“Mah ....” Livy merengkuh sang mamah bersama air matanya yang tumpah, sekalipun ia tak sampai meraung-raung seperti yang menimpa sang mamah. Suasana langsung berselimut rasa haru, tapi semuanya paham, tangisan ibu Fifin ibarat lampu hijau untuk hubungan Livy dan Markco. “Mamah jangan nangis,” lirih Livy yang memeluk sang mamah penuh sayang. “Sampai detik ini, Mamah sama Papah tetap jadi yang terpenting buat aku. Jadi, andai pun kita ada problem termasuk dalam beda pendapat, bukan berarti Mamah sama Papah enggak jadi yang terpenting lagi. Bagaimanapun, aku bakalan cari cara gimana baiknya agar kita baik-baik saja. Termasuk mengenai hubunganku dan Markco, ... andai Papah apalagi Mamah belum setuju, kita bisa pelan-pelan bikin solusi. Apa yang Mamah harapkan ada dalam diri Markco. Mamah sam