Happy Reading "Rainer!" Panggilan itu menghentikan langkah Rainer. Ia tertegun sejenak, meraba rambut palsu dan masker di wajahnya. Seharusnya, dalam penyamaran seperti ini, tak ada yang mengenalinya. Jangan-jangan orang yang memanggilnya wartawan. "Rainer! Tunggu!" Panggilan kedua itu semakin menegaskan kekhawatirannya. Suara itu terdengar semakin dekat, memaksanya untuk mempercepat langkah. Bayangan kerumunan wartawan dengan pertanyaan-pertanyaan tajam tentang kasus Audy kembali menghantuinya. Ia mempercepat langkahnya, hampir berlari, berusaha menjauh dari suara yang semakin mendekat. Rainer malas menanggapi pertanyaan tersebut. Rainer bahkan tak berani menoleh ke belakang. Ia malas melihat kilatan kamera paparazi yang siap mengabadikan setiap gerak-geriknya. "Silvia!