itu memeluk suaminya, dan mereka kembali berciuman layaknya pasangan yang saling tergila-gila. Lizzy segera menyuruh kusirnya untuk membawanya kembali pulang ,dia benar-benar tidak ingin melihat pemandangan itu ,Lizzy hanya butuh sendiri. Rasa sakit itu terlalu sulit untuk di lukiskan mungkin memang hanya seorang istri yang bisa merasakannya. Setelah cukup berfikir perlahan-lahan Lizzy mulai belajar menelan tiap kepedihannya , beberapa hari pun berlalu hingga hatinya mulai mati rasa dengan keacuhan. Selanjutnya Lady Elizabeth memang benar-benar sudah tidak ingin tau lagi apapun yang di lakukan suaminya. Lizzy mulai tidak pernah bertanya kemanapun Nicholas pergi ,selanjutnya dia hanya perlu berpura-pura baik-baik saja dan pelahan membentengi diri. Nicholas memang tidak pernah curiga jika diam-diam Lady Elizabeth sudah mengetahui perihal perselingkuhannya. Lizzy pun tak banyak mengeluh saat Nicholas mulai sering pergi meningalkannya. Lady Elizabeth juga cukup menyibukkan diri dengan kegiatan sia-sianya, mengurung diri seharian di ruang baca dengan tumpukan buku yang bahkan sudah dia baca berulang-ulang. Semakin hari berlalu Lizzy sudah mulai banyak belajar dan bisa menerimanya dengan lebih tenang,kadang dia hanya sekedar melihat kedatangan suaminya tanpa berniat untuk menyapa karena baginya selama Nicholas masih memilih pulang berarti pria itu masih suaminya. Lizzy tidak ingin lagi terlalu memikirkannya dirinya hanya perlu menjaga kondisi kehamilan mudanya. JANGAN LUPA LIKE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD